Part 9

578 81 16
                                    

Sudah lebih dari dua bulan Ali dan Lily menjalani pendekatan sebagai sepasang kekasih baru.

Ali sudah datang menemui keluarga Lily secara pribadi, hanya saja lelaki itu tidak membawa serta kedua orang tuanya.

Dan kedua orang tua Lily dapat memahami yang Lily katakan dalam hubungan yang baru saja terjalin antara Ali dan Lily, Mereka berdua masih butuh waktu untuk lebih mengenal satu sama lain.

Untuk membuktikan keseriusan Ali, Lelaki itu memberikan cincin bertahta berlian untuk keseriusan nya dengan Lily. Ali memakaikan cincin permata itu di jari manis Lily di depan kedua orang tua Lily.

Lelaki itu berkata, Bahwa Ia siap menikahi Lily besok sekali pun, Jika Lily sudah siap.

Keseriusan Ali tersebut di sambut dengan tangan terbuka oleh Ayah Lily, Dan saat yang bersamaan, Hati Lily menghangat, ada kebahagiaan yang dirasakan nya saat ini, dan itu dari sosok laki-laki lain yang sama sekali gak ada dalam benaknya, Bahwa Ia akan kembali merasakan jatuh cinta.

"Kamu sibuk hari ini?" Lily tersentak dari lamunannya, saat mendengar pertanyaan Ali. "Kenapa?"

"Ahhh Gak apa, Kenapa tadi?"

"Apa Kamu sibuk hari ini?" Ulang Ali.

"Gak juga, Kenapa emangnya."

"Aku ingin ngajak Kamu ketemu sama Keluarga Aku, Kamu mau?" Lily melihat Ali dari samping, Lily tahu bahwa cepat atau lambat Ali akan membawanya untuk bertemu dengan keluarga besar Ali dan Lily harus siap untuk itu.

Lily mengangguk pelan sebagai jawaban. "Kalau gitu Kita mampir ke Apart Aku dulu ya."

"Mau apa, Kesana?" Ali tersenyum simpul.

"Aku mau ganti baju, Gerah banget."

"Alasan!" Ali tergelak.

Mereka berