Part 13

65 14 3
                                    

Aku sedang memperhatikan pantulan penampilanku dari cermin ketika Sally membuka pintu kamar dan langsung bersiul menggodaku.

"Sepertinya ada yang akan pergi berkencan malam ini."

Aku melirik Sally sambil tersenyum dan kembali memperhatikan gaun biru tua yang aku kenakan. Gaun ini memiliki model yang sederhana dengan tali kecil di masing-masing pundak, panjang di atas lutut dan membentuk lekuk tubuhku. Hanya saja gaun ini mengekspos hampir setengah dari punggungku.

"Apa ini terlalu berlebihan, Sally?" Aku meminta pendapat sahabatku.

"Kau bercanda? Tidak, kau luar biasa! Jongin akan semakin tergila-gila padamu."

"Kami hanya makan malam."

"Ya, ya, kau boleh terus mengelak sampai kau benar-benar tidak bisa menolaknya nanti." Sally mendekat dan berdiri di belakangku yang masih bercermin. "Aku akan mendandani wajahmu. Kita harus membuat Jongin terkesan malam ini."

Aku menurut saja ketika Sally membawaku pergi dari kamarku dan menuju kamarnya. Perlengkapan makeup Sally memang lebih banyak dan dia tahu bagaimana harus mempercantik diri, jadi aku mempercayakan apa pun hasilnya. Lagipula, Sally adalah seorang ahli.

***

Aku buru-buru membuka pintu ketika suara bel berbunyi. Jongin berdiri di sana dengan sebuah buket bunga mawar yang cukup besar di tangannya.

"Untukmu." Dia menyerahkan buket tersebut dan aku menerimanya dengan sumringah.

"Terima kasih, Jongin."

Bunga-bunga ini cantik dan sangat harum.

"Kau sudah siap?"

"Ya, tentu."

"Nikmati malam kalian. Semoga berhasil!" Sally menyahut riang dari arah ruang tengah yang mampu terlihat oleh aku dan Jongin.

Aku tersenyum sambil menggelengkan kepalaku melihat tingkah Sally sementara Jongin mengangguk dan membalas celotehan Sally dengan tidak kalah konyol.

"Kau harus menghubungi Chanyeol untuk menemanimu malam ini, Sally."

Aku terkekeh mendengarnya sementara Sally sudah tergelak di ruang tengah. Setelahnya aku pamit pada Sally dan mengajak Jongin untuk keluar. Jika diteruskan, Sally dan Jongin tidak akan selesai.

"Apa aku sudah mengatakan kalau malam ini kau sangat cantik?" Jongin bertanya ketika kami dalam perjalanan ke basement, tempat mobilnya terparkir.

Aku tidak bisa tidak tersipu malu mendengar hal itu. "Terima kasih atas pujiannya, Tuan Kim. Kau juga terlihat tampan."

Jongin terkekeh sebelum menganggukkan kepalanya. "Yah.. itu memang kenyataan."

Jongin dan kepercayaan diri yang tinggi. Aku ikut terkekeh bersamanya.

Saat kami melewati jejeran mobil yang terparkir, aku sempat menoleh dan tidak sengaja melihat pantulan wajahku di kaca salah satu mobil dan cukup terkejut dengan polesan makeup di wajahku. Ingatkan aku untuk berterima kasih dan memeluk sahabatku nanti karena Sally benar-benar melakukannya dengan sangat baik. Dia membuatku terlihat begitu berbeda, maksudku berbeda dalam artian yang sangat bagus.

Aku tidak pernah tahu bahwa warna merah bunga mawar sangat cocok untuk bibirku dan Sally sudah menunjukkannya langsung malam ini.

Sampai di mobil Jongin seperti biasa dia membukakan pintu untukku, lalu ia segera menyusul dan duduk di bangku pengemudi.

Mobil bergerak meninggalkan area parkir dan keluar menuju jalanan. Aku tidak tahu Jongin akan membawaku makan malam di mana dan aku tidak ingin bertanya mengenai hal itu.

Selama perjalanan, suasana hatiku sangat bagus. Semuanya terasa menyenangkan sekaligus mendebarkan. Aku suka dengan bunga-bunga mawar yang ada di pangkuanku, aku suka tampilan wajahku, aku suka Jongin yang begitu tampan di sebelahku.

"Kau tidak bertanya ke mana kita akan pergi?" Jongin memulai percakapan setelah kami melewati sepuluh menit pertama.

