31. Semakin cinta.

118 9 0
                                    


Menyambut kedatangan Asih, Hasna dan Hasni yang datang ke kediaman Florenzia bersama Hasan di kota Massachusetts, Flori menyambut keluarga suaminya dengan banyak makanan enak. Ia juga menyediakan tiga kamar berisikan perabot baru. Satu meja saja bisa berharga 80juta. Flori ingin semuanya kualitas paling bagus.

Wanita tua renta berpakaian jadul itu melangkah lamban setengah digusur kala memasuki rumah menantunya yang kaya raya. Ia menatap sekeliling dengan gelengan tipis di kepala. Rumahnya bagus sekali.

Di belakang Asih ada Hasna dan Hasni, lalu dua ajudan di belakangnya lagi.

Asih, Hasni, apalagi Hasna masih canggung dan takut pada Florenzia. Perbuatan Hasna dahulu yang berani menampar Flori masih tercetak jelas dalam ingatan semua.

"Selamat datang, Bu Asih!" sambut Flori menuruni tangga dengan elegan.

Hasna dan Hasni yang berdiri di belakang Asih sontak saling memberi kode lewat tatapan mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hasna dan Hasni yang berdiri di belakang Asih sontak saling memberi kode lewat tatapan mata.

"Masih seksi, ya. Ga kasian sama aa," bisik Hasna setengah menghasut.

"Kan dari kecil emang seksi. Namanya juga orang kota, kaya raya." Hasni menjawab dengan bahasa Indonesia, namun aksen Sunda yang kental.

"Tapi, kan, kasian aa atuh. Ga sopan tahu."

"Ssuut. Itu!" tunjuk Hasni ke depan.

Begitu terkejutnya Hasna melihat kakak iparnya salim pada sang ibu, lalu mendekap sesaat. Dekapannya jauh dari kata erat.

Asih tergagu akibat pelukan itu. Pertanyaan apakah dirinya sehat, bagaimana perjalanan dari Indonesia ke sini, dan pertanyaan lainnya membuat Asih tak percaya.

"Ibu sehat, neng. Neng apakabar?"

"Alhamdulillaaah kalo gitu. Saya juga sehat." Flori berdiri sembari setengah merangkul. Rangkulannya lembut sekali.

"Tadi pesawatnya bagus sekali. Ada kamar juga, neng."

"Hehe. Iya. Bu Asih suka berarti, yaa? Saya seneng kalo gitu." Flori mengusap bahu ibu mertuanya, lalu menurunkan tangan.

Suasana menjadi kikuk. Florenzia sendiri masih canggung terhadap Asih. Ia pernah berkata-kata tidak baik pada ibu mertuanya.

"Ss‐san... Sansan mana, neng?" tanya Asih menatap ke lantai dua. Mana anak pertamanya yang belum ia temui selama setengah tahun?

"Tadi masih mandi, bu."

"Ibu duduk, yuk. Istirahat dulu." Flori kembali merangkul ibu mertuanya dan membimbing wanita itu menuju ruang keluarga yang paling nyaman.

"Ibu Asih mau langsung makan? Saya udah siapin banyak makanan buat ibu."

"Nanti aja, neng. Ibu Asih masih sedikit pusing. Baru pertamakali naik pesawat." Asih sangat lemah dan lambat kala bicara. Napasnya berat.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]Where stories live. Discover now