Rama

11.9K 57 6
                                    

🧡🧡🧡

Tinggal di kost an pada awalnya terasa cukup menyiksa bagi Rama. Ia yang biasanya berkumpul dengan keluarga, harus melakukan apapun sendiri. Tapi, Rama tak mau menyerah. Sudah pilihannya untuk tinggal jauh dari keluarga, terutama dari mama dan opa nya.

Dalam kesendiriannya, Rama sering tergoda untuk menonton kembali rekaman video mama dan opa nya. Dia selalu berusaha menahan diri. Tapi, ingatan-ingatannya saat menyaksikan langsung semua itu, justru membuatnya makin pusing.

Akhirnya, tangannya meraih kamera yang ia simpan. Dan, sesaat kemudian, mata Rama sudah bergerak menelusuri adegan demi adegan yang membuat kontolnya menegang. Secara naluri, ia pun membuka resleting celananya, dan mengeluarkan batangnya.

Tangannya menggenggam lalu mengurut-urut kontolnya perlahan. Memang kontol yang ada dalam genggamannya tak lah segemuk milik opa nya, tapi, ukurannya cukup untuk bisa memuaskan perempuan.

Rama terus memainkan kontolnya sambil melihat adegan persetubuhan terlarang itu. Tak berapa lama, muncrat lah sperma dari ujung kontolnya. Rama sedikit terpekik dan terengah-engah. Sungguh dahsyat efek percintaan gelap mama dan opa nya itu pada otaknya.

Rama mulai sering memperhatikan lawan jenisnya, terutama yang memiliki fisik menyerupai mamanya. Dalam pikirannya, sosok wanita yang menarik, ya seperti mamanya itu.

======

Suatu hari, Rama demam karena nekat menerobos hujan saat pulang sekolah. Terpaksa ia menelepon papanya. Sayangnya, Agam sedang ada di luar kota. Papanya itu meminta Marina untuk datang ke kost an Rama. Semula Rama menolak, tapi akhirnya membolehkan juga saat Agam merasa sangat khawatir.

Marina berangkat dari rumah dengan taksi, sementara Husin menjaga kedua adik Rama di rumah.

"Hati-hati sayang. Kasih kabar ya, kalau sudah sampai,"kata Husin sambil memeluk Marina.

"Iya pa,"

Dan, ketika sampai di kost an Rama, Marina pun bertindak sebagaimana seorang ibu merawat putranya yang tengah sakit. Hanya saja Marina menghindari bertatapan mata dengan sang putra, meski ia tahu, Rama tak lepas memperhatikannya dalam diam.

Marina dengan telaten merawat Rama, hingga demamnya mulai menurun.
"Ma, bisa bicara sebentar?,"

"Ya, bicara saja, nak,"

"Ma.., emm.., mama mau ngajarin aku nggak?,"

"Ngajarin..apa Rama?,"tanya Marina sedikit was-was.

"Ngajarin ciuman,"

Marina menatap lama pada putranya. Sungguh suatu permintaan yang mengejutkan baginya. Tapi, jika berhadapan dengan Rama, Marina seperti tak bisa berbuat apa-apa. Ada rasa bersalah, malu, dan entah apa lagi, semua rasa tak nyaman berkecamuk dalam hatinya.

Marina tak tahu harus menjawab iya atau tidak. Kalau iya, bagaimana ia harus mengajari Rama. Walaupun wajah Rama mirip dengan Husin, tapi tetap saja, Rama anak kandungnya. Tak semudah itu menuruti kehendak putranya itu. Marina ingin pergi dari kamar Rama. Tapi, ketika ia baru berbalik dan hendak melangkah, Rama mencegahnya.

"Aku juga ingin tahu ma. Kalau cuma melihat video mama dan opa, kurang bisa dirasakan,"

"Kamu jangan kurang ajar ya, Rama. Bagaimanapun ini mama, yang sudah melahirkanmu,"

Marina (2)Where stories live. Discover now