Berubah

412 44 1
                                    

Mata nya mengerjap, berusaha menetralkan penglihatan nya yang buram. Seluruh tubuh nya terasa nyeri, mungkin hari ini ia akan bolos lagi seperti kemarin.

Tapi tunggu, Asa memakai selimut dan berada di atas kasur?
Siapa yang mau membawa nya ke kamar? Yoshi? Rasanya tidak mungkin.

Haruto? Bahkan untuk berdiri saja haruto tak bisa, Apa mungkin Asahi?

Entah lah, Gadis itu bangun perlahan.
Terkadang meringis pelan merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.

"Jam Empat.. " Gumam nya saat melihat jam dinding.

Masih terlalu pagi untuk beraktifitas, Akhirnya Gadis itu memilih untuk berjalan ke kamar mandi.

Malam ini, Ia ingin mengadu pada tuhan nya. Sama seperti malam biasanya, Ia ingin mengadu atas apa yang selalu ia alami selama ini.

Selesai mengambil Wudhu, Gadis itu mengambil mukena dan sejadah.
Tak lupa ia mengganti Sholat Isya nya yang semalam sempat tertinggal.

Lalu ia lanjut kan dengan qiyamullail dua rakaat, selesai mengerjakan ibadah nya Asa duduk di atas sejadah.

Menengadah kan kedua tangan nya, mata nya berkaca kaca bibir nya bergetar saat akan berucap.

"Y-ya Allah.. Asa kangen Mamah."

"Asa Rindu Papah.. Asa juga kangen Kak cio, Asa mau ketemu mereka Ya Allah.. "

Dada nya sesak, Ia tak punya tempat mengadu kecuali pada tuhan nya.
"H-hiks.. Asa capek.. tapi Asa Gak mau mati sia sia. Asa tau itu dosa, Maaf kan hamba Mu yang masih banyak lalai nya ini ya Allah."

"Asa Mohon.. Selalu jaga Kak Yoshi, Ka k Sahi dan Haru. Asa sayang.. Banget sama mereka."

"Nanti, Kalau misal Asa emang udah di panggil. Allah jagain Saudara saudara Asa ya?"

Air mata nya mengalir deras, deru nafas nya tak beraturan.
Biarkan malam ini ia menumpahkan segala rasa sakit yang ia alami hari ini.

Terkadang, Banyak Manusia yang merasa sendirian. Tanpa sadar, Bahwa ada sang maha kuasa yang senantiasa menemani hamba nya yang selalu di beri ujian.

Dan Asa percaya kata kata tersebut, Asa yakin sebanyak apapun penderitaan nya di dunia ini.
Tuhan Tak akan meninggalkan diri nya sendirian.

Karna Asa tahu, Tuhan tak akan menguji hamba nya melebihi batas kemampuan nya.

Gadis itu berdoa dengan iringan air mata, sama seperti seseorang yang ada di atas kursi Roda di luar kamar nya.

Ia menangis, Menangis mendengar betapa tulus nya sang kembaran berdoa untuk diri nya dan sang Abang.

Apa diri nya sudah keterlaluan?
Apa semua prilaku nya ini akan menjadi penyesalan di masa depan?

Haruto hanya bisa terdiam.

...



Yoshi memijat pelipis nya pusing, kerjaan nya menumpuk karna ia tunda. Dan itu semua karna kejadian Bocor nya kepala Haruto tadi sore.

Berkas berkas di hadapan nya membuat nya muak, Ia memilih untuk memejam kan sebentar mata nya.

"Yoshi.. Janji Ya? Jagain adek adek kalau udah besar nanti. Apalagi Asa, Dia cewek satu satu nya di antara kalian."

"Mamah Yakin, Yoshi bakalan jadi abang favorite nya Asa! Selera kalian sama Soalnya. Sama sama suka Steak, sama sama lembut."

Pemuda itu tersenyum tipis di sela terpejam nya mata.

"Ikhlasin Mashiho Ya? Ini semua bukan salah Asa Nak.. Ini semua takdir, Takdir yang membuat Keluarga kita terkena musibah."

Bunga terakhir-ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang