Mumud, Ayo Pulang!

146 12 1
                                    

Part ini sekali ketik aja, jadi gak sempat baca ulang apalagi di edit, kalau ada typo, harap dimaklumi.
****

Ridho telah pulang sedari tadi, dia telah selesai pula menyantap makan siangnya. Awalnya dia cuek menunggu dikamar seraya memainkan ponselnya, namun lama-kelamaan dia kepikiran juga akan pertengkarannya dengan Pramudya. Ridho melirik gelisah pada jam di dinding.

"Sudah jam empat sore, kemana si Mumud? Dia belum makan siang. Duh jangan-jangan dia ngambek!" Ridho kini mondar-mandir di dalam kamar karena memikirkan Mumud yang tak pulang-pulang.

Mondar-mandir malah membuat Ridho jadi semakin gelisah, untuk menghalau kegelisahannya dia memutuskan untuk beres-beres kamar dan membantu membersihkan rumah. Tentu saja ini mengagetkan sang ibu sekaligus membuatnya senang. Biasanya Ridho itu mager sekali orangnya. Bahkan begitu selesai dengan lantai rumah, dia bergerak keluar rumah, menyapu halaman sekaligus memotongi tanaman pagar yang mulai tak rapi. Sudah jam lima lewat, Ridho semakin cemas,

"Mud, kau dimana? Ayo dong pulang!" Namun penantian Ridho sia-sia. Bahkan hingga malam Pramudya tak kunjung pulang. Hasilnya Ridho tidur dengan tak tenang.

"Hantu Kepala Jamur!" Ridho mengigau rupanya.
"Ayo pulang, maaf aku sudah marah padamu. Kalau kau pulang aku janji gak akan marah dan memukulmu lagi. Bahkan kau bebas makan apa saja, makan jamurku juga boleh" Ridho melantur dalam tidurnya.

Begitu pagi Ridho masih tak mendapati Mumud di sampingnya. Maka meluncurlah air matanya, dia tak tahu kenapa ada yang kurang dengan kamar ini tanpa ada gangguan usil dan tingkah jahil Pramudya.

Ridho berangkat ke sekolah dengan perasaan tak enak, dia masih memikirkan Pramudya, bahkan tatkala Bayu dan gengnya kembali membully nya dia tak peduli. Padahal Bullyan Bayu kali ini tak kalah jahat, mengacak-acak bahkan merobek-robek buku Ridho di dalam tas, bahkan menempelkan permen karet di kursi Ridho hingga lengket di celananya.

Pulang sekolah Ridho menghambur keluar kelas paling cepat, dia berlari ke rumah, berharap kalau Pramudya sudah kembali.

"Mumud!" Teriaknya begitu mendorong pintu kamar, namun hatinya kecewa, tak ada Mumud di sana. Maka meledaklah tangis Ridho. Emaknya yang lagi membuat kue di dapur bersama seorang tetangga sampai terheran-heran melihat sang anak yang mewek seorang diri.

"Dho kau kenapa?" Tanya Bu Mira.

Ridho cepat menghapus air matanya.
"Enggak Mak, habis nonton film yang sedih" jawab Ridho bohong sambil pura-pura memainkan ponselnya.

"Huh, kau ini. Masa cowok nonton film sampai sesenggukan. Sudah nontonnya, ayo makan dulu. Mamak bikin kue bingka kesukaanmu lho"
Bu Mira heran, Ridho terlihat lesu saja, padahal biasanya kalau sudah dengar kue bingka nih anak akan girang semangat empat lima.

Ridho cuma mengangguk. Dia menuju dapur tanpa mengganti pakaian lebih dahulu. Dia mengambil piring, mengisinya dengan nasi, sayur dan lauk. Namun baru empat suap dia terhenyak.
"Mumud belum pulang, diluar sana dia pasti kelaparan belum makan, aku disini malah enak-enakan" cemas kembali melanda Ridho.

Ridho sudahi makan siangnya, dia cepat meraih kunci motor matic sang ibu tanpa permisi dan sudah nyelonong kabur meski sang ibu meneriakinya jangan pergi.

"Mumud, pulang dong!" Rintih Ridho, dia memutuskan mencari Pramudya ke penjuru kampung sekalipun dia belum tahu banyak tempat dikampung itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah mencari kepenjuru jalan juga masuk ke gang-gang kecil. Mencari ke kebun-kebun orang tetapi Mumud tak terlihat.

Ridho yang polos bahkan mencari sampai ke jamban seorang penduduk yang masih berjamban diluar rumah. Dan sialnya ada orang yang sedang boker di dalam kakus itu, tentu saja si empunya jamban mengamuk dan melempar Ridho dengan air dan gayung.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 19, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FALLEN ANGEL Where stories live. Discover now