Part 02. Tamparan Paha

1.1K 100 0
                                    

Selamat Membaca

Kelviandra kini tengah duduk dikursi kebesarannya, sembari jarinya ia ketukan dengan pelan ke meja. Matanya terus menganalisis beberapa laporan dari segala devisi, sesekali ia juga mengecek CCTV untuk memantau Camilla.

Terdengar pintu terbuka, kini arah pandang Kelviandra teralihkan kearah pintu. Disana Galuh tengah berdiri, berjalan mendekati meja Kelviandra.

"Lapor tuan, seluruh perintah tuan telah saya laksanakan."

Kelviandra menegakkan duduknya, kini penampilan Kelviandra sangat menarik untuk dilirik dan dilihat, rambut emasnya yang panjang diikat menyamping, baju kemeja warna merah darah dengan lengan yang digulung serta celana kain berwarna hitam.

Kelviandra juga mempunyai tai lalat dibawah matanya yang membuat para wanita tertarik dengannya, Galuh dengan sabar menunggu jawaban dari sang tuan muda.

"Bagus, setelah jam kerja selesai kamu akan menemani saya memberikan hukuman kepada mereka, persiapkan dirimu."

Galuh membungkuk sesaat, setelahnya ia berjalan keluar ruangan. Berkerja dengan Kelviandra membuat dirinya sedikit tahu etika seorang millionaire muda, tak jarang Galuh juga menerima banyak surat dan pernyataan cinta dari wanita-wanita yang pernah ia temui.

Kelviandra bangkit dari duduknya menghampiri sebuah kaca yang langsung menghadap ke jalanan pusat kota yang padat dengan kendaraan, tangannya meraih sepuntung rokok dan menyalakannya.

Dihirupnya rokok itu dalam-dalam, sesekali ia hembuskan asapnya hingga mengudara didalam ruangannya. Mata dengan manik sebiru lautan itu terpejam mencoba mengingat wangi mawar Camilla yang membuat dirinya tergila-gila.

"Haruskah aku mengikat dirimu?" Kelviandra menyeringai, sesekali melihat kearah bangunan tinggi selain perusahaan miliknya.

Kelviandra mematikan rokoknya, dan kembali duduk dikursi kebesarannya. Tangannya meraih tab dan membuka rekaman CCTV tempat tinggal Camilla saat ini.

***

Camilla terbangun disebuah tempat asing, sebuah kamar yang minimalis dengan warna putih dan abu-abu membuat kesan menenangkan bagi siapa saja yang menghuninya.

"Sakit...dimana aku?" Camilla bergumam sembari memegang kepalanya, mencoba mengingat terakhir kali ia kehilangan kesadarannya.

Suara pintu terbuka, kini atensi Camilla berpusat pada seorang ibu yang telah berumur sedang membawa sebuah nampan yang berisi semangkuk bubur dan segelas air.

"Nona, anda telah sadar? Bagaimana kondisi anda?" Ibu itu menaruh nampan pada meja nakas, tangannya terulur mengambil mangkuk yang berisi bubur dan duduk ditepi kasur.

"Ini ada surat dari tuan muda Kelviandra, tuan menyuruh agar nona tinggal sementara dirumah ini" sendok makan itu terpaku diam dihadapan mulut Camilla menunggu ia membuka mulutnya.

Camilla membuka mulutnya, merasakan rasa hambar ketika lidahnya bersentuhan dengan bubur itu.

"Apakah saya dapat keluar dari rumah ini bibi?" Camilla menunggu jawaban sembari melipat kertas yang berisikan pesan dari Kelviandra.

"Secara perintah, nona dapat beraktivitas seperti biasa. Namun, nona harus mengingat bahwa nona tidak akan pernah bisa lari dari tuan Kelviandra." setelah bubur itu habis, bibi meraih gelas yang berisi air dan menyodorkannya kehadapan Camilla.

Camilla dengan perlahan menghabiskan minuman itu, setelah mendapatkan jawaban yang ia inginkan membuat Camilla sedikit tenang. Ia hanya perlu menunggu Kelviandra datang menghampiri dirinya dan mengatakan bahwa tubuh Sherina diisi oleh jiwanya dan jiwa Sherina telah pergi.

Sembari menunggu, Camilla beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Camilla membersihkan wajahnya dan melihat banyak skincare yang berjejer di wastafel, tangannya meraih salah satu serum dan memakainya diwajahnya.

Setelah selesai, Camilla menuju ke clothes room dan memilih salah satu dress yang menarik perhatiannya. Dress pink dengan tali spaghetti yang berada dipunggungnya, namun setelah dipikirkan lagi Camilla meraih dress dengan panjang selutut berwarna putih gading.

