Di sebuah taman yang letaknya tak jauh dari SMA Neo international school, Vero dan Dewa duduk di kursi yang dinaungi oleh sebuah pohon cemara. Semilir angin di sore hari sepulang sekolah itu berhembus pelan di pori-pori kulit mereka.
"Laper banget gw ver" Ucap Dewa sambil memegangi perutnya yang keroncongan karna merasa lapar.
"Yaudah kerumah gue aja,ntar gue masakin lo masakan yang enak" Jawab Vero dengan semangat dan menepuk dadanya untuk membanggakan dirinya sendiri.
"Gapercaya gue kalau lo bisa masak"
"Dih,chef Juna aja berguru sama gue"
Dewa menggelengkan kepalanya dan menonyor kepala Vero dengan pelan.
"Yaudah buruan kerumah lo"Ajak Dewa.
Vero segera mengambil montornya yang tak jauh dari taman itu.
"Buruan naik" Ucap Vero kepada Dewa.
Dewa segera menaiki montor Vero dan memakai helm di kepalanya.
Tanpa basa-basi Vero segera melajukan motornya dengan kecepatan yang tinggi."PELAN-PELAN ANJIR,GUE BELUM MAU MATI" Teriak Dewa yang helm nya hampir terbang karna Vero mengebut.
Tanpa jawaban,Vero memelankan laju montornya.
Setelah 20 menit akhirnya mereka berdua sampai di rumah Vero.
Vero mengetuk pintu rumahnya agar Sanjaya membukakan pintu untuknya."ASSALAMUALAIKUM PAHH,PAHH INII VEROO BUKAA"
Teriak Vero yang membuat gendang telinga Dewa yang berada di sebelahnya hampir pecah.Sanjaya yang mendengar suara teriakan anaknya itupun segera membukakan pintu untuknya.
"Waalaikumsalam,gausah teriak-teriak veroo gaenak kalau di dengar tetangga,ntar dikira papah budek." Ucap Sanjaya kepada anaknya itu.
"Eh ada nak Dewa, masuk-masuk" Ucap Sanjaya kembali setelah melihat Dewa yang berdiri disamping Bero.
"Iya, terimakasih om" Balas Dewa.
"Kok om si? panggil Papah dong nak" Ucap Sanjaya tersenyum hangat kearah Dewa.
"Eh iya,Papah maaf pah dewa lupa hehe" Balas Dewa kembali sambil menggaruk kepalanya yang terasa tak gatal.
Vero yang mendengar percakapan itu merasa kesal karna lama sekali mereka berbincang-bincang.
"Aduhh udah-udah ayo masuk,gue masakin lo"Vero menarik tangan Sadewa untuk masuk kedalam rumahnya.
Sanjaya yang mendengar hal itu tentunya sangat heran,karna Vero tiba-tiba ingin memasak padahal masak mie instan saja ia tak bisa,Vero hanya bisa memasak air bagaimana mungkin ia akan memasak untuk Dewa?.
Dewa duduk di kursi ruang tamu, sedangkan Vero kearah dapur untuk membuatkan Dewa masakan spesial darinya.
"ini merica apa bukan ya? tuang semua ajalah,bodo amat mau merica atau bukan pasti bakalan enak ini" Vero memasukkan bubuk kopi kedalam telur nya,yang ia kira adalah merica bubuk.
Dewa dan Sanjaya yang sedang mengobrol di ruang tamu itu mulai curiga dengan Vero,mereka penasaran apa yang sedang dimasak oleh Vero. Akhirnya mereka memutuskan untuk melihat ke dapur.
"VERO?! KAMU MASUKIN BUBUK APA ITU KE TELUR NYA? ITEM BANGET" Teriak Sanjaya yang shock saat melihat telur mix kopi yang dibuat oleh Vero.
"Yang di toples ini bubuk merica kan?" Tanya Vero sambil memegang toples putih yang berisikan bubuk kopi.
Sanjaya menepuk jidatnya.
