Part 1

1K 80 13
                                    

"Bagaimana, Ly? Rasanya berproses sambil melihat laki-laki yang Kamu cintai bersama Perempuan lain, Adik sepupumu sendiri."

Lily tersenyum gamang.

"Kenapa dilepas, Jika Kamu secinta itu sama dia?"

"Mungkin alasan Aku pergi bukan berarti Dia jahat atau nggak baik, tapi karena kalau Dia sama Aku, Dia nya gak bakal bahagia, Aku wanita yang egois dan mungkin terdengar jahat, Dia gak bakal beruntung punya Aku.

Kalau ditanya masih sayang? Tentu Aku jawab masih, Bahkan sangat sayang, Tapi Aku gak bisa Egois lagi yang memaksa Dia denganku terus," Lily menghela nafas dan menatap sahabatnya itu Rere dengan senyuman. "Dia berhak bahagia, Re. Dan memilih bahagianya Dia sendiri, Dunianya bukan Aku."

"Aku nggak habis pikir, Ly. Kamu menghabiskan banyak waktu dengannya, dan melepasnya begitu saja."

"Aku gak bisa menahan Dia lebih lama, Re. Menahannya hanya akan membuatku terluka, saat menyadari Dia punya ingin yang begitu kuat agar terlepas dariku."

"Jangan bodoh dengan kembali padanya." Lily menggeleng pelan.

"Mana mungkin, Dia akan menikah dengan sepupuku, Kan. Aku gak mungkin merusak itu, sekarang kita hanya teman dan saudara sepupu, mencintainya tak akan lagi Aku lakukan." Rere mengangguk-angukkan kepalanya pelan, "Aku balik ke Kantor ya, jam makan siang udah lewat nih, nanti Aku kabarin lagi, Muach.. Muacchh." Lily cipika-cipiki pada sahabatnya itu sebelum bergegas pergi dengan terburu-buru.

"Perempuan macam apa Kamu itu, Ly. Jika Aku jadi Kamu mungkin sudah bunuh diri, melihat laki-laki yang masih Aku cintai tertawa bahagia bersama perempuan lain, itu adalah definisi hidup di neraka yang diciptakan sendiri, Aku gak bisa sepertimu." Rere menyeruput minumannya hingga tandas dan segera pergi.

Lily masuk kedalam mobilnya dan menutup pintunya, Ia terdiam rasa sesak itu kembali membuatnya terjebak dengan air mata, "Bukankah mengikhlaskan adalah bagian dari mencintai?" Lily meremas kuat kemudinya lalu terisak hebat, "Namun Aku nyaris gila karna mengikhlaskanmu adalah keterpaksaan yang membuatku hampir mengutuk takdir ku sendiri."

Lily meluapkan rasa sakitnya dengan memukul keras kemudinya beberapa kali. "Kamu jahat, Al. Jahat."

Alvin dan Lily berpacaran sejak mereka duduk di bangku kuliah, pendekatan semenjak menjadi mahasiswa baru membuat cinta dengan mudah bersemi, empat tahun berpacaran Alvin mengungkapkan sebuah kebenaran, Bahwa Ia akan mengakhiri hubungan mereka, Namun.. Sebelum Alvin mengatakan apa yang Dia ingin katakan.

Lily lebih dulu meminta putus, Karena Lily tahu bahwa Alvin sudah tak mencintainya lagi, Rasa cinta itu udah luntur karena di hiasi oleh cinta yang baru.

Alvin mengiyakan permintaan Lily, karena itu yang Ia inginkan. Selang beberapa bulan putus dari Lily, Lana sepupu Lily mengenalkan Alvin sebagai pacarnya pada keluarga Lily.

Dan itu cukup membuat kedua orang tua Lily terkejut, karna yang mereka tahu Alvin adalah kekasih Lily.

Dan sekarang sudah dua tahun berlalu, Lana mengumumkan bahwa Alvin akan menikahinya. Lily ikut tersenyum bahagia saat mendengarnya, Ia bahagia karena pengorbanan nya tidak sia-sia untuk melihat lelaki yang dicintainya bahagia.