"Sangat cantik."

Camilla juga meraih flat shoes  berwarna serupa dan memakainya, kini tampak cantik dan anggun. Camilla melangkahkan kakinya keluar kamar menjelajahi rumah minimalis ini dengan perasaan yang campur aduk, sejujurnya ia takut dengan sosok Kelviandra namun ada setitik rasa rindu dan cinta disudut hatinya, ia menebak bahwa rasa itu adalah peninggalan dari jiwa Sherina.

Setelah puas mengelilingi rumah, Camilla duduk di sofa dengan kedua kakinya yang menyilang dan segelas jus jeruk ditangannya. Menunggu Kelviandra datang dengan sabar, namun bermenit-menit hingga berjam-jam lamanya sosok Kelviandra yang Camilla tunggu tidak memunculkan batang hidungnya hingga membuat Camilla sebal.

"Sialan. Kemana sih itu manusia, gue mau jelasin apa yang telah terjadi tapi gue tunggu itu batang hidungnya malah kagak nongol." Camilla terus menggerutu dan kembali menyesap jus jeruk miliknya.

Bibi yang sesekali mengintip dari kejauhan tidak berani menegur sang nona yang tengah sebal itu, hingga bibi melihat Camilla kini tengah berjalan keluar rumah.

"Non, mau kemana?" Bibi berjalan menghampiri Camilla dengan sedikit berlari kecil.

Camilla menghentikan langkahnya, tangannya masih bertengger digagang pintu. Camilla menolehkan kepalanya menghadap kearah bibi yang kini sedang menunggu jawaban dari dirinya.

"Pergi."

Jawaban singkat dari Camilla membuat kalut sang bibi, bagaimana pun bibi telah mendapatkan amanah dari sang tuan untuk menjaga nona-nya yaitu Camilla.

"Anu nona...apa perlu bibi temani?" Bibi itu berusaha membujuk Camilla, namun Camilla menjawab dengan nada yang datar.

"Gak perlu bi, aku cuma jalan disekitar perumahan aja" Camilla menarik handle pintu dan melangkahkan kakinya keluar, ditengah gumamannya itu, langkah Camilla terhenti ketika sebuah sedan hitam mengkilap berhenti dihadapannya.

Pintu mobil itu terbuka, kini terlihatlah sosok Kelviandra yang tengah berdiri tepat dihadapan Camilla sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.

Dengan alis yang terangkat, Kelviandra bertanya kepada Camilla.

"Mau kemana?" Nada dingin namun tersirat sedikit kelembutan itu terdengar ditelinga Camilla.

Camilla memundurkan tubuhnya ketika Kelviandra mencoba mendekati dirinya, dengan gugup Camilla menjawab pertanyaan Kelviandra.

"Jalan-jalan sekitar perumahan."

Kelviandra berhenti mendekati Camilla, dengan secepat kilat Kelviandra mengangkat tubuh Camilla ke pundaknya seperti karung beras.

"Lepas...lepas heh!" Camilla menjerit dan memukuli punggung ramping Kelviandra.

"Diam."

Kelviandra menampar paha Camilla, ketika sampai diruang tengah, Kelviandra menurunkan tubuh Camilla.

"Kelviandra, kamu harus tahu bahwa aku bukan Sherina mu." Camilla langsung to the poin namun reaksi yang ia dapatkan hanya kekehan singkat saja.

"Kau bercanda heh."

Kelviandra mengukung tubuh Camilla, membelai tulang wajah Camilla hingga membuat mata Camilla terpejam dan menahan nafasnya.

"Bernafas honey," Kelviandra kembali duduk dihadapan Camilla, mengamati gaun Camilla. Memang benar bahwa selera Sherina ini sangat berbeda dari jiwa Camilla.

Sherina lebih menyukai gaun yang terbuka membuat setiap lekuk tubuhnya itu terlihat dan menggoda, sedangkan Camilla atau Sherina yang dihadapannya ini berpenampilan cantik dan anggun.

"Ini hanya trik kamu kan?" Kelviandra kembali terkekeh, dengan sekejap ekspresi Kelviandra mendingin.

"Jika berfikir kau dapat mengelabui ku, kau salah Sherina. Bahkan ketika kau berganti jiwa atau apapun itu, kau hanya akan menjadi milikku seorang."

Kelviandra bangkit dan berjalan meninggalkan Camilla yang tengah terkejut oleh pernyataan Kelviandra barusan.

Can't Run Away From me-Honey! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang