11. Semua masalah perlahan muncul

682 74 0
                                    

"Abang Sungchan? Ini om Yeonseok. Abang bisa ke rumah sakit? Tadi mamahnya abang pingsan begitu selesai operasi."

Sungchan langsung ngebut dari kampusnya ketika dia ditelpon sama rekan kerja mamah. Dia panik bukan main.

Mamahnya sakit. Mamah yang biasanya selalu mengobati semua orang, sekarang jatuh pingsan.

Kaki panjangnya langsung dibawa lari. Ia langsung naik ke lantai 11, sesuai yang diberi tahu oleh Yeonseok.

"10056... 10056..." Gumamnya sambil menelusuri lorong. "10056... gotcha!"

Ia langsung berlari kearah pintu dengan nomor 10056, tanpa basa-basi, Sungchan langsung membuka pintunya. "Tante Yeaji?"

Yang dipanggil menoleh, Seo Yeaji tersenyum hangat. "Mamahnya abang gak apa-apa, cuma kecapean aja."

Yeaji terlihat mencari seseorang dibelakang abang. "Papah kamu mana?"

Sungchan mengernyit. "Abang kira papah udah duluan kesini."

Yeaji terlihat diam, ia memikirkan dengan apa yang diceritakan Sohee kemarin. Kemudian, ia kembali menatap Sungchan. "Tadi udah dihubungin duluan sebelum ngehubungin abang, mungkin jalanannya macet. Yaudah ya, tante kerja lagi."

Sungchan sedikit meminggir ketika Yeaji akan melewat, namun wanita itu berhenti disamping nya. "Abang Sungchan?"

Sungchan menoleh. Yeaji tersenyum hangat. "Kamu berhasil jadi abang yang baik, buat mamah dan adik-adik. Terus lindungi keluarga kamu ya?"

Sungchan bingung dengan apa maksudnya, belum sempat ia bertanya. Yeaji sudah pergi lebih dahulu.

Hal yang paling tidak ingin Sungchan lihat, ialah ketika orang tuanya jatuh sakit. Kini ia hanya bisa duduk disofa yang berada diruang rawat inap.

Pukul 5 sore, adek dan kakak sudah datang. Namun papah tidak kunjung menampakkan dirinya.

"Adek sama kakak udah pada makan?" Tanya Sohee yang setengah berbaring.

"Udah-- Tadi pagi sih." Jawab adek.

Sungchan yang mendengar percakapan mereka, langsung menaruh ponselnya. "Mau makan apa? Abang beliin, sekalian mau keluar bentar."

"Pengen nasi goreng abang-abang yang dideket SMP nya si adek." Minta Minhee.

Abang mengangguk. "Gak ada lagi? Kalo gitu abang keluar dulu."

Alasan utama abang untuk keluar sebentar bukanlah buat beli makanan, melainkan nyamperin papah. Emosinya seketika memuncak ketika ia dikirimkan pesan oleh nomor tidak dikenal, pemilik nomor itu mengirimkan sebuah gambar berisi papahnya dengan wanita lain.

Sungchan membawa dirinya ke alamat yang dikirim oleh pemilik nomor itu. Ia sedikit mengernyit ketika motornya berhenti disebuah club besar.

Dengan berani, Sungchan masuk. Ia tidak menghiraukan sekelilingnya, Sungchan masuk hanya untuk membawa papah pulang.

Sekarang didepannya, sebuah ruang VIP, papahnya ada didalam. Tidak mau mengulur waktu, ia langsung masuk kedalam. Sorot matanya menajam. "Jangan sentuh papahnya abang."

Wanita dengan dress merah ketat, menghentikan jarinya yang hendak membuka kancing Songkang. Ia menyeringai. "Kamu pasti kenal saya kan? Sungchan."

Sungchan mengepalkan tangannya. Sekertaris baru itu. Sejak awal melihatnya, Sungchan sama sekali tidak suka.

Masih dengan seringaian nya, Jihye berjalan mendekat kearah anak sulung bosnya. "Sohee cukup beruntung punya anak kayak kamu, dan juga punya suami-- ah, bukannya dia seharusnya jadi suami saya? Sejak awal. Sejak awal Songkang milik saya."

3 PilarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang