Bab 9

150 18 1
                                    

SUDAH dua hari aku pindah tinggal di ibu kota, hidup bertiga dengan suami dan maduku. Di sini aku adalah istri pertamanya namun posisiku jelas berada di urutan kedua. Mbak Likke yang kerjaannya sebagai seorang model pun jarang terlihat keberadaannya jika di siang hari. Jadi selama dua hari tinggal di Apartemen ini posisiku bukan hanya menjadi istri pertama, melainkan juga layaknya asisten rumah tangga buat mereka.

Bagaimana tidak, jika mulai pagi aku menyiapkan masakan buat sarapan kami bersama, bahkan hari ini suamiku itu hanya sarapan berdua dengan istri keduanya karena aku masih sibuk menata bekal sandwich untuk di bawa suamiku bekerja.

Setelah sarapan, suami dan maduku berangkat bekerja bersama, sedangkan aku mulai membersihkan seluruh ruang di apartemen ini.

Ruangan bersih, aku lanjut membereskan pakaian kotor. Niat hati hanya mencuci pakaianku sendiri juga punya Mas Raffi, namun ketika membuka mesin cuci sudah ada tumpukan pakaian kurang bahan yang ku yakini pasti milik mbak Likke. Kalau sudah begini ya mau tak mau aku ikut mencucikan nya.

Setelah semua selesai pun waktu sudah menunjuk tengah hari. Mengisi perut dengan kenyang, dan menikmati waktu dengan berleha-leha hingga tertidur siang sebentar. Bangun tidur waktunya mengangkat pakaian kering dari jemuran kemudian lanjut ku setrika dan ku masukkan ke lemari pakaian. Sore hari ku gunakan untuk memasak menu makan malam.

Ketika malam hari tiba, ruang televisi sudah menyala dengan sepasang manusia yang saling bersandar manja duduk menikmatinya. Niat hati ingin bergabung pun tak terealisasikan ketika aku melihat dua insan yang sedang asik bercumbu mesra. Tak ingin mengganggu, lalu berikutnya jika malam hari tiba aku hanya bisa mengurung diri di kamar, menelpon ibu dan dua sahabatku atau bahkan aku maraton drakor hingga ketiduran. Begitulah rutinitas ku selama tinggal di Apartemen ini. Hingga tak sadar sudah sebulan aku tinggal di sini.

Aku merindukan ibu. Aku merindukan diriku yang dulu sebelum menikah. Ini baru satu bulan, harus berapa lama lagi aku merasakan kesepian seperti ini.

Istri hanyalah sebuah status di atas kertas saja. Nyatanya dua orang yang kini tinggal bersamaku itu tak pernah menganggap keberadaan ku. Sering kali mereka keluar kencan sekedar makan malam berdua atau bahkan staycation di tempat yang indah.
Jika kalian bertanya bagaimana aku bisa tahu? Tentu saja aku tahu dengan melihat postingan di sosial media mbak Likke yang sering memamerkan berbagai aktivitasnya itu.

Drrtt... Drrtt... Drrttt...

Getar ponsel di atas meja membuyarkan lamunanku. Ku lirik ponsel yang menyala menampilkan nama Citra terpampang di atas layar. Segera ku angkat ponsel dan menjawab panggilan darinya.

"Halo.. Assalamu'alaikum.."

"Waalaikumsalam. Beb.. lagi sibuk gak. Udah selesai apa belum nge-babu nya, hahaha...".

Suara ejekan dari sahabatku itu semakin membuat bibirku memberengut kesal. Sialan memang mulut sahabatku itu. Tau gitu kan aku gak akan cerita-cerita nasib keseharian ku selama tinggal di Apartemen ini.

"Sialan lu pada. Nambah-nambahin kesel gue aja deh."

Suara tawa di seberang semakin kenceng, kayaknya Citra gak lagi sendiri.

"Bestiii keluar yuk.. mumpung suami rasa kakak kamu itu lagi honeymoon dengan istri aslinya. Hahaha.." suara Bunga dan cekikikan yang ku duga suara tari terdengar dari seberang telepon.

Memang benar, aku kemarin cerita di grup whatsapp jika aku di tinggal Mas Raffi dan Mbak Likee liburan keluar negri. Ke Paris lebih tepatnya. Mas Raffi sih pamitnya bilang mau menemani mbak Likee ada pemotretan di Paris, namun jika melihat postingan instagram Mbak Likee yang sama sekali tidak menunjukkan sedang bekerja membuat hatiku sedikit iri dengan aktivitas mereka di sana.

Aku menghembuskan nafas lelah kemudian bertanya, "Kalian lagi ngumpul dimana emang. Lagi bareng ya kalian bertiga."

Alih-alih menjawab pertanyaanku, Bunga mengubah panggilan suara itu beralih dengan panggilan video.

"Halo beiiibb.." sapanya ceria.

"Kita lagi otewe on the way nih. Buruan siap-siap tampil yang cantik ya. 10 menit lagi kita tunggu di lobi apartemen."

"Eh tunggu dulu, kalian serius ini. Tumben gak ngabari dulu sebelumnya. Untung gue lagi luang."

"Serius dong. Kita kan mau menghibur seorang istri yang lagi tersakiti sendiri. Pokoknya mumpung Mas Raffi lagi gak di rumah, waktunya kamu senang-senang juga. Biar gak merana jadi pembantu berstatus istri. Hahahhaha... Becandaaaaaa hahaha.."

"Emang mau kemana sih."

"Pokoknya buruan deh ganti baju yang cantik. Kita mau mantaii. Bawa baju ganti juga deh. Kita staycation dua hari satu malam."

"Ya udah gue siap-siap dulu. Kalau kelamaan entar kalian naik aja ke Apartemen." Suruhku yang mendapat jawaban oke dari teman-temanku itu. Dan kemudian panggilan telepon itu pun berakhir.

"Yuk bangkit yuk. Emang cuma suami dan maduku aja yang bisa liburan. Aku gak mau lagi cosplay macam istri tersakiti lagi. Kayaknya aku emang harus keluar dari zona ini deh", gumamku bertekad sambil beranjak masuk ke dalam kamar.

Sudah berganti pakaian aku yang saat ini bercermin kembali membulatkan tekad. "Oke Rima, kamu juga berhak untuk bahagia. Ayo kita mulai sepulang dari liburan nanti."



*


*

Bersambung. . .
17.11.23

Jgn lupa tekan ⭐ kalo mau update bab selanjutnya cepet muncul 😂


AKU BUKAN YANG KEDUATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon