Pak Dosen (2)

176K 1.3K 2
                                    

Aku yang sudah tidak tahan langsung membawa Pak Danu ke lantai dua bar yang memang diisi banyak kamar. Kamar 211 adalah hak milikku. Fandy yang memberikannya saat kami masih fwb dulu.

Setelah menutup pintu, aku pun langsung menyergap Pak Danu dan melumat bibirnya kasar. Gayung bersambut, Pak Danu membalas ciumanku tak kalah panas.

Lidah kami saling membelit. Sesekali aku menggigit bibirnya sensual, begitu pula dengan Pak Danu yang ikut menjilat bibir atas dan bawahku secara bergantian.

"Bibirmu manis," bisik Pak Danu sebelum menggigit dan menjilat daun telingaku, membuatku kontan bergidik geli.

"Mulutmu juga enak, Pak. Saya jadi penasaran gimana enaknya bibir Bapak waktu jilat susu sama vagina saya," ujarku erotis, membuat geraman kecil lolos begitu saja dari bibir Pak Danu.

"Naughty girl."

Aku menyeringai kecil saat tangan besar Pak Danu beralih menurunkan tali dress-ku. Tak butuh waktu sampai dua detik, dress merah yang kukenakan langsung terjatuh ke lantai hingga hanya menyisakan thong tak berguna yang bahkan tak bisa menutup kemaluanku.

"You're fucking sexy, Reina."

Mata Pak Danu terlihat berkilat saat memandangi tubuhㅡnyarisㅡtelanjangku. Puncak dadaku langsung menegang hanya dengan ditatap selekat itu oleh Pak Danu.

"Gimana Bapak tau nama ... ohh ...."

Aku tak mampu bersuara saat Pak Danu menyesap salah satu dadaku kasar menggunakan lidah basahnya. Sementara itu, dadaku yang lain dia remas kuat-kuat, sesekali dia pilin puncaknya gemas.

Kupeluk erat-erat kepala Pak Danu, seolah tidak mengizinkannya untuk melepas kuluman dan jilatannya di atas dadaku. Sebaliknya, aku justru ingin lebih.

"Isap lagi, Pak. Deeper," pintaku memelas.

Pak Danu menurut. Desahanku terdengar semakin kencang seiring dengan permainan lidah dan tangannya yang semakin panas di atas payudaraku. Kakiku bahkan sudah tak sanggup menahan berat badanku sendiri.

Ciuman Pak Danu beringsut turun menuju pusar hingga liang senggamaku. Pak Danu menatap organ intimku yang sudah basah dengan tatapan penuh damba. Kakinya meraih pangkal paha kananku lalu menyampirkannya di atas bahu kirinya. Setelah menyingkap thong-ku ke sisi kiri, dia pun langsung menjilat bibir vaginaku tanpa ragu.

"Pak ...."

Aku mendesah kasar. Tak tinggal diam, pinggulku pun ikut aku gerakkan ke atas dan ke bawah, sementara tanganku menjambak rambutnya kasar. Kepalanya yang tenggelam di dalam lubang kenikmatanku membuat gairahku memuncak.

"Pak ... mau ...."

Aku tak mampu melanjutkan kalimatku. Desahanku terdengar semakin kencang saat lidah Pak Danu memainkan klitorisku dengan gemas.

"Jangan ... itu ...."

Aku hampir protes. Klitoris memang salah satu titik rangsangku, dan aku nggak mau orgasme sekarang.

Namun, sepertinya Pak Danu tidak peduli. Bukannya berhenti, pria yang sedang bersimpuh di bawahku itu semakin kasar memainkan klitorisku hingga cairan cintaku pun menyemprot membasahi wajah tampan Pak Danu.

Perut bawahku menggelinjang hebat, begitu pula dengan vaginaku yang berkedut kencang. Aku kelojotan tak berdaya hanya karena bibir dan lidah Pak Danu.

Dia benar-benar gila.

"You're squirting on my face, Reina."

Aku terengah-engah. Yes, I am. Aku squirting hanya karena permainan lidahnya. That's why aku menyebut Pak Danu gila.

Woman & Desire [1st Desire Series]Where stories live. Discover now