"Monica. Monica. Bangun, Sayang"

Monica merasa dirinya dibangunkan oleh seseorang. Entah sudah berapa lama dibangunkan. Monica membuka kedua mata dengan pelan lalu menoleh dan melihat seseorang itu. Dia membawa sebuah lilin di antara ruangan yang gelap. Monica sudah mulai sadar lalu bangun dan duduk. Ternyata...

"Panjang umurnya. Panjang umurnya. Panjang umurnya serta mulia. Serta mulia. Serta mulia. Tiup lilinnya. Tiup lilinnya..."

Monica jadi tersenyum lebar lalu sesekali tertawa pelan dan masih mendengarkan dia menyanyi. Dia adalah Erwin, papa tersayangnya. Selesai menyanyi Monica meniup lilin dan lampu kamar menyala lalu Monica memeluk papanya dengan erat dan merasa bahagia.

"Selamat ulang tahun ya, Monica Sayang. Kamu sudah umur 18 tahun. Semoga kamu lulus dengan nilai terbaik dan masuk di universitas yang diinginkan. Panjang umur. Jadilah anak yang selalu berbakti dan patut dibanggakan ya? Papa yakin Monica bisa"

"Ya, Pa" kata Monica dengan merasa senang.

Monica melihat jam dinding dan ternyata...astaga. Masih pukul 00.05. Monica melepaskan pelukannya.

"Papa pulang jam berapa?"

"Kenapa?"

"Sekarang masih pukul..."

"Tidak ada yang tidak mungkin untuk kamu apalagi ulang tahun kamu. Papa tidak mau melewatkan ulang tahun kamu yang sekarang. Kamu sudah mulai dewasa, Sayang. Ini juga ulang tahun yang beda dari ulang tahun sebelumnya karena...kamu sudah mau masuk kuliah"

"Masih lama, Pa"

Erwin mengelus pelan pucuk kepala Monica.

"Pokoknya papa terbaik, deh" kata Monica dengan merasa senang.

Monica memeluk Erwin dan Erwin membalas dengan merasa senang.

"Jadi papa dari sana malam ya?"

"Ya. Papa sengaja. Kamu mau memotong kue atau masih mengantuk?"

"Sudah tidak mengantuk" kata Monica semangat.

Erwin melepaskan pelukan.

"Ada hadiah untuk kamu"

"Apa?" tanya Monica semangat.

Monica melihat Erwin mengambil sebuah kotak berbentuk persegi yang ternyata ada di atas nakas dan memberikan kepada dirinya lalu Monica tersenyum senang dan mengambil.

"Wah...aku boleh langsung membukanya?"

"Tentu saja"

Monica langsung semangat mulai membuka hingga kertas kado terlepas dari benda itu lalu membuka isi dari kotak itu dan melihat sebuah arloji yang cantik. Arloji itu sudah lama diinginkannya dan Monica merasa senang.

"Bukannya ini...?"

Monica melihat Erwin dengan wajahnya yang sumringah. Erwin ikut senang.

"Ketika itu papa memang menunda membelikan untuk kamu. Maafkan papa. Papa bukan tidak peduli tapi ketika itu...papa tahu sudah terlambat karena kamu menginginkan sudah sejak setahun yang lalu"

"Ya. Aku paham. Ketika itu papa bicara kalau belum waktunya dengan memakai alasan yang masuk akal"

"Maksud papa...belum waktunya agar kamu tetap berpenampilan sesuai dengan umur kamu. Masih SMA pikirkan pelajaran bukan barang mewah"

"Aku paham"

"Kamu menjelang kuliah. Sudah waktunya. Tidak ada salahnya meskipun masih tahun depan kamu lulus. Pakailah ketika memasuki perkuliahan"

My Young Love (21+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora