~CHAPTER TWENTY-TWO~

5K 302 67
                                    

BRAK!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


BRAK!

Suara dentingan keras bergema ke seluruh rumah. Fauzan terjaga, matanya terbuka dikala suara itu kembali bergema.

"TV NYA KENAPA DIBUKA KERAS-KERAS?? BERUSAHA BANGET BUAT JADI NORMAL??!!KAMU ITU GAK NORMAL!!! KENAPA BERUSAHA BANGET??!! HAH!! "

Teriakkan suara wanita, itu pasti Masha.

"TINN!! KAMU ITU GAK NORMAL!! KENAPA??!! "

Keheningan menyelimuti mereka sejenak. Tidak sehingga teriakan itu kembali kedengaran.

"ARRRGHH!!  KALO GUE TAU LO NYUSAHIN GINI, UDAH LAMA GUE BUANG. ANAK GAK GUNA!!! "

PRANGG!!

Dan hening selamanya. Miris. Hati Fauzan mendadak sakit. Siapa sangka, keluarga sebaik dan disegani di lingkungan mereka ini ternyata....

Fauzan menghela nafas panjang. Melanjutkan kata yang pasti ia sendiri sulit katakan dan pastinya sulit untuk dipahami, Fauzan tidak sanggup.

Ceklek....

Pintu itu terbuka membuat Fauzan menoleh. Itu Tinn. Masih dengan wajah datar dan kosongnya.

Ia mendekat. Duduk di bibir kasur, memandang wajah Fauzan lekat. Tidak sehingga tubuh kecil itu ditariknya masuk ke dalam pelukan. Fauzan tersentak tidak menyangka perlakuan tanpa aba-aba laki-laki di hadapannya.

Hangat menyapu pemukaan tubuhnya. Usapan demi usapan ia rasakan di punggungnya. Bau mint bertamu di dalam rongga hidungnya, membuat Fauzan terlena bahkan tenang.

Fauzan tidak tahu mengapa ini terjadi di dalam kehidupannya. Bukannya takut mahupun terancam, ia malah merasa tenang dan nyaman. Bahkan tahu kelakuan kejam, pria di hadapannya ini lakukan, Fauzan merasa sangat sangat-sangat nyaman.

Tinn melepas pelukannya. Membaringkan tubuh lemah itu kembali ke atas kasur. Ia beringsut mengambil buku yang sentiasa tergeletak rapi di atas nakas dan mulai menulis.

Mau makan?

Fauzan memejamkan matanya.

Wc?

Lagi-lagi memejamkan matanya.

Tinn menghela nafas, tidak tahu apa yang pria kecil ini mahukan. Tubuhnya tampak semakin kurus dengan tumpukan merah bekas ritual mereka.

Tinn membalikkan tubuhnya, tidak mahu memandang tubuh prianya yang begitu menyiksakan.

Tidak sehingga ia merasakan pergerakkan dari belakang. Kasurnya terasa bergerak membuat Tinn, dengan cepat berbalik.

Fauzan, pria dambaannya itu bergerak menundukkan tubuhnya. Bukannya lari, bukannya berteriak, ia malah menyandarkan tubuhnya, balik menatap mata dingin pria jangkung di hadapannya. Dengan senyuman lemah.

ꜱᴛᴀʟᴋᴇʀWhere stories live. Discover now