"ITUU KOPI NYA PAPAH VEROOO!TADI WAKTU KAMU KETUK PINTU PAPAH LAGI BIKIN KOPI YA AMPUNN"."Ah gapapa kali,bakalan enak ini" Ucap Vero sambil menyajikan telur itu di piring dan menaruhnya di meja makan.
"Eh-sorry kayaknya gue makan di rumah aja deh ver" Ucap Dewa yang ketakutan karna pasti Vero akan memaksa nya untuk makan telur itu.
"Makan atau. . ." Vero mengepalkan kedua tangannya.
"Eh- eh iya iya gue makan!"
Dewa duduk di kursi ruang makan itu dengan perasaan cemas untuk mencoba masakan Vero.
Dewa mengambil garpu dan memotong telur itu.Meskipun takut untuk memakan telur itu,Dewa tetap memasukkan telur itu kedalam mulutnya sebagai apresiasi kepada Vero karna telah memasakkannya.
"Gimana enak ga?" Tanya Vero dengan wajah yang sangat polos,seperti tidak terjadi apapun.
"PAHIT BANGET ANJIRR!"
"liatin gue aja dew biar manis,dah tu abisin masakan gw"
Dewa menatap wajah Sanjaya dengan tatapan melas.
Sanjaya yang peka akhirnya ia memesankan makanan di online untuk makan malam."Udah Papah pesenin di online aja"
Sewa yang mendengar hal itu tentunya merasa lega karna ia tak harus memakan telur kopi buatan Vero.
Vero merasa sedih karna telur nya gagal.
"Gausah murung gitu ver,habisin aja telurnya sebagai bentuk terimakasih kepada diri lo sendiri" Ucap Dewa sambil menepuk pundak Vero.
Vero duduk dan mencoba telur buatannya itu.
"HEMM ENAK BANGET, PAHIT KAYAK KEHIDUPAN"Ekspresi Vero yang kepahitan membuat Sanjaya dan Dewa tak kuat menahan tawa nya.
Mereka akhirnya tertawa bersama - sama karna melihat kelakuan Vero.Tak lama pesenan mereka pun sampai.
"PERMISI,ATAS NAMA PAK SANJAYA? INI MAKANANNYA PAK"Teriak kurir di depan pintu yang bertugas mengantar kan makanan.Sanjaya buru-buru membukakan pintu dan mengambil makanan itu.
"Terimakasih ya pak" Ucap Sanjaya tersenyum kepada kurir itu.Sanjaya masuk dan segera menyiapkan makanan itu di meja makan.
"Nah ini baru enak,telur sama nasi goreng bukan telur sama kopi" Celetuk Dewa dihadapan Vero.
"GUE GAMPAR LO YA!"
"HAHAHAHA, UDAH-UDAH AYO MAKAN GAUSAH KELAHI"
Vero dan Dewa duduk dan memakan nasi goreng itu dengan sangat lahap.
"Papah seneng kalau kalian bisa bareng terus kayak gini,papah jadi inget kalau kembaran Vero masih ada,pasti bakalan kayak gini juga" Ucap Sanjaya yang tersenyum melihat mereka berdua makan dengan lahap.
"Papah bikin sedih aja" Ucap Vero yang tanpa sadar menitihkan air mata nya.
"Janji ya kalian harus bareng terus,sampai kalian berdua menemukan kekasih kalian masing-masing"
"JANJI!" Ucap Vero dan Dewa dengan serentak sambil berjanji kelingking.
Sanjaya tersenyum dan memeluk Vero dan juga Dewa dengan pelukan yang sangat hangat.
Bersambung. . .
[KOREKSI KALAU ADA KESALAHAN/TYPO DALAM PENULISAN, TERIMAKASIH]
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED TWINS
Teen Fiction"Sebagai seorang kaka aku rela menukar nyawaku dengan nyawa saudara ku ya tuhan" -Savero sanjaya Nb: kasih tau kalau ada typo/kesalahan di teks yang saya buat, terima kasih. [JANGAN MENJADI PEMBACA YANG GELAP,KARNA TIDAK VOTE,FOLLOW ATAU KOMEN!] ⚠️...