033

4.1K 240 4
                                    

Fatah masuk ke maskas Sinister dengan Gilang yang mengikutinya dibelakang. Selama beberapa waktu terakhir pacarnya itu memang selalu mengikuti Fatah kemanapun dia pergi, bahkan Gilang terlihat lebih sering pergi ke Sinister dari pada pergi ke markasnya sendiri hanya demi ingin bertemu dengan Fatah.

Anggota Sinister yang melihatnya juga sudah seperti terbiasa dengan kehadiran ketua sekutu di markas mereka. Entah bagaimana mereka bisa mengerti bahwa ketuanya itu memiliki hubungan lebih dengan Gilang, sehingga mereka memilih abai dan menghargai segala yang ketuanya lakukan.

Fatah secara mendadak berhenti dan berbalik menatap Gilang yang otomatis juga langsung menghentikan langkahnya. "Lo tuh ngapain sih?" tanya Fatah jengkel.

Gilang mengerutkan alisnya merasa bingung dengan pertanyaan yang Fatah lontarkan. "Ngapain gimana?" Gilang malah balik bertanya.

"Ya, ini lo ngapain ngikutin gua? Kan gua cuman minta anterin doang, kenapa lo malah ikutan masuk juga?"

"Emang gak boleh? Orang mau deket sama pacarnya sendiri masa gak boleh," kata Gilang.

Fatah menghela napas. Tangannya terasa gatal untuk segera melayangkan pukulan pada cowok di depannya ini. "Bukannya gak boleh, cuman...ish ya gausah ngikutin gua terus kek! Lo dari kemaren ngikutin gua mulu ya anjir. Lo tuh kenapa sih?"

Gilang menggedikkan bahunya dan berjalan mendahului Fatah untuk duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Gilang menempatkan diri di samping Fino yang tengah bermain game online dengan Sagara dan Sultan.

"Loh, ada bang Gilang. Nemenin bang Fatah, Bang?" sapa Sultan yang dijawab dengan anggukan kepala.

"Nanti malem jadi makrab di Yoran, Lang?" tanya Fatah yang fokus memantik korek gas untuk menyalakan sebatang rokok yang sudah terapit di belah bibirnya yang cerah merona.

Gilang tidak menjawab dan hanya fokus memperhatikan Fatah yang menjadi beribu kali lipat lebih menarik di matanya. Terutama bibir yang menghembuskan kepulan asap karena baru saja menghisap sebatang rokok yang sekarang sudah berpindah tempat ke sela jemari cantik yang cukup lentik.

Gilang yang hanyut dalam fantasinya, tanpa sadar berjalan mendekati Fatah dan menarik pinggang ramping kekasihnya guna menghapus jarak diantara mereka. Dalam hitungan detik, bibir yang sebelumnya menghisap rokok itu dihisap balik oleh bibir lainnya. Gilang melumat sebentar bibir Fatah, sebelum melepas ciuman singkatnya dan langsung melangkah cepat pergi dari sana. Dia tidak mau sampai dihajar mampus oleh Fatah karena telah nekat menciumnya di tengah markas milik pacarnya itu, terlebih dia menciumnya di hadapan teman-teman Fatah dan beberapa anggota Sinister. Gilang bergegas menyalakan motornya untuk pergi dari sana sebelum Fatah kembali sadar dari angan-angannya.

Fatah masih berdiri diam ditempatnya. Untuk sepersekian detik dia merasa linglung sampai dia dengan santai kembali menghisap rokok ditangannya dan berjalan duduk disebelah Fino.

Beberapa orang yang ada di dalam Sinister melongo melihat adegan tidak senonoh itu, terutama Sultan yang terlihat lebih shock dari pada Fatah sendiri. Sultan masih diam memperhatikan Fatah sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Jangan ngomong!" sela Fatah dengan cepat ketika Sultan hendak membuka suaranya.

Sultan berdecak dan merengut tak senang, kemudian kembali bermain game tanpa menyuarakan pendapatnya.

Berbeda dengan Fino yang bersikap abai, Sagara diam-diam menaruh rasa penasaran. "Bang, itu bang Gilang ngapa ngintilin lu mulu dah? Dari kemaren kayanya gua liatin begitu terus" kata Sagara menyuarakan rasa penasarannya.

Fatah memilih diam dan hanya menjawab dengan gedikan bahunya tanda dia tidak tau jawabannya, atau memang tidak ingin menjawab. Fatah merasa begitu malas menjawab segala hal tentang Gilang, sebab dia sudah kewalahan dengan sikap pacarnya yang terlalu bucin itu. Bukan masalah besar sebenarnya, tapi Fatah hanya tidak tahan dengan reaksi tubuhnya sendiri yang sering memerah ketika mendapatkan perlakuan seperti itu dari Gilang.

Be Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang