[END] BL - Epiphanies of Rebirth

42

Bab 42

Qi Kai dipukuli dengan cukup parah sehingga dia tidak dalam kondisi untuk berpartisipasi lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Oleh karena itu, setelah makan siang, Xiao Chi berkata bahwa Qi Kai “tidak akan bergabung dengan mereka,” pria itu tidak pernah muncul lagi.

Hal ini menyebabkan Dai Gaofeng sangat marah padanya. Secara pribadi, dia mengeluh kepada bos yang berteman dengannya, “Qi Kai itu! Dia selalu menjadi pekerja keras, tetapi akhir-akhir ini, dia tampak semakin buruk!”

Namun keluhannya bukanlah urusan Lin Jingzhe dan Xiao Chi. Total perjalanan ke Changqing hanya dua hari; setelah dikurangi lima atau enam jam yang diperlukan untuk perjalanan kembali ke Kota Yan, waktu yang tersisa tidak terlalu lama. Makan malam baru saja selesai ketika Dai Gaofeng mengumumkan sudah waktunya untuk pergi.

Menarik investor real estat sangat penting bagi pembangunan perkotaan suatu kota. Provinsi Changqing saat ini belum berkembang dengan baik, dan sekelompok pengusaha real estate dari Kota Yan merupakan sumber daya yang sangat berharga . Karena itu, Walikota Cao sangat tidak ingin mereka pergi. Untuk menunjukkan keramahtamahan dan ketulusannya, ia mengumpulkan banyak orang untuk memberikan sambutan hangat kepada kelompok tersebut.

Di antara mereka juga ada Wang Quan, pengusaha yang mereka temui di restoran, dan para pengikutnya.

Lin Jingzhe benar-benar tenang sekarang, setelah melampiaskan semua kemarahan dan frustrasinya pada Qi Kai. Bertemu dengan Jiang Qiaqia kemarin telah membuatnya terguncang terutama karena dia tidak sadar. Hari ini, dari awal sampai akhir, dia bahkan tidak pernah meliriknya.

Keinginan tertentu tidak mungkin terpenuhi , namun memiliki penyesalan dalam hidup tidak selalu berarti buruk. Dia sudah memutuskan untuk tidak melakukan kontak apa pun dengan Jiang Qiaqia—sebaliknya, dia akan melakukan yang terbaik untuk menghindarinya. Terlebih lagi, kehidupan Jiang Qiaqia jelas tidak begitu baik saat ini dan dia bertekad untuk tidak membiarkan wanita itu menyakitinya lagi. Karena itu, apakah ada kebutuhan untuk memperhatikannya?

Selain itu, Jiang Qiaqia sedang memikirkan hal yang paling jauh dari pikirannya saat ini. Apa yang terjadi pagi ini…

Memikirkannya sekarang, itu konyol.

Tapi rasanya begitu… Perasaan yang dia rasakan adalah—

Karena celananya akan menjadi terlalu ketat suatu saat nanti, dia buru-buru mulai memikirkan hal lain agar dia tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan umum.

Terlepas dari usia mentalnya, tubuhnya baru berusia dua puluh saat ini dan penuh dengan semangat muda. Meski begitu, Lin Jingzhe cukup terkejut karena dia selalu menganggap dirinya orang yang agak dingin. Saat dia menjalani kehidupan mewah di Kota Yan di kehidupan terakhirnya, dia mungkin bertindak tidak terkendali, tapi dia lebih peduli tentang bagaimana dia bisa membalas dendam terhadap keluarganya yang acuh tak acuh daripada wanita. Kemudian, kematian ayahnya dan apa yang terjadi selanjutnya memaksanya untuk tumbuh dewasa dalam semalam, dan dia terlalu sibuk berusaha mendapatkan cukup uang untuk bertahan hidup sehingga memiliki waktu atau energi yang tersisa untuk percintaan. Dan kemudian… Seiring bertambahnya usia dan terbiasa sendirian, dia menjadi semakin tidak tertarik untuk berguling-guling di bawah selimut. Ini adalah pertama kalinya hal itu membuat darahnya mendidih karena kegembiraan seperti itu.

Itu membuat ketagihan, membebani, dan menggembirakan, membuatnya merasa benar-benar hidup. Ibarat kotak ajaib yang tidak bisa ditutup setelah dibuka, setelah merasakan perasaan ini, mustahil untuk melupakannya.

Lin Jingzhe menoleh dan menghadap Xiao Chi, yang berdiri di samping Dai Gaofeng mendengarkan dia berbicara. Tatapan Xiao Chi lebih tajam dari biasanya, membuat orang takut untuk melihatnya. Hanya Lin Jingzhe yang tahu bahwa apa yang dirasakan pria itu bukanlah kemarahan sama sekali—sebaliknya, dia sepertinya benci karena dia tidak bisa meraih Lin Jingzhe dan melepaskan pakaiannya saat itu juga.