🦉Chapter 62 | Mantra Sihir

2K 133 17
                                    

🦉CHAPTER 62🦉

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🦉CHAPTER 62🦉

- Mantra Sihir -

Freyya menyodorkan segelas Ice Americano pada Gallan dan duduk di bangku yang sama di taman rumah sakit itu.

Tadinya gadis itu sudah separuh jalan menuju jalan pulang usai mengambil motornya di kampus, tapi Freyya baru ingat bahwa dirinya malah meninggalkan buku-buku pustaka yang tadi peminjamannya baru dia perpanjang.

Tas jinjing berisi buku itu masih tertinggal di bawah meja ruang ICU-nya Jayden. Freyya tak bisa meninggalkan buku itu begitu saja karena membutuhkannya sebagai bacaan teori untuk persiapan seminar proposalnya lusa.

Meski Keenan pasti akan mau mengantarkan buku-buku itu nanti malam ke rumahnya tapi Freyya tak ingin merepotkan lelaki itu. Keenan harus ganti shift dengan ibunya untuk menjaga Jayden sampai penerbangan orang tuanya dari Jepang.

Alhasil, Freyya kembali ke rumah sakit dengan motornya dan berniat segera pulang setelah mengambil tasnya. Tapi, yang ada dirinya malah berpapasan dengan Gallan yang kondisi wajahya sudah babak belur.

Kalau bukan karena paksaan Freyya, Gallan mungkin tetap akan bersikeras menolak pengobatan perawat laki-laki tadi di UGD. Namun, daripada ribut lagi sama Freyya, Gallan pun akhirnya mengalah dan menuruti untuk diobati.

Sedangkan Keenan, lelaki itu tak banyak bicara saat Freyya kembali untuk mengambil barang yang ketinggalan, mungkin karena Keenan tak ingin Freyya tau apapun soal alasan penyerangannya pada Gallan tadi.

Kini, Gallan menerima sodoran minuman es kopi yang dibeli Freyya dari kantin rumah sakit untuknya dan membiarkan gadis itu duduk sedikit menjaga jarak di sebelahnya.

"Hidup lo kenapa sih? Sehari aja nggak bikin masalah, bisa?" heran Freyya menggeleng-gelengkan kepala.

Gallan yang wajahnya sudah diobati dan menyisakan memar di beberapa bagian hanya nyengir kecil, menyedot es kopi itu dan memandang jauh ke pemandangan taman rumah sakit. "Ya, mau gimana lagi."

"Pasti lo yang duluan nyari gara-gara sama Keenan kan? Lo pasti mancing-mancing emosi dia. Lo harus tau, Keenan itu meski tipe cowok yang lembut tapi dia nggak akan memaklumi cowok brengsek kayak lo," celoteh Freyya.

"Ya ampun, sementang dia sahabat lo, lo langsung ngebela dia gitu." Gallan memanyunkan bibirnya tapi kemudian meringis karena kembali merasakan nyeri di area hidungnya. Beruntung hidungnya tidak patah, ternyata tonjokan Keenan tidak sehebat itu untuk mematahkan batang hidungnya.

"Padahal lo sama Keenan baru aja gue tinggal sebentar. Kenapa malah berantem kayak anak kecil begitu, sih?" omel Freyya lagi, tak habis pikir dengan kedua lelaki ini.

"Wait, kayaknya pernyataan lo itu salah, deh. Yang tadi itu bukan berantem, lebih tepatnya penyerangan," koreksi Gallan, sebab yang melontarkan serangan hanyalah Keenan sedangkan dirinya sama sekali tidak balas memukul lelaki itu.

THE REBELLOUSE! (On Going)Where stories live. Discover now