Aku yang sedang menunduk menciumi aroma bunga di pangkuanku langsung menoleh ke arahnya. "Beri aku kejutan."

Jongin menoleh padaku selama beberapa detik dan membuat tatapan kami bertemu. Melihat dirinya yang begitu tampan membuatku tersenyum yang dibalas olehnya dengan senyuman yang begitu indah.

Aku menyukainya...

***

Makan malam kami berjalan dengan begitu sempurna. Aku suka restoran yang Jongin pilih, aku suka makanannya, aku suka alunan denting piano yang dimainkan dengan sangat lembut dan khususnya hidangan pencuci mulut yang baru saja selesai kami nikmati.

"Terima kasih sudah membawaku ke sini, Jongin. Tempat ini luar biasa."

"Aku senang kau menyukainya." Jongin tersenyum.

Walaupun berusaha disembunyikan, aku tahu Jongin terlihat cukup gusar. Dia beberapa kali meneguk air di gelas dalam waktu singkat.

"Hmm, Jongin...aku ingin mengatakan sesuatu."

"Ya?"

"Mengenai pernyataan cintamu."

Aku bisa menangkap kegugupan dari raut wajahnya sebelum Jongin tersenyum. "Aku tidak ingin memaksamu untuk menjawabnya jika kau belum siap. Aku masih bisa menunggu dua hari lagi." Jawabnya diselingi candaan.

Aku terkekeh dan dalam hati cukup bersyukur karena hal itu berhasil mengusir sedikit rasa gugup yang tadi memenuhiku.

"Aku ingin memberi jawabannya sekarang." Ucapku.

Jongin memberiku tatapan yang tidak terbaca kali ini tanpa mengatakan sepatah kata pun. Seolah dia menungguku untuk segera memberitahunya jawaban apa yang akan aku berikan.

"Aku mau jadi pacarmu."

Kedua mata Jongin sempat membulat sebelum akhirnya dia menghela napas lega dan tersenyum lebih cerah daripada sebelumnya. Aku juga tidak bisa menahan senyumanku.

"Apa kau serius?" Jongin memastikan.

"Ya." Jawabku sambil mengangguk kecil.

"Terima kasih, Soojung." Jongin meraih satu tanganku yang berada di atas meja dan menggenggamnya erat. "Aku tidak akan membuatmu menyesali keputusanmu."

***

*Sneak Peek*

Aku tahu gadis ini bukan gadis biasa seperti yang sering kutemui sebelumnya. Sejak pertama kali dia masuk ke dalam ruangan klub, tatapanku sudah hanya terpaku padanya. Wajahnya, senyumannya dan bagaimana dia tertawa bersama teman wanitanya, tanpa sadar aku memperhatikan itu semua.

Aku tidak menemukan Chanyeol yang entah pergi ke mana, jadi aku memutuskan untuk turun ke lantai dansa saat melihat gadis itu hanya menari sendirian. Dari gerakannya yang serampangan, aku yakin dia tidak memiliki banyak pengalaman. Anehnya, aku merasa terhibur saat melihat dia menari sesuka hati.

Aku mengira dia akan mendorongku ketika tanpa permisi aku ikut menari dengannya. Dia memang sedikit terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba muncul di belakangnya, tapi itu hanya sesaat. Dia kembali bergerak mengikuti irama musik dan aku seperti mendapatkan lampu hijau.

Sial, gadis ini benar-benar cantik apalagi dilihat dalam jarak yang sangat dekat seperti ini. Kedua pipinya bersemu dengan tatapan yang hampir kehilangan fokus. Entah berapa banyak yang dia minum sebelumnya.

Biasanya aku tidak tertarik dengan para wanita yang mendatangi klub malam, bahkan jika mereka yang menyodorkan diri mereka sekalipun. Aku sudah berhenti dari semua kebiasaan itu.

Namun gadis yang ada di hadapanku saat ini... Aku benar-benar ingin membawanya ke tempatku dan memilikinya untuk diriku sendiri.

Aku tahu jika aku melewatkannya saat ini, aku mungkin akan menyesal nanti.

***

Part selanjutnya dari sudut pandang Jongin yaaa~

Aku kasih cuplikannya sedikit karena nanti akan diceritakan cukup panjang, hehe

Selamat membaca~

Love,

Me

Dive Into YouWhere stories live. Discover now