30. Bercanda ❤️🧟‍♂️

85 7 0
                                    

Flori memasuki kamar dengan sangat hati-hati. Di belakangnya ada ajudan membawa box besar dengan panjang, lebar dan tinggi 50×50×50 cm.

Mendapati Hasan masih tertidur lelap hanya berbalutkan selimut hingga pinggang, Flori terkekeh gemas dan licik. Hasan benar-benar lelap sekali dan tidak seperti biasanya sangat mudah dibangunkan.

"Over there. Right!" ucap Flori mengangguk kala box besar itu di simpan di posisi sesuai keinginannya.

"You can go. Thanks."

Flori melangkah mengendap-ngendap pada kado besar yang di simpan di atas meja bundar depan kaca jendela besar. Ia mengulum senyum sembari menatap Hasan dan kado itu bergantian.

"Euungh!" erang pria kekar berkulit coklat tua itu menggeliat memutar tubuh hingga telungkup.

"Goog morning, prince charming!" bisik Flori menindih tubuh suaminya dari samping sembari berdiri.

"Non?" gumam Hasan sontak membuka mata dengan lebar. Ia terkejut.

"Yes? Apa? Haha. Kaget, yaaa?"

"Non udah bangun?" tanya Hasan sangat parau. Florenzia suka sekali mendengarnya.

"Belum. Ini rohnya."

Hasan sontak tertawa sembari berusaha memutar tubuh. Ia belai sisi wajah istrinya yang terus mendaratkan dagu di ujung bahu. Dengusan istrinya menjadi tanda kalau istrinya senang diperlakukan seperti itu.

Dengan tawa manis yang masih tersisa, Flori biarkan Hasan memutar tubuh dan menyandarkan punggung pada sandaran ranjang.

Sempat selimut di tubuh Hasan tak sengaja turun. Flori spontan menjerit centil dan menjahili suaminya. Hasan segera menarik selimut itu dan itu membuat Flori tertawa besar. Hasan masih belum terbiasa.

"Tadi kamu kentut, lho, pas tidur," ucap Flori duduk di sisi ranjang sembari merapatkan tubuh. Ia tunjuk wajah tampan itu sembari memicing.

"Hahaha. Oh, ya?"

"Iyaa! Kentut lamaaa. Ieew." Flori mengerling manja sembari mengibas rambut.

"Hahaha. Iya, non, maaf, ga sengaja," ucap Hasan sangat lembut mengusap ubun-ubun istrinya. Ia tekan lembut kepala istrinya dari belakang agar wanita cantik itu menyandar pada bahu.

"Makasih buat semalem, non." Hasan terpejam mensyukuri apa yang ia dapat. Ia dekap punggung istrinya dengan kedua tangan.

"Well.... sama-sama." Flori memejamkan mata.

"Tapi aku juga makasih sama kamu."

"Makasih kenapa?" tanya Hasan tak paham.

"Ya aku juga seneng. Aku seneng kita kayak semalem," ungkap Flori jujur. Kepalanya menyandar pada bahu kekar itu dengan wajah terarah ke bawah.

Hasan tersenyum lebar nan manis. Ungkapan itu membuatnya merasa dianggap dan diterima. Ternyata sang nona sudah tak sebenci itu padanya.

Flori tiba-tiba berontak manja agar berhenti didekap. Ia duduk dengan tegap. Tangan mereka saling menggenggam. Dengan kaku Flori menunjuk ke arah kiri di mana kado tadi ia simpan.

"Kenapa, non? Non dapet kado?"

Flori sengaja menggeleng tanpa suara. Gelengannya membuat rambutnya terkibas cantik.

"Kenapa? Berat? Sebentar, biar saya angkat." Hasan bergegas berjingkat dari ranjang, namun istrinya malah merapatkan tubuh dan menekan dada bidangnya dengan kedua tangan.

"Sini, yuk!"

"Iya, non."

Hasan mengambil sarung hijau yang kusut di ranjang, lalu memakainya sembari mengikuti langkah sang nona.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now