bab 4.

88 16 0
                                    

Bukan Sooji namanya_ kalau berlama menenggelamkan diri dalam kesedihan.
Gadis yang ketika berada di bus dirundung sedih itu sudah menghilang entah kemana.
Begitu tiba di villa yang berada di lereng bukit, ia senang bukan kepalang.

Selama tinggal di Seoul liburan Sooji bersama Jin-young memang masih bisa dihitung jari. Maklum, jadwal kerja keduanya lumayan bentrok. Jadi, kalau satu diantara mereka libur cenderung akan menghabiskan waktu di hunian saja. Dan tentu liburan kali ini bagi Sooji sangat istimewa.

Bergandeng tangan dengan Sunny, ia meninggalkan rombongan yang sedang menurunkan barang bawaan. Keduanya berlari kecil memasuki ruang luas yang menghasilkan gema suara.

"Wah.. akhirnya kita satu ruangan." Pekik Sunny kegirangan. "Malam ini tolong siapkan dirimu untuk mendengar ceritaku ya." Tambahnya.

"Tentu, akan ku dengarkan. Tapi sebelumnya kakak, beri tips untuk memikat kak Jin-young."

"Jin-young? Kau ingin berguru padaku? Tak salah!? Bukannya kamu paling mengerti jalan pikirannya. Aish.. kenapa pria itu sangat tidak peka. Inilah sebabnya aku tak pernah memberikan hatiku pada pria berkepribadian ISTP."

"Kak!" Protes Sooji. Dia mendudukkan diri di ranjang besar, sementara Sunny sudah melakukannya terlebih dulu dan memeluk bantal.

"Maaf! Maaf! Ku tarik kembali ucapanku. Saranku, datangi dia dan bicarakan berdua. Tak cukup pakai kode, kau harus memberitahunya langsung. Tanyakan padanya, apa dia juga punya rasa yang sama."

Sooji mangut.

"Kenapa? Tak percaya diri? Ayolah adik kecil, lakukan saja. Aku punya ide, bagaimana kalau nanti malam setelah minum bersama, ku kurung kau bersama Jin-young. Saat itu, serang dia habis-habisan."

Sooji menghela nafas dalam. Bagaimana mungkin? Dia tak punya nyali untuk melakukannya. Sooji tahu Jin-young takkan suka kalau dirinya bertindak diluar batas. Meminta satu kecupan saja sulitnya bukan main. Apalagi meminta lebih. Sangat mustahil.

"Bukan ingin menakutimu, tapi dari kabar tersebar, ku dengar trainer Yuna mengincar kakakmu. Dia terang-terangan melakukannya. Asal kau tahu, saat bangun tadi ku lihat dia menyandar manja dipundak Jin-young. Dia_"cepat Sunny menutup rapat bibir. Wajah Sooji cemberut namun tak nampak kaget.
Jangan-jangan Sooji sudah tahu, makanya berganti tempat duduk dengan Myung. Kenapa dirinya malah salah paham, berpikir Myung yang minta berganti posisi. Bodoh. Sunny menepuk kening.

Menyentuh punggung tangan temannya, Sooji memicing mata dan berkata,
"Aku baik-baik saja. Kakak ingin mandi dulu? Aku mau tidur sebentar."

..

"Sunny, apa kau melihat Sooji?" Mengedarkan pandang, namun Jin-young tak menemukan kehadiran Sooji. Sunny turun ke lantai dasar seorang diri.

"Kau masih peduli padanya? Benar-benar kau ini." Sunny menaikkan kepalan tinju dan secara insting Jin-young mundur selangkah.

"Di kamar. Mungkin sedang menangis. Bersikap baiklah padanya. Kau takkan tahu sampai kapan dia menetapkan hati padamu. Jangan sampai kehilangan baru menyesal."
Jin-young menatap kaku. Tak suka pada perkataan terakhir Sunny. Kehilangan? Dia tak ingin membayangkan hal itu.

"Kau dan Yuna, kalian sudah jadian?"

Jinyoung yang tadi sempat menapak langkah, berhenti sejenak. Tidak ada kata terucap dari bibirnya. Pria tampan bermata kecil itu berlalu menuju keberadaan tangga setengah lingkaran disisi kiri.

..

Selama beberapa menit, Jin-young berdiri diluar kamar Sooji tanpa melakukan apapun.

_

You're MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang