4. Garda's New Daily

2.7K 264 127
                                    

⚠️
Gambar hanya ilustrasi untuk kebutuhan cerita.

.

.

"Bayi! Udah mainnya, mandi!"

Dia icip sedikit kuah sup jagung dari pengaduknya, lalu merinding sendiri. "Buset asin banget padahal gue lagi nggak pengen kawin?"

Omong-omong, tidak ada sahutan dari anaknya, Garda jadi curiga. Lantas dimatikannya kompor untuk menengok Kaivan yang dia tinggalkan di sepetak playmat.

Kedua tangan Garda berkacak pinggang melihat proyek yang dikerjakan Kaivan. Dan kalau dia sudah berpose seperti itu, ajaibnya Kaivan langsung diam seperti maling ketangkap basah.

"Gue bilang apa soal mainan heum? Yang ada dipake dulu, kalo udah rusak baru ambil baru. Nanti rusak satu rusak semua lu sendiri yang bingung."

Pasalnya, ini mainan dari kakek nenek, bibi paman, buyut, dan sanak saudara dimainkan, menciptakan sampah bungkus berserakan. Garda tidak masalah dengan sampahnya, toh ada pekerja untuk beres-beres rumah. Dia permasalahkan pemborosannya. Sekarang Garda sadar susahnya mencari uang.

"Terus itu jas punya siapa yang dipakein ke boneka kelinci? Mana alisnya digambarin apaan lagi tu, ada tatonya segala. Niruin gue?"

Kendati demikian, kalau si bayi menunduk dengan bibir mencebik, Garda juga tidak tega. Apalagi saat menengadah matanya berkaca-kaca. Tamat riwayat galaknya Garda. Dia menghela napas panjang, kemudian menggendong sang anak.

"Diomelin kicep lu." Satu isakan keluar juga. "Nangis, nangis aja ayo nangis yang kenceng."

Ditantang, Kaivan pun menangis keras. Namun, mengadunya tetap kepada Daddy karena dia sembunyikan wajah di ceruk leher Garda dan memeluk lehernya erat.

"Udah. Sesek ntar."

Garda usap punggung Kaivan. Anak itu sesenggukan ketika dilucuti bajunya di dalam kamar mandi. Lantas dicemplungkan ke genangan air hangat dalam bathtub.

"Daddy pukuwl...hk."

"Heh enggak. Kedengeran tetangga bisa dikira gue KDRT. Dilaporin ke perlindungan anak terus gue dipenjara, siapa yang mau ngasih makan elu?"

"Daddy marah...hk...Ayi nangis, Ayi dipuku..hull~"

"Enggak sayangku, cintaku, botakku. Daddy marah tapi nggak bakal pukul Ayi. Kan nggak boleh pukul-pukul kan?" Masih susah meyakinkan anaknya, bahwa dia berbeda dari orang tua sebelumnya.

"Hk...Ayi nangis."

"Iya, boleh nangis, tapi jangan lama-lama. Kalo udah puas marahnya, keselnya, berhenti. Oke?"

"He'e...hk.."

Dia basuh muka sang anak menggunakan air sambil membuang ingus dari hidungnya. "Daddy udah nggak marah. Kalo Ayi nurut jadi anak baik kan Daddy happy, kita semua happy. Nih main nih."

Diberikannya permainan tembakan air. Garda menjadi sasaran, sehingga bajunya ikut basah. Kalau sudah seperti ini, artinya dia harus ikut mandi.

 Kalau sudah seperti ini, artinya dia harus ikut mandi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Escape ⁽ᴱᴺᴰ⁾Where stories live. Discover now