CHAPTER 06

309 34 9
                                    

CHAPTER 06 : Azel ditembak?

***

Sehabis belajar selama dua jam lebih, Azel memilih untuk duduk bersantai di balkon kamarnya, lebih tepatnya duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Papa Ernald untuk anak sulung tercinta. Jam menunjukan pukul sepuluh kurang tujuh menit, membuat gemerlap bintang di angkasa lebih sedikit dari biasanya. Dipangkuan cowok itu terdapat Enjel yang sedang mendusel ke perut Azel, yang mana membuat sang empu kegelian.

Tertawa sejenak sebelum kembali memancarkan raut lesu. Ternyata bolos lebih menguras energi daripada mengikuti pelajaran seperti biasanya. Namun, Azel juga tak menyesalinya karena tadi siang cukup seru.

"Njel, Papi capek asli. Capek banget jadi orang goblok, kagak pinter-pinter walopun udah belajar," celetuk Azel sembari mengusap bulu halus kucingnya. Ia terkekeh miris meratapi nasibnya yang mungkin tidak akan bisa seperti Alfa.

Enjel lantas merambat ke dada Azel membuat kucing itu berdiri dengan bertumpuan pada dada Azel. Sementara cowok itu mendekatkan wajahnya dan menempelkan hidung mancungnya ke hidung milik Enjel.

"Meow.. meow!"

Azel tertawa renyah. "Enjel marah?"

Kucing berjenis kelamin perempuan itu merambat turun, kemudian menumpukan kakinya pada paha Azel. Ia menatap babunya yang seperti sedang banyak pikiran itu.

"Apasih, Njel? Nggak usah bikin Papi salting deh.."

Entah lah, walaupun Azel tidak tahu apa yang dimaksud dengan tatapan yang Enjel berikan, tapi berbicara dengan kucing menurutnya lebih enak dari pada dengan manusia. Jawabannya memang hanya 'meong' saja, tapi itu berhasil membuat hati sang pecinta kucing tersentuh karena berpikiran bahwa kucing itu menyimak keluh kesah sang babu dengan baik.

Ya, padahal dalam hati Enjel berkata; "Mana ada gue buat salting lu, bjir!"

Mari beralih ke kolam buaya milik Gemoy yang sekarang ada seorang cowok sedang duduk ditepi kolam tersebut dan menatap kolam yang sangat tenang itu. Dia, Alfa, sedang memikirkan cara terampuh untuk bisa meluluhkan hati sang Papa karena mengetahui Azel bolos karena Alfa dan Azar. Makanya dia minta saran ke Gemoy dan berharap buaya itu mau memunculkan dirinya.

Walaupun sifat Papa Ernald memang mudah luluh, tapi Alfa tetap saja bingung bagaimana berbicaranya nanti. Takut salah bicara kan nanti Alfa juga yang repot, mana Azar nggak mau bantu kalo nggak disogok lagi.

"Duhh, Moy! Keluar kek, gue butuh bantuan lo nih--"

Baa!

"Anjir! Moyyy.. untung jantung gue nggak copot!" Alfa sontak berdiri dan mundur dua langkah.

Gemoy tetaplah Gemoy, hewan buas yang sudah jinak tapi tak tahu apa-apa selain makan dan makan jika lapar sih. Alfa mengelus dadanya yang berdetak lebih kencang karena dikagetin sama Gemoy tadi yang tiba-tiba keluar ke permukaan air.

Mulut lebar Gemoy terbuka, Alfa yang tahu jika Gemoy pengin makan pun langsung menuju ke samping pintu masuk kolam yang ada daging disana. Mungkin baru dibeli Papanya tadi sore karena ini masih terlihat baru. Kemudian cowok itu kembali ke Gemoy yang masih mangapin mulut. Alfa melempar daging tersebut ke mulut Gemoy yang disambut dengan gembira oleh buaya itu.

A3Where stories live. Discover now