Kertarajasa

911 70 35
                                    


"Perkenalkan," lelaki itu kemudian mengulurkan tangan, "saya adalah pengacara Bapak Syailendra. Anda bisa panggil saya, Kertarajasa." Katanya tersenyum. Senyuman yang begitu terkesan palsu.

"Sorry?" Tanya Sadam, merasa janggal dengan nama itu.

"Kamu mungkin tidak asing dengan nama ini, Mas Sadam dan juga Mbak Sherina. Kalian masih terlalu mungil saat itu."

Baik Sherina maupun Sadam masih tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan orang ini; siapa dia, dan apa sebenarnya maksud kedatangannya. Meski dia memperkenalkan diri sebagai pengacara Syailendra, tapi hal lain justru mengganggunya. Laki-laki bernama Kertarajasa ini bahkan tidak membiarkan mereka duduk sebagai pemilik rumah.

"Yah, sebetulnya nama saya Arya Kertarajasa. Bebas, Anda mau memanggil saya Pak Arya, atau.. Kertarajasa. Mungkin tidak usah saya dikte asal usul saya." Katanya mengebaskan tangan dengan sombong.

"Tujuan saya disini adalah untuk memperingatkan kalian berdua, terutama Anda Sherina. Bahwa perang baru saja dimulai."

"Maksud bapak apa, ya? Saya nggak ada waktu untuk bertele-tele." Sergah Sherina. Bu Darmawan yang baru menyadari kedatangan mereka beringsutan menghampiri dari halaman belakang.

"Intinya, kamu jangan sok-sokan jadi pahlawan, Sherina. Saya tahu kamu sudah diingatkan ketika memutuskan untuk bermain-main dengan nama Syailendra. Dan seharusnya kamu tahu itu."

Mimik wajah Sherina berubah tegang, sebelum ia membuka mulut Sadam sudah menginterupsinya, "tunggu, Anda berharap apa ketika saya dan Sherina menemukan semua artefak dan hewan-hewan langka yang Syailendra berusaha sembunyikan di rumahnya? Main petak umpet?!" Sadam berusaha tenang meski jantungnya berpacu cepat sekali karena emosi.

"Saya rasa kalian cukup berpendidikan untuk mengetahui bahwa menyusup ke dalam rumah orang tanpa persetujuan, apalagi tanpa undangan," ia memberi penekanan di dua kalimat tersebut, "itu adalah pelanggaran hak asasi, Mas Sadam. Jadi, saran saya, lain kali hati-hati sebelum bertindak. Itu saja yang ingin saya sampaikan." Katanya dengan angkuh, dan mengambil tas kerja di sofa.

Ia lalu mengeluarkan sebuah kartu nama dan meletakannya di meja. "Kartu nama saya, barangkali kalian butuh dan ingin menyerah. Permisi." Lanjutnya sambil berlalu melewati punggung Sherina dan Sadam.

Mereka hanya mematung mendengar semua yang dikatakan Arya. Terlalu terkejut untuk bisa berkomentar dan menenangkan satu sama lain. Perasaan mereka begitu berkecamuk. Penasaran, bingung, kaget, semua menjadi satu.

"Siapa sebenarnya dia, Sher?" tanya Ibu, mengelus-elus punggung anaknya.

Sherina menggeleng, alisnya berkerut-kerut. Dan Sadam sama peningnya sekarang. Ibu yang penasaran kemudian meraih kartu nama di meja, dan ia memekik kaget ketika membaca pemilik nama itu.

Malam itu, Sherina sibuk mencaritahu tentang Arya Kertarajasa di ruang tengah. Bersama Sadam, ibu dan ayahnya yang sudah kembali dari rumah Pak RW selepas rapat warga. Meski secara teknis tidak tahu menahu urusan Syailendra, namun orangtuanya merasa berhak mendampingi putrinya itu setelah kedatangan seorang pria misterius yang namanya tidak asing bagi keluarga mereka, dan tentunya Sadam.

Setelah ditelusuri, rupanya pria itu adalah seorang pengacara yang terkenal membentengi para pejabat korup dan petinggi-petinggi perusahaan yang terlibat tindakan kriminal dan melanggar hukum. Ia adalah adik dari Kertarajasa, dalang di balik penculikan Sadam yang ingin membeli secara ilegal perkebunan Ardiwilaga dua puluh satu tahun silam.

"Kertarajasa kan sudah dipenjara. Dia meninggal bunuh diri tujuh tahun lalu karena bisnisnya yang bangkrut dimana-mana. Kenapa adiknya ini, tiba-tiba muncul sebagai kuasa hukum Syailendra, seolah mengincar kalian?" Tanya Pak Darmawan membuka suara.

Sejuta Cerita [SherDam FF/AU] - Based on Petualangan Sherina 2Where stories live. Discover now