11. Bodoh

501 28 2
                                    

Aeera terbangun dari tidurnya dengan perasaan bingung dan pusing. Dia berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, tapi memori tentang malam itu samar-samar. Aeera melihat sekelilingnya dan melihat bahwa dia berada di kamar tidur yang tidak asing.

Kemudian, dia melihat seorang lelaki tertidur pulas di sebelahnya. Sejenak ia merasa kaget dan bingung, namun ia tidak bisa menyangkal sedikit perasaan hangat yang muncul di hatinya saat melihat Gandi tenang dan damai tidur.

Akan tetapi, pertanyaan besar muncul di pikirannya. Apa yang sebenarnya terjadi semalam? Mengapa mereka berdua ada di sini? Dan mengapa Gandi tertidur di sampingnya?

Aeera memijit pelipisnya sejenak, kepalanya terasa begitu pengar dan setelah mengumpulkan ingatannya kembali seketika ia sadar jika lelaki yang tengah tertidur di sampingnya ini telah memaksanya untuk datang ke club.

"Brengsek!" gumamnya kesal, bodoh sekali dirinya dan mau mengikuti lelaki itu untuk minum hingga tidak sadarkan diri. Aeera mengambil ponselnya dan menemukan bahwa dia menerima beberapa telepon tak terjawab dan pesan dari nomor yang tidak dikenal.

"Hey Aeera, lo udah bangun? Kalian berdua menghilang semalam. Gue khawatir. Hubungi gue kalau lo udah bangun!" pesannya berbunyi dari nomor yang tidak dikenalnya. Siapa?

Aeera mengabaikan pesan itu dan hanya membacanya saja, gadis itu kemudian beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan segera pergi dari sini. Setelah selesai mencuci wajahnya ia keluar dan melihat Gandi masih tertidur pulas dan ia merasa lega untuk itu. Gadis itu kemudian kembali mengambil ponselnya  dan kembali menerima pesan dari nomor sebelumnya.

"Aeera, ini gue Mauren. Kita ketemu di club semalam, lo nggak ingat? Ah iya lo mabuk semalam, gimana keadaan lo sekarang?"

Aeera memukul kepalanya pelan, samar-samar ia ingat jika sempat menyapa dan memeluk seorang gadis yang tengah bersama pasangannya. Jadi itu Mauren?

"Ah maaf Mauren, gue baru ingat ketemu sama lo semalam. Keadaan gue baik kok..." balasnya seadanya namun tiba-tiba saja Mauren menelfonnya. Dengan cepat Aeera berlari ke kamar mandi lagi, ia takut jika Gandi akan terbangun. Sampai di kamar mandi ia mengangkat telfon Mauren, namun ia merasa bodoh untuk itu. Mengapa ia tidak berlari keluar saja tadi?

"Hallo Mauren-?"

"Raa gimana keadaan lo sekarang, kemarin gue liat lo sana Gandi. Dia nggak macam-macam kan?"

Aeera terdiam sejenak, Mauren terdengar begitu histeris di seberang sana. Namun entah kenapa hatinya merasa hangat, ketika ada yang merasa khawatir dengan dirinya.

"A-aman kok, maaf ya semalam pasti gue bertingkah aneh..." bisik Aeera namun terdengar tawa keras yang membuatnya bingung.

"Santai aja Raa, tapi emang aneh sih. Tapi gue suka liatnya karena lo bisa jadi diri sendiri dalam keadaan tidak sadar tapi gue harap lo selalu jadi diri lo sendiri. Gue cuma mau bilang jangan pernah takut, lawan selagi lo mampu. Kalau lo butuh apa-apa lo bisa cerita ke gue Raa..."

"Gue tau, thanks ya Ren..."

Tok..Tok...Tok!

"Sayang..."

Aeera terdiam jantungnya berpacu cepat dan dengan cepat ia mematikan telfonnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Buka pintunya!"

Betapa bodoh dirinya hingga masuk ke dalam kamar mandi lagi dan tidak langsung keluar dari sini. Sekarang ia harus keluar sebelum menghadapi kemarahan Gandi.

"Buka atau gue dobrak!"

Brak!

tbc

klo rame lanjottt

Kegilaan Sang MantanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt