#26🌴

14 1 0
                                    

Hari ini tidak seperti biasanya, dimana kali ini Ken lah yang memasak sarapan untuk mereka.

"Kamu duduk aja ya, mas hidangin dulu makanannya."

"Ya tapi-" baru saja hendak berdiri, Ken langsung menahan Sella dan memaksanya duduk kembali.

"Udah, kalo mas bilang duduk, duduk aja." akhirnya dengan helaan nafas pasrah, Sella hanya mengangguk pelan. Dengan cekatan, Ken menyiapkan sarapan mereka.

"Jangan lupa baca doa ya." ucap Ken kepada Sella yang hanya dibalas senyuman kecil. Setelah mencicipi sedikit masakan milik sang suami, ia merasa sedikit terkejut. Karena rasa nasi goreng yang Ken buat terasa sangat enak.

"Mas sudah biasa masak ini ya?" tanyanya membuat Ken mengalihkan pandangannya kearah Sella.

"Kenapa? Kurang enak ya? Ya udah sini mas buat lagi." ucapnya hendak berdiri namun langsung dihentikan Sella.

"Nggak mas, Sella nanya karena masakan mas itu lumayan enak." mendengar itu, Ken hanya tertawa kecil kemudian duduk kembali.

"Makasih sayang, sejujurnya... sejak kecil mas sudah diajari masak sama ibu mas." Sella hanya mengangguk mengerti.

"Jadi.. selama ini mas masak sendiri?"

"Yap, benar sekali." mendengar itu, Sella hanya diam dan mengangguk sebentar.

"Oh ya, tadi malam mas sempat telpon keluarga kamu, mereka seneng banget dengar kalau kamu masih hidup. Mereka bilang ke mas kalau mereka bakal datang hari ini."

"Apa harus hari ini?" tanya Sella yang membuat Ken bingung.

"Kenapa sayang? Kamu gak kangen keluarga kamu?"

"Bukan itu mas, Sella hanya.." tiba² mereka berdua mendengar deru suara mobil didepan rumah mereka.

"Itu pasti keluarga kamu, mas buka pintunya dulu ya." segera ia berjalan menuju ke pintu depan, dan ternyata itu adalah Qadri. Namun entah kenapa, Qadri menatap Ken dengan tatapan seperti tidak suka.

"Assalamualaikum." ucapnya saat didepan pintu rumah dan langsung masuk kedalam.

"Waalaikumsalam bang." ucap Ken agak lirih karena melihat sikap Qadri. Sementara didalam rumah, Qadri sudah memeluk adiknya dengan sangat erat seraya meminta maaf. Baik Sella maupun Ken hanya bisa saling menatap.

"Maafin abang dek, maafin abang." lirihnya. Sella yang bingung pada akhirnya mendorong Qadri pelan sehingga pelukan Qadri terlepas.

"Kenapa kamu dorong abang dek?" tanyanya keheranan.

"Lah, harusnya Sella yang nanya ke abang, ngapain abang peluk² sama minta maaf ke Sella? Emang abang punya kesalahan." mendengar itu, Qadri terdiam lalu melihat sebentar kearah Ken lalu kembali menatap Sella. Sella yang melihat tatapan itu hanya bisa bertanya-tanya.

"Abang punya kesalahan dengan Ken?" Qadri hanya menggeleng.

"Apa Ken punya kesalahan dengan abang?" tanya Sella kembali. Tapi Qadri tiba² menggenggam tangan Sella.

"Sella... kamu tinggal dirumah abang aja ya." hal itu tentu membuat keduanya bingung.

"Loh? Kenapa bang, apa abang kangen sama Sella?"

"Sangat kangen dek, abang mau liat kamu terus dirumah abang, bahkan adik² kamu setuju kalo kamu kembali lagi kerumah kita yang dulu."

"Tapi bang, Sella sudah punya suami. Gak mungkin Sella tinggalin mas Ken disini sendirian." mendengar itu, Qadri hanya menunduk sedih.

"Eh bang? Kenapa bang? Jangan buat Sella sedih.. abang tau kan sekuat² nya aku, aku tetap akan nangis kalo abang nangis." ucap Sella mulai khawatir.

"Abang sangat kanget kamu dek, abang mau kamu ikut kembali kerumah sama abang. Lagipula... selain kamu siapa lagi yang akan jaga rumah itu selagi kami pergi?"

"Kalian ingin pergi kemana?"

"Kami masih dalam masa tugas dek, adek² kita baru aja dapat tugas keluar kota 1 minggu yang lalu dan abang sekarang dapat perpanjangan masa tugas selama 3 bulan kedepan."

"Tapi.. bagaimana dengan Ken bang? Gak mungkin Sella tinggalin dia disini sendirian." mendengar itu, Qadri tampak kecewa dan langsung berdiri hendak pergi.

"Tunggu bang!" ucapnya sambil menahan tangan Qadri.

"Abang marah ya? Yaudah deh, nanti Sella kerumah. Tapi Sella mohon.. bolehin Sella untuk bawa suami Sella. Lagipula ada apa dengan abang? Ken itu kan teman abang, kenapa sikap abang berubah sama dia?"

Qadri hanya diam, sebelum akhirnya angkat suara.
"Kalo kamu mau bawa dia itu terserah kamu. Tapi kalau untuk sifat abang... nanti kamu akan tau kenapa." ucapnya datar lalu pergi dari sana.

"Kayaknya abang kamu gak suka sama mas." lirih Ken kepada Sella.

"Sella nggak tau juga mas, kenapa tiba² abang Sella ngomong gitu, biasanya dia gak pernah gini sama Sella."

Akhirnya mereka berdua hanya bisa menghela nafas panjang sembari berdoa semoga sikap Qadri bisa kembali seperti biasanya.

Kisah Sempurna BersamamuWhere stories live. Discover now