AFFERO 17 - Start the Game

54 21 50
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



"Kamu yakin mau melakukan hal ini, Faro?" Alfredo bertanya pada sang adik bungsu tanpa mengalihkan pandangan dari kaca mobil di depannya.

Lama Affaro terdiam tanpa menjawab pertanyaan sang kakak, hingga satu anggukan kecil setelahnya berhasil membuat Alfredo menghela napas. "Coba pikirkan lagi, Abang cuma nggak mau kamu menyesal nantinya. Fero juga, anak itu benar-benar. Padahal dia tinggal jujur saja pada Dyezra, apa masalahnya?"

Faro menggeleng tanda ia juga tidak tahu apa alasan Fero sebenarnya. Akan tetapi, kesepakatan telah dibuat. Ia juga tidak bisa menolak permintaan saudara kembarnya itu. Lagipula, ia sudah tidak bisa mundur lagi sekarang saat melihat sebuah motor Beat Deluxe berwarna hitam melintas dengan Dyezra sebagai pengendaranya di samping mobil mereka. Alfredo yang juga melihat sosok pacar Fero itu jadi ikut terdiam.

Sebelum keberangkatannya ke London, Fero memang sudah menunjukkan foto Dyezra pada mereka. Begitupun dengan orang-orang di sekitarnya yang harus ia ketahui. Seperti Viona, Fikri, Deon, Mira, Nindi, dan terutama Diorza yang merupakan adik laki-laki dari Dyezra.

"Itu si Dyezra, 'kan?" tanya Alfredo tanpa mengalihkan pandangan dari sosok Dyezra yang baru saja memasuki gerbang sekolah bersama motornya.

"Ya, sepertinya itu dia."

"Kalau begitu, sana masuk. Ingat, bersikap seperti biasa. Fero sudah menunjukkan di mana letak kelasnya, 'kan?"

Faro mengangguk. Pemuda yang merupakan saudara kembar Fero itupun membuka pintu mobil dan keluar dari kendaraan beroda empat milik kakak laki-lakinya. Lantas kemudian segera bergegas memasuki bangunan Sekolah Menengah Atas tersebut dengan perasaan campur aduk. Antara senang, bingung, dan penasaran seolah jadi satu.

Faro senang karena akhirnya ia bisa kembali merasakan sekolah umum setelah sekian lama homeschooling. Ia juga penasaran dan sudah tidak sabar bertemu dengan orang-orang baru. Di sisi lain, ia juga bingung dan takut kalau-kalau ia akan membuat kesalahan nantinya. Karena ia sadar, ia bukanlah seorang Affarozan Galarzo di sini.

Akan tetapi, Afferozan Galarzo.

Puk!

"Woy, Fer! Ke mana aja lo sampe nggak masuk kemaren?"

Faro tersentak saat sebuah suara dan satu tepukan pada bahu ia rasakan. Dengan cepat ia menoleh ke sumber suara dan menemukan seorang gadis manis dengan potongan rambut sebahu berdiri menatapnya penasaran.

Ah, pasti dia yang namanya Viona.

"Padahal Dyezra kemaren lomba, dan dia pastinya juga butuh suntikan semangat dari lo. Tapi lo malah nggak masuk," oceh Viona panjang lebar dengan kedua tangan yang sudah berada di pinggang.

"Sorry, gue ada kepentingan keluarga kemaren." Ya, hanya itu jawaban yang terpikirkan oleh Faro saat ini.

Viona mengangguk-angguk mengerti. "Ya udah lah. Toh, lombanya juga udah selesai. Lo harus temuin Dyezra nanti, dia agak kecewa karena lo nggak ada buat nyemangatin dia kemarin," lanjut Viona sembari memberikan tepukan singkat pada bahu Faro sebelum pergi meninggalkan kembaran Fero itu di lorong kelas.

Sesaat setelah kepergian Viona, barulah Faro bisa merasa lega. Jujur saja ia sedikit kaget karena kemunculan Viona yang terbilang sangat tiba-tiba. Untung saja ia bisa mengontrol sikapnya dengan baik.

"Hah ... ini sedikit sulit ternyata," gumam Faro sembari kembali melangkahkan kakinya menyusuri lorong untuk sampai ke kelasnya di MIPA-2. "Belum apa-apa, aku sudah bertemu dengan Viona. Setelah ini siapa lagi?"

"Eh, Fero! Benar Fero, 'kan?!"

Sebuah suara kembali menghentikan langkah Affarozan Galarzo kali ini. Pemuda itu menghela napas sejenak sebelum menoleh ke asal suara dan memberikan senyuman tipisnya pada sosok laki-laki berkulit sawo matang. Dalam diam Faro membaca name tag yang terpasang di seragam laki-laki itu.

Adyatama Malfikram.

"Kenapa?"

"Lo dipanggil ke Ruang BK sama Bu Retno."

Kening Faro seketika mengernyit dalam kala satu nama asing terdengar di telinganya. Seingatnya Fero sama sekali tidak memberitahu tentang siapa-siapa saja guru di sekolah ini yang harus ia kenal. Apakah Bu Retno ini adalah salah satunya? Kira-kira orang yang seperti apa ya beliau?

"Sekarang?"

Fikri mengangguk. "Iya, sekarang. Mending lo cepet ke sana, deh. Keknya ada hal penting. Soalnya ekspresi Bu Retno tadi serius banget." Fikri sedikit bergidik ngeri kala mengingat sosok guru killer di sekolah mereka itu.

"Oke, thank's ya infonya!"

"Yoi! Sama-sama, Bro!"

Setelahnya, Faro benar-benar mencari Ruangan BK untuk menemui Bu Retno di sana. Sesekali ia jadi harus bertanya pada siswa yang kebetulan berada di sekitarnya soal letak Ruang BK yang tidak ia ketahui. Tentunya dengan alasan yang sedikit tidak masuk akal, seperti lupa ingatan dadakan misal.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Guidance and Counseling Room.

Tok, tok, tok!

Suara ketukan pintu membuat seorang wanita paruh baya dengan tubuh berisi dan kaca mata bening yang dipakainya itu spontan berhenti dari kegiatan mengetiknya. Laptop yang menyala dengan segelas kopi panas di meja ditinggalkan begitu saja untuk membuka pintu sejenak.

Begitu pintu ruangan sudah dibuka, wanita paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Bu Retno itu mengulas senyum tipisnya seraya berujar, "Ohh, kamu sudah datang rupanya ... Affarozan Galarzo."

Deg!

"Ba-bagaimana-"

"Bagaimana saya bisa tau?" Bu Retno tersenyum. Senyum yang sangat janggal dan misterius bagi Faro. "Fero sudah menceritakan semuanya pada Ibu, Faro ... dan Ibu bersedia membantu kalian untuk menutupi hal ini karena Ibu punya hutang budi pada keluarga kamu. Hutang budi yang mungkin tidak akan pernah sepadan jika hanya diminta untuk sekadar menyimpan rahasia kalian."

"Saya masih tidak mengerti, sungguh."

Lagi-lagi, hanya senyuman misterius yang terbit di bibir wanita paruh baya berkacamata bening itu.

"Ibu mau-mau saja menjelaskannya, tapi kamu harus masuk kelas sekarang karena bel masuk jam pertama akan berbunyi sebentar lagi."

Faro berdecak kecil. Padahal ia sudah sangat penasaran dibuat Bu Retno. "Kalau begitu, saya akan menunggu penjelasan Ibu saat pulang sekolah nanti."

"Baiklah, kamu bisa ke sini nanti."



•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Where stories live. Discover now