Lily menyeka air matanya, lalu menginjak pedal gas keluar dari tempat parkir menuju kantornya.

************

Braaaakkkkk

"Mati Aku.." Lily dengan cepat meminggirkan mobilnya, Ia melepas selt belt nya dan turun dengan cepat melihat bagian depan mobilnya yang menabrak mobil orang di depannya.

Lily dengan muka takutnya melihat mobil yang Ia tabrak ikut meminggirkan mobilnya, Seorang lelaki berjas hitam turun dari mobil yang Ia tabrak.

Lelaki itu melepas kacamata hitamnya dan melihat bagian belakang mobilnya yang penyok dan baret.

"Maaf Mas, Saya beneran gak fokus tadi, gak lihat lampu merah sudah menyala." Lily dapat melihat mata hitam legam lelaki itu menatapnya tak bersahabat.

"Saya minta kartu nama, Kamu, Saya gak tahu ini mobil di asuransikan atau tidak oleh sekretaris Saya, jadi untuk jaga-jaga Saya minta kartu nama Kamu."

"Nomer handphone Mas aja berapa?

"0811********,"

"Nama nya siapa, Mas?"

"Ali.. Saya pergi dulu karena ada meeting."

"Udah saya chat ya, Mas. Sekali lagi maafin Saya ya mas."

Lelaki itu tak menjawab, Ia berlalu begitu saja memasuki mobil hitam legam nya dan pergi meninggalkan Lily yang masih berdiri menatap kepergian mobil itu.

"Ceroboh banget sih, Ly."

Lily kembali masuk ke dalam mobil dan melanjutkan perjalanannya.

**********

Lily memasuki perkarangan rumahnya, Wanita cantik itu kembali melihat penyok pada bagian depan mobilnya lalu kembali menggeleng pelan.

Ia dapat melihat bahwa ada tamu di rumahnya dari mobil yang terparkir di depan Rumahnya.

"Jadi rencananya setelah menikah akan tinggal dimana, Lan?" Ibundanya bertanya pada keponakannya itu.

"Di rumah mas Alvin, Bude, ternyata Mas Alvin udah punya rumah loh, Bude, keren banget kan."

Lily menahan langkahnya untuk masuk, Ia berdiri di pembatas tembok antara Ruang tamu dan Ruang keluarga. Ia tergugu mendengar kalimat Lana, 'Rumah itu adalah ideku dulu, Rumah itu.. Banyak impian yang ingin Aku ciptakan di rumah itu.' Lily menggeleng pelan mendengar suara hatinya sendiri, Ia merangkai senyum di wajahnya sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

"Assalamu'alaikum, Bunda. Ehhh kirain tamunya siapa? Ngapain? Oohhh udah bagi undangan, Keren deh." Lily duduk di samping Bundanya dan membuka undangan pernikahan Alvin dan Lana.

"Mbak Lily nanti jadi bridesmaid Aku kan?"

"Oh tentu dong," Lily tersenyum tulus.

"Nanti Lana antarin bahan untuk baju bridesmaid nya."

"Oke.. Sekali lagi selamat ya, Lan, Al." Lily menatap Lana dan Alvin bergantian, "Aku keatas dulu gerah banget pengen mandi, Lily keatas ya Bund." Lily menaruh undangan yang Ia sudah buka diatas meja lalu berlalu dengan senyuman.

Ia menapaki tangga yang melingkar menuju kamarnya di lantai dua, Dengan cepat Ia menutup pintu kamarnya.

"Aku telah melihat banyak mata, tapi kenapa Aku hanya tersesat ketika menatap matamu."

Lily terduduk di lantai, ia terisak tanpa suara, ini sudah dua tahun dan Ia belum bisa melupakan rasa sakitnya, bagaimana bisa ia lupa jika sosoknya terus hadir di depannya dengan senyum lebar yang mempesona hingga kembali menariknya ke dasar jurang perasaannya sendiri.

Ini sungguh sangat menyesakkan.

**************

Balikpapan, 25 November 2023

Ticka Achmad

REASON 21+Where stories live. Discover now