04 : Heeseung dan Kehidupannya 💌

117 18 0
                                    

"Hari ini Lo di rumah aja temenin Niki jangan kemana-mana, jangan kabur karna percuma juga, tu pintu bakalan gue kunci jadi jangan berharap Lo bisa keluar dari sini," ujar Heeseung to the point setelah mengumpulkan kedua tahanannya itu di ruang tamu.

"Dan Lo, Niki..." Heeseung beralih menatap Niki yang masih setengah mengantuk itu. "Jangan bandel, dengerin apa kata Minju. Tunjukkin dia jalan kalo mau ke dapur atau ke kamar mandi, paham?"

Niki mengangguk samar walaupun sebenarnya tidak paham dengan perkataan Heeseung.

Sedangkan Minju hanya diam saja sedari tadi. Ada banyak hal yang membuatnya masih sangat penasaran sedari kemarin. Dia hendak bertanya, namun sepertinya Heeseung sedang terburu-buru untuk pergi pagi itu.

"Kamu mau pergi?" tanya Minju.

"Iya."

"Sunghoon juga?"

"Iya."

"Mau kemana? Kayaknya kamu lagi buru-buru banget," tanya Minju lagi.

Heeseung menghela napas pelan. "Masih pagi elah, banyak tanya Lo, bawel."

Tanpa menunggu lama, Heeseung pun mengambil tas ransel dan juga kunci motor yang ia gantung di dekat pintu. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lebih empat puluh lima menit, itu tandanya Heeseung sudah sangat telat untuk berangkat ke kampusnya.

Sebenarnya Heeseung sangat malas untuk berangkat, toh biasanya juga dia jarang masuk ke kelas. Padahal dirinya sudah berada di semester akhir, dimana artinya tinggal sedikit lagi perkuliahannya akan selesai. Bukannya semakin giat mengejar skripsi, Heeseung malah menjadi malas dan tertinggal dari mahasiswa lainnya.

Jika bukan karena Sunghoon yang menceramahinya setiap hari, Heeseung mana mungkin berangkat ke kampus.

Keduanya memang berkuliah di kampus yang sama. Namun Sunghoon tidak semalas Heeseung yang saat ini menginjak semester 10, sedangkan Sunghoon di semester 8. Maka dari itu, Sunghoon sampai turun tangan untuk mendorong Heeseung agar bisa wisuda bersamanya nanti.

Bisa gila jika Heeseung terus menambah semester diumurnya yang terus bertambah. Mau jadi mahasiswa abadi?

"Ck, awas aja kalo kunci mobil gue gak dibalikin," rutuk Heeseung mengingat ancaman yang diberikan Sunghoon tadi malam kepadanya jika tidak berangkat ke kampus.

"Heeseung kamu pulangnya jam berapa?" Minju bertanya lagi, membuat Heeseung terpaksa menoleh ke arah ruang tamu lagi.

"Gak pulang gua, gak usah nanya-nanya," balas Heeseung capek, padahal masih pagi tetapi energinya sudah terkuras.

Minju merasakan Niki memeluknya dari samping. Anak kecil itu mengeratkan pelukannya seperti menahan tangis. Samar-samar Minju mendengar bisikan Niki.

"Bunda, hari ini aku ulang tahun, masa ayah lupa sih?" katanya pelan. "Kalo ayah gak pulang berarti gak ada yang rayain ulang tahun ku."

Mendengar hal itu, Minju pun mengerti jika anak sekecil itu tengah kecewa. Walaupun Heeseung bukan Ayahnya sungguhan, tetapi Niki ingin dianggap sebagai seorang anak. Tentu hari ulang tahun akan sangat bermakna bagi Niki yang masih sangat kecil itu.

Minju pun perlahan melepaskan pelukannya. "Heeseung masih disitu ya, Ki?"

"Masih bunda..."

Kemudian Minju pun berdiri, sambil meraba-raba sekitar untuk mendekati Heeseung yang tengah memakai sepatu di dekat pintu.

"Heeseung?"

"Apaan lagi? Jangan banyak tanya deh, gue lagi buru-buru nih."

"Niki kayaknya butuh kamu banget hari ini, katanya hari ini hari-"

𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐜 | Lee Heeseung ✔Where stories live. Discover now