00. Prolog

88 13 9
                                    

“Hukum alam; dalam menggapai sesuatu yang diinginkan, kita harus siap kehilangan yang lainnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hukum alam; dalam menggapai sesuatu yang diinginkan, kita harus siap kehilangan yang lainnya.

•••

Jakarta, 10 Mei 1998

Teruntuk Reenjani Akrania.

Apakah aku menulis surat ini terlalu cepat, ya? Entahlah ... pikirku tidak akan sempat lagi jika harus menulisnya besok ataupun lusa. Sebab, bayangan sang pencabut nyawa telah menghantuiku dalam waktu belakangan.

Setidaknya, sebelum hari itu tiba, aku ingin meninggalkan jejakku untukmu.

Saat pesanku sampai di tanganmu, aku pasti sudah pergi jauh.

Tidak akan ada yang sadar atas kepergianku; dunia segera menganggap aku tidak pernah ada di peradaban mana pun.

Maaf, aku takkan mungkin menjadi garda terdepan untukmu lagi. Maaf, pamitku tak bisa diutarakan secara langsung ... dan terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk menyayangimu dengan caraku sendiri, Reenjani.

Banyak hal yang tak sempat ku ceritakan mengenai diriku yang sebenarnya.

Namun ... singkat saja. Latar belakang hidupku kelam, Reen. Teramat kelam. Kurasa, kamu sudah tahu itu.

Sejujurnya, aku telah menduga jika kelahiranku ke dunia bukanlah hal yang menguntungkan. Aku tidak yakin, bila ‘dia’ benar-benar bahagia dengan kehadiranku sejak masih berupa gumpalan daging tanpa ruh. Sebaliknya, ‘dia’ pasti sangat membenciku dan mungkin saja rajin mengutukku setiap detik.

Jadi, lewat kesempatan yang semesta berikan dan dengan penuh kesadaran, aku memutuskan untuk tidak dilahirkan kali ini. Demi kebaikan orang-orang yang aku cintai. Terutama ‘dia’; Ibuku. Yang dekapannya tak pernah tercatat di memori.

Reenjani ... berjanjilah padaku, untuk berbahagia setelah ini!

Aku tidak menerima penolakan. Sepakat, ya?!

Muncul gemuruh yang menggelegar serta mengacak-acak hati Reenjani kala membaca kata demi kata pada surat di genggaman. Lengannya yang masih ditusuk kanula itu tiba-tiba gemetaran. Sampai-sampai, tiang kecil yang menjadi tumpuan cairan infus pun ikut bergerak.

Tanpa aba-aba, buliran air bening membanjiri kedua pipi gadis itu.

Benarkah sang penulis pesan tidak akan hadir di sisinya lagi?

===================

𝙺𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚖:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝙺𝚊𝚕𝚒𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚖:

𝚂𝚊𝚍 𝚘𝚛 𝙷𝚊𝚙𝚙𝚢 𝙴𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐?

𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝙾𝚗 𝚐𝚘𝚒𝚗𝚐 𝚘𝚛 𝙲𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚝𝚊𝚖𝚊𝚝?

𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚗𝚢𝚒𝚌𝚒𝚕 𝚜𝚒𝚑 𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚗𝚢𝚊. 𝙼𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚎𝚗𝚌𝚊𝚗𝚊 𝚞𝚙 𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗, 𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚝𝚊𝚋𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚋𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔, 𝚍𝚊𝚗 𝚞𝚙𝚍𝚊𝚝𝚎𝚍-𝚗𝚢𝚊 𝚗𝚐𝚐𝚊𝚔 𝚖𝚊𝚌𝚎𝚝 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒 (⁠'⁠ ⁠.⁠ ⁠.̫⁠ ⁠.⁠ ⁠'⁠)

𝚂𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚛𝚊, 𝚊𝚔𝚞 𝚞𝚙 𝚙𝚛𝚘𝚕𝚘𝚐 𝚍𝚞𝚕𝚞, 𝚢𝚊. 𝚂𝚎𝚎 𝚢𝚘𝚞 𝚘𝚗 𝟸𝟹𝚛𝚍 𝚘𝚏 𝙳𝚎𝚌𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚋𝚊𝚋 𝚙𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊, 𝚆𝚊𝚗𝚙𝚞𝚞!

𝚆𝚒𝚝𝚑 𝚝𝚑𝚛𝚎𝚎 𝚝𝚑𝚘𝚞𝚜𝚊𝚗𝚍 𝚕𝚞𝚟,

-'♡'-
ℳℯ𝒾𝓇𝒾𝓃
-----------

20 Desember 2023

DE NOVO 1998Where stories live. Discover now