Chapter Four

111 22 0
                                    

Wednesday, 08.45 AM

Hari ini, Josiah dan Maxwell akan berburu bersama. Mereka juga melakukan sebuah bets bagi siapa yang mendapatkan hewan buruan paling banyak, akan mendapat hadiah dari yang kalah.

Kerajaan Allenham memerintah di-tiga kota dan empat desa, sungguh cakupan wilayah kekuasaan yang luas. Kerajaan Allenham pun dikelilingi 2 hutan lebat yang lebat akan pohon dan ramai akan hewan-hewannya. Bila kalian beruntung, kalian akan menemukan sudut-sudut cantik di hutan itu, seperti kolam contohnya.

Perburuan ini hanya akan diikuti keduanya dan juga empat pengawal kepercayaan mereka. Mereka akan keluar dari kota ke arah Utara Kerajaan, dimana hutan tujuan mereka berada. Dari jarak kota terdekat kerajaan ke hutan hanya menempuh perjalanan satu jam menggunakan kuda.

"Baiklah, kau mau mengambil arah hutan yang mana?"

Di depan Josiah dan Maxwell ada dua jalur berbeda untuk masuk ke hutan. Sebelah kiri, ada jalur yang terlihat begitu banyak jamur berwarna merah dengan pola lingkaran kecil-kecil berwarna putih. Melihat kecantikan di jalur kiri membuat Josiah memilih jalur itu dan disetujui oleh Maxwell.

"Kalau itu mau mu aku tidak masalah. Kamu cukup ikuti saja Diego, dia mengenal wilayah hutan ini dengan baik,"

Diego yang merasa namanya dipanggil menunduk hormat ke Josiah.

"baiklah kalau begitu, kita akan bertemu lagi di sini tiga jam lagi. Sepakat?"

"Sepakat."

Lalu keduanya pun berjalan menyusuri jalur yang sudah mereka tentukan.

Sudah dua puluh menit menyusuri hutan dengan kuda mata elang Josiah tak henti-henti memperhatikan sekitar namun tak menemukan apa-apa. Berburu dimusim gugur seperti ini cukup susah karena sudah banyak hewan-hewan yang mulai melakukan hibernasi. Hingga akhirnya Ia melihat seekor burung sedang hinggap di dahan pohon yang berada tak jauh dari posisi Josiah.

"Tunggu sebentar,"

Semuanya menghentikan kudanya, lalu ikut memantau dimana mata Josiah memandang.

Josiah mengeluarkan anak panahnya dan mulai menarik anak panah itu sambil tetap memantau burung incarannya. Hingga akhirnya anak panah itu Ia lepaskan dan tepat sasaran.

Anak panah Josiah tepat menembak burung itu sampai jatuh ke bawah. Sang putra mahkota tersenyum bangga atas apa yang sudah Ia lakukan.

"Turun semua, kita akan berjalan mulai di sini."

Para pengawal pun menurut dan mengikat leher kuda mereka ke pohon. Di depan para kuda juga disiapkan rumput agar mereka tidak kelaparan saat ditinggal cukup lama.

Kaki jenjang Josiah berjalan dengan gagahnya untuk mengambil burung yang sudah Ia bunuh tadi. Burung itu terjatuh disemak-semak tinggi, membuat dirinya harus membelah semak-semak itu menggunakan tangannya. Begitu diangkat kakinya, Josiah sedikit kecewa melihat burung itu.

"hanya seekor burung belibis ternyata.."

Ia pun berdiri dan memberikan burung belibis itu pada Diego untuk disimpan.

"Akan kemana kita sekarang, Diego?"

"Kita ke selatan, Tuan ku. Di sana cukup banyak rusa dan kalau kita beruntung kita akan menemukan Pronghorn di sana,"

"Antar aku ke sana," pinta Josiah tanpa berpikir panjang,

"baik tuanku,"

Pronghorn adalah kijang berjenis tanduk cabang yang menduduki posisi hewan dengan larian tercepat setelah cheetah, sudah dari lama Josiah mengincar hewan itu untuk diburu. Karena mereka adalah pelari yang cepat, susah sekali untuk memburu mereka. Seorang pemanah yang pandai seperti Josiah pun masih kesusahan, jadi Ia akan mencoba untuk berburu hewan itu lagi.

Recipe Of Love; Jaemjen.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang