22 A

18 2 0
                                    

Bagian 07 [Ga ada orang]

Bagian 07 [Ga ada orang]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian 08 [Strong woman]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bagian 08 [Strong woman]

 ⚠️ Konten sensitif ⚠️

⚠️ Blood, benda tajam, psikopat ⚠️

"Abang tunggu di sini sama dedek Vano, ya. Buna periksa kandungan dulu. Adeknya diliatin loh, kalau diajak ngomong sama orang ga dikenal jangan mau. Kalo ngerasa takut, minta tolong sama perawat yang duduk disitu, ya." Andara menunjuk salah satu perawat yang bekerja di bagian administrasi tempat dia mengecek kandungan.

Karena perasaannya yang tidak enak, Andara terpaksa membawa kedua putranya ikut bersamanya hari ini.

"Abang sama adek ga boleh ikut masuk ya, Bun?" Dava menggoyang-goyangkan stroller milik Vano, berakibat Vano mengoceh dan memasang wajah sedikit kesal pada Dava.

"Nanti sesak, dedek Vano lasak. Gapapa ya, Bang? Buna sebentar aja kok," bujuk Andara sambil mengelus rambut Dava dengan pelan. Anaknya sangat tampan-tampan dan Andara bersyukur bisa menjadi ibu dari dua anak laki-laki tersebut. Ah, tunggu… mungkin akan segera menjadi ibu dari tiga anak?

"Okey, janji cepat?" Dava mengangkat jari kelingking kanannya ke hadapan ibunya, membuat Andara tersenyum menanggapinya.

"Janji, Buna janji, Abang," janjinya. Dia juga membalas dengan menautkan jari kelingkingnya ke jari milik Dava tadi. 

"Sip," balas Dava.

Setelahnya, Andara berlutut ke lantai dengan mensejajarkan posisinya dengan stroller Vano. Melihat sang anak yang sedang asik di dalam sana bermain dan berbicara sendiri dengan mulut mungil yang kelewat lucu.

"Dedek sayang, lagi main sama oceh-oceh sendiri, ya? Dedek lagi apa tuh sayang?"

"Na buna yeyyyy no na ba buna yaa!" jawabnya dengan menampilkan gusinya yang sudah mulai tumbuh gigi.

HURTWhere stories live. Discover now