28. Curhat.

122 7 0
                                    

Pria itu begitu lelap tertidur dengan hanya memakai selimut. Kasurnya terasa sangat nyaman sekali, apalagi ada yang memeluk dan setengah menindih tubuhnya. Sempat beberapa kali ia terbangun, namun selalu disuruh untuk tidur lagi.

Flori sudah memakai daster. Ya, Florenzia juga suka memakai daster. Yang pasti daster modern. Ia dengan senang hati menindih sedikit bagian tubuh suaminya sembari membelai wajah tampan itu. Ia usap pipi, mata, dan bibir itu hingga sang empunya terbangun. Ia merengek kala suaminya bangun. Suaminya harus tidur lebih lama, tidak boleh kelelahan.

"Jangan buka mataa! Iih!" rengek Flori manja. Ia cubit dua sisi hidung suaminya sampai suaminya sedikit berontak karena napasnya tertahan.

"Non... udah malem, non." Hasan bicara tanpa mau membuka mata. Tangan besarnya membelai punggung itu dengan penuh kelembutan.

"Gampang. Tinggal mandi jebar-jebur, ganti baju, berangkat, deh." Flori menggeram kecil sembari mencubit dua pipi suaminya dengan satu tangan.

"Non udah mandi?"

"Udaaah!"

"Iish! Disuruh tidur, ga denger-denger, yaak!"

"Ga bisa, non. Kelamaan tidur malah pusing." Hasan memberanikan diri membuka mata sembari beringsut dan mendaratkan kepala pada bantal.

"Yang beneer?"

"Betulan, non," jawab Hasan mengedip sembari refleks membelai dagu wanita cantik bak dewi ini.

"Siapa yang udah jagooo?" bisik Flori telungkup sembari mendaratkan dagu di bawah dada suaminya.

"Siapa yang katanya ga mau stoop? Hayoo?"

Hasan mengulum senyuman kala tahu betul apa yang Florenzia bahas. Sekarang wajah tampannya ini memerah.

Dengan agresif dan manis, Flori memberi kecupan kilat pada bibir Hasan. Sontak pria itu bersemu merah sembari terkekeh. Ia sisir rambut Flori dengan kelima jari.

"Makasih, non."

"Nggak, ga mau sama-sama. Hmpt! Hihi." Flori bersemu merah. Ia merasa senang, tapi juga malu.

"Nanti abis kumpul, kalo keburu, kita beli obat-obatan buat bu Asih," ucapnya menggambar bentuk hati di dada bidang suaminya dengan jari telunjuk.

"Yuk, ah! Mandi, dih. Jangan lebih dari lima belas menit. Titik!"

"Bye!" tukas Flori berjingkat pergi dan meninggalkan Hasan sendirian di kamar.

Pria itu spontan berteriak dan bangkit. Berulangkali ia memanggil sang nona, namun ia tak diberi jawaban. Ia tak berani meninggalkan ranjang. Alhasil Hasan hanya bisa pasrah.

Hasan sudah selesai mandi selama kurang dari lima belas menit. Dalam keadaan hanya memakai kimono ia berdiri di depan ranjang yang berantakan sprei beserta bantal dan gulingnya. Tiba-tiba ia mendengus dan bersemu merah. Tengkuknya ia garuk, wajahnya ia usap. Ia sedang dimabuk cinta.

Teriakan manja Flori dari luar kamar membuat Hasan terperanjat. Katanya pakaian sudah disiapkan. Hasan pun segera berganti pakaian.

"Istri Sansan cantik pisan, mak," gumam Hasan bercermin pada cermin yang disediakan di pojok kamar.

"Ck ck ck! Geulis pisan pokokna!" geramnya gemas.

Perlahan mata Hasan menutup. Ia ingat semuanya, semua kejadian yang telah ia lalui bersama Florenzia. Entah kenapa ia bahagia sekali.

"Udah malem banget," ucap Hasan memandang keluar jendela. Hari sangatlah gelap.

"Nih, nih, nih! Mo pilih yang mana?!" ucap Flori tiba-tiba hadir dengan kondisi sudah cantik jelita dalam balutan dress malamnya.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang