let the wind tell you

542 49 18
                                    

wind, please deliver the words i couldn't say 'til the end.

ㅡ luna, oneus

//

"lindungi pangeran!"

derap langkah kaki jisung kian lama semakin cepat ketika satu per satu penjaga istana yang mengawal di belakangnya mulai tumbang akibat terkena anak panah yang melesat dengan tepat sasaran.

napasnya memburu ketika membayangkan dirinya tengah dikejar oleh sosok yang entah dari mana datangnya dan berniat membunuhnya.

semua ini bermula saat jisung tengah menikmati langit malam di sebuah taman yang letaknya tak jauh dari istana dan tiba-tiba saja suasana yang tadinya hening mendadak ricuh setelah kedatangan seorang pria berjubah hitam yang mengincar dirinya.

"sial, mereka payah sekali," rutuk jisung saat menoleh sekilas ke belakang dan mendapati seluruh pengawalnya sudah terkapar di tanah.

merasa tidak memiliki tenaga lebih untuk terus berlari, akhirnya jisung memilih untuk bersembunyi di balik pohon besar yang ada di hutan tempatnya berpijak sekarang.

dengan tangan gemetar, ia membekap mulutnya sendiri agar suara napasnya tidak terdengar barang sekecil apa pun.

andai saja seungmin ada di sisinya saat ini, maka jisung tidak akan merasa setakut ini.

kenapa pula dirinya harus diserang di saat pengawal pribadinya itu sedang memakai hari liburnya?

tap tap tap!

napas jisung tercekat ketika langkah kaki orang lain terdengar tak jauh dari tempat persembunyiannya.

ini sudah tidak aman. ia harus mencari tempat persembunyian lain!

dengan sangat perlahan, jisung berdiri dan berniat pergi dari situㅡ

sret!

ㅡnamun sayang, sebelum itu sebuah pedang sudah lebih dahulu terhunus tepat di samping lehernya.

tubuh jisung terpaku di tempat ketika sosok berjubah hitam itu kini telah berdiri di hadapannya.

jisung tidak bisa melihat rupanya. selain karena gelapnya malam yang mengaburkan penglihatannya, hampir seluruh bagian wajah pemuda itu tertutup oleh kain.

hanya kedua manik hitam itulah yang setia menatap jisung dengan sorot tajamnya.

"t-tolong jangan bunuh aku," mohon jisung lirih.

ia tak tahu apakah masih ada belas kasihan yang tersisa dari seorang pembunuh bayaran seperti sosok di hadapannya ini, tetapi jisung benar-benar tak bisa memikirkan jalan keluar lain.

kedua netra sang pangeran mulai berkaca-kaca seiring dengan tubuhnya yang bergetar hebat.

jisung belum ingin mati. ia bahkan belum menyampaikan perasaannya pada sosok yang selama ini selalu menempati posisi spesial di dalam hatinya.

bruk!

jisung mengerjapkan matanya perlahan dan pemandangan langit-langit kamarnya menjadi hal pertama yang ia tangkap.

apa ini? apakah dirinya masih hidup?

"pangeran! anda sudah sadar?!"

pemuda mungil dengan balutan seragam khas seorang pelayan istana sontak memekik heboh dengan raut wajah sumringahnya.

"jeongin, bagaimana aku bisa kembali ke istana?" tanya jisung, berusaha mendudukkan tubuhnya yang masih terasa lemas.

"anda ditemukan tidak sadarkan diri di tengah hutan, pangeran! apakah anda tahu betapa khawatirnya saya ketika mendengar hal itu?!"

mixtape; seungsungWhere stories live. Discover now