32. maaf

100 9 1
                                    

Sore hari, di tengah hujan yang deras, wanita cantik jelita yang memakai kimono dengan di dalamnya hanya memakai baju renang sangat terbuka itu berlarian manja mengelilingi kolam renang setelah mendorong suaminya hingga tersungkur masuk ke dalam kolam balon dan membuat balon itu meledak akibat tekanan kuat yang tiba-tiba.

Pria gagah berkulit coklat tua itu terpejam dalam keadaan hanya memakai celana pendek. Tubuhnya basah dan banyak dihinggapi bebek-bebekan setelah istrinya lempar dari kejauhan.

Flori berjoget-joget sembari menggoyangkan pantat dengan lihai. Ia sedang mengejek. Ia tertawa besar kala suaminya berusaha bangkit, namun kembali tersungkur karena balon kolam itu licin.

"Hahahaha." Flori tertawa besar tanpa bisa berhenti. Ia sampai mencengkeram perutnya.

"Demi aleks, lucu banget jatohnyaaa. Hahahaha."

"Ga lucu ah." Hasan berlagak marah. Tapi ini lah Hasan, tak bisa marah pada istrinya. Ada senyuman tipis di bibir.

"Bodoamaaat. Kalo emang buat aku lucu, ya lucu! Wlee!"

Flori mengerling kala suaminya mendekat dalam keadaan basah kuyup. Ia sengaja mundur kala tersisa jarak satu meter diantara mereka. Sontak suaminya terkejut.

"Mau ngapain, hayooo? Takyut aku tuuuch." Flori memicing sembari menutup bathrobe-nya dengan erat di tubuh.

"Haha. Becandaaa terus. Ck ck ck." Hasan menggeleng manis sembari berusaha meraih tangan istrinya. Lagi-lagi ia ditolak.

Flori melipat tangan dengan angkuh. Ia beritahu pada suaminya kalau ada syarat agar ia bisa patuh. Suaminya sontak bertanya.

"Apa?"

"Kiss. Kissssss. Hihi. Hiii. Hihihi." Flori mengernyih malu-malu sembari berusaha menutup wajah dengan kedua tangan.

"Gampang itu mah. Yuk! Di kamar."

"Kalo maunya disini?" tukas Flori seolah menantang.

Pria itu sontak menggeleng. Mereka sama-sama tahu kalau Hasan tak bisa berciuman dengan bebas, apalagi ada Asih dan dua adiknya di sini.

"Ya udah, ga usah masuk kamar. Sana aja bobo di kamar bawah tanah!" ketus Flori tanpa membentak. Ia membuang muka seolah ini masalah serius.

"Heii... neeng..."

"Kali-kali manggil sayang, dong! Eneng terus! Ga jelas!!" sembur Flori menepis tangannya di udara dan menghentak kaki. Ia kesal.

"Apa?! Kenapa diem?! Haa?!!" semburnya lagi menantang pada suaminya yang membeku karena terkejut bukan main.

"Akang ga mak–."

"Ssuut!! Ga usah berisik! Sana jauh-jauh! Hush-hush-huush!" tukas Flori menepis kedua tangan, lalu mundur menjauh.

Kebersamaan Hasan dan Florenzia ternyata disaksikan oleh Hasna sejak awal. Hasna mengintip dari jendela kamar Asih. Sebagai seorang adik, Hasan merasa marah atas perlakuan kakak iparnya. Kakak iparnya sering marah-marah, mengatur, dan sangat tidak hormat pada kakaknya.

Mata Hasna memicing dengan bibir membengis. Ia tak suka kakak laki-lakinya direndahkan seperti itu.

Tiba-tiba ada suara tangis dari kejauhan. Hasna menggeleng muak kala tahu itu siapa. Bisa dilihat kakaknya berlari sangat sigap.

"Hiks. Hiks. Huuuu." Flori berlari seperti bocah. Ia akan naik ke lantai 2 dimana kamarnya berada.

"Neeng!"

"Neng, tunggu, neng! Maaf, neng!"

"Huuuu! Babaaaa!" raung Flori semakin menjadi. Ia memasuki kamar dan membiarkan pintu menutup otomatis.

The Beautiful Devil is My Lady [TAMAT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें