"Apa, sih?" kata Monica ketus.

Martin bukan justru jera tapi semakin tertarik. Memang banyak sekali sikap Monica yang seperti Helen terlebih tubuhnya yang kecil tapi satu hal yang seperti Erwin yaitu cara Monica marah. Martin tahu kalau Helen marah tidak akan sampai histeris melainkan masih terlihat sisi lembut.

"...tapi suatu hari nanti kamu tidak akan seperti sekarang lagi. Justru sebaliknya. Kamu akan bersikap baik kepada aku" pikir Martin.

"Kenapa jadi melamun? Ayo cepat mau bicara apa?" tanya Monica dengan merasa heran.

"Aku akan datang kembali setelah kelulusan kamu"

"Enak saja. Jadi kamu mau datang dan pergi begitu saja?"

"Apa yang harus aku lakukan, Monica? Kamu tampak keberatan ketika sekarang aku mendekat. Sepertinya kamu butuh waktu untuk mencerna semuanya"

Seketika Monica menarik krah baju Martin sehingga Martin harus berdekatan dengan Monica. Martin bukan terkejut justru menilai Monica. Kekuatan Monica seperti Erwin.

"Kekuatan dan cara kamu marah seperti...Erwin" pikir Martin.

"Loe harus bertanggungjawab hadir sebelum waktunya di hidup gue" kata Monica menekan suara.

Seketika Martin merasa senang.

"Kalau kamu menuntut begitu dengan senang hati aku menerima" kata Martin dengan tersenyum senang.

Seketika Monica melepaskan krah baju Martin dan merasa heran dia tidak marah atau ilfil justru menerima dengan santai.

"Dasar alien. Tidak tahu asal datang dari mana? Sifat juga misterius" pikir Monica dengan mengerutkan dahi.

Monica keluar dari mobil dan berjalan pergi lalu Martin melihat kepergian Monica dengan tatapan penuh arti dan Monica yang sampai di depan rumahnya berhenti berjalan.

"Astaga. Apa yang gue lakukan? Seharusnya gue menghindar dari dia" pikir Monica dengan merasa kesal.

Akhirnya Monica berjalan masuk dan menuju kamar lalu masuk dan menutup pintu. Monica berjalan menuju tempat tidurnya dan memikirkan kejadian tadi.

"Ah...benar juga. Tadi dia menitipkan kalungnya kepada gue" pikir Monica.

Monica mengambil sebuah kotak dari dalam tasnya dan menatap dengan mengingat semua perkataan Martin kepada dirinya. Seketika Monica menggeleng.

"Apaan, sih? Kenapa gue jadi memikirkan? Bukankah perkataan dia omong kosong?" pikir Monica dengan mengerutkan dahi.

Monica menghela napas.

"...tapi gimanapun juga gue tetap harus menyimpan di tempat yang sekiranya tidak ketahuan papa" pikir Monica keras.

Pukul 00.00. Monica dibangunkan oleh seseorang sehingga dirinya harus membuka kedua mata dengan pelan.

"Papa?" panggil Monica dengan suara parau.

Monica segera bangun dengan mengusap sebentar kedua matanya.

"Ini benar papa?" tanya Monica dengan merasa tidak percaya.

"Ya. Ini papa, Sayang" kata Erwin dengan merasa senang dan mengelus pelan rambut Monica.

"Kenapa...?"

Monica berpikir keras.

"Ya. Papa memang mendadak pulang" kata Erwin pelan.

Monica melihat raut wajah Erwin berubah.

"Papa...kenapa?" tanya Monica pelan.

"Kamu ingat hari ini hari apa?"

My Young Love (21+)Where stories live. Discover now