Bab. 13

94 36 7
                                    

"Tahu gini, harusnya tadi nggak usah naik!" Jeha terus memijat tengkuk Allen guna memudahkan pria ini mengeluarkan isi lambung.

Antara khawatir dan merasa bersalah jadi satu. Bagaimana tidak, usai turun dari kora-kora Allen langsung menepi meninggalkan keramaian guna mengeluarkan cairan perut secara tiba-tiba, tentu saja hal tersebut membuat kening Jeha berkerut, panik menyusul Allen.

"Maaf, gue nggak tahu kalau lo nggak nyaman naik kora-kora," kecapnya lagi.

Disusul gelengan kepala oleh Allen yang kini merasa lebih baik usai tadi perut mual bukan main. "Gue tahu kalau naik kora-kora atau sangkar burung pasti endingnya muntah." Allen jeda kalimat karena batuk, "tapi gue tetep saja ngeyel nantang diri sendiri buat naik."

Sebenarnya, saat langkah kaki Allen makin mendekat pada wahana perahu layang tersebut perutnya sudah bereaksi mual disusul kepala pening melihat perahu layang ke sana ke mari beserta teriakan membahana para penumpang membuat angin tornado terasa memutar di perutnya.

Tapi, Allen tetap membulatkan tekad untuk naik, awalnya pusing sedikit lalu kian lama isi perut terasa di kocok hebat, sesekali melirik Jeha yang asik berteriak Allen hanya bisa menahan keringat dingin terus mengalir dari pelipis. Ingin turun, melihat Jeha begitu menikmati ia jadi mengurungkan niat.

"Gue beliin air putih, ya?"

"Es teh, sosis bakar dua, sama corn dog dua. Boleh?"

Mata Jeha mengerjap sesaat. "Habis muntah langsung makan? Nggak eneg, kah?" Karena jujur saja kalau Jeha baru saja muntah terus langsung makan, ia tak bisa tenang menelan makanan karena masih ada sisi rasa muntahan di tenggorokan.

Allen hanya menggeleng. Jeha pun mengiyakan menyuruh Allen duduk menjauh dari muntahan. Ia akan membeli pesanan Tuan muda terlebih dahulu.

Tak selang lama Jeha datang membawa dua kantung keresek hitam. Satu kantung berisi pesanan Allen wanita itu berikan beserta es teh manis. Ia sendiri membeli satu corn dog, dua sosis bakar dan air mineral di kantung keresek yang kini Jeha pegang.

"Repot banget, harusnya tadi gue ikut beli, sih," ujar Allen begitu menerima kantong keresek beserta es teh manis dalam cup. Melihat Jeha kerepotan ia jadi berkata demikian.

Jeha pun duduk di samping Allen, meletakan kantong keresek berisi corn dog dan sosis bakar di atas rerumputan. "Kan gue yang minta lo tetap di sini, gimana perut sama kepala lo sudah mendingan?" Menoleh, mendapati Allen menyeruput es teh.

"Mendingan, apalagi setelah liat makanan." Allen terkekeh, rasa cintanya pada makanan sebagai alternatif penyembuh paling instan. "Lo khawatir ya, sama gue?" lanjut Allen sedikit menggoda seraya mengedipkan satu mata.

Jeha tetap memasang wajah datar seraya mengambil corn dog dari kantong keresek. "Nggak sih, biasa saja. Orang bukan cuma lo yang habis naik kora-kora terus muntah." Ia mengigit corn dog satu gigit lalu mengunyah, "tadi Mas ganteng di sebelah sana juga muntah-muntah. Kasihan menepi sendiri nggak ada teman."

Alis Allen naik sebelah. "Kalau sama gue, ganteng siapa? Ganteng gue kan?"

Jeha tampak menguyah sebelum menjawab. "Ganteng dia sih, kayak bule-bule gitu mukanya." Sesekali Jeha melirik dengan ekor mata ingin tahu reaksi Allen. Tipikal pria gampang cemburu kalau pacarnya lebih mengunggulkan pria lain.

TAUT | Kim Mingyu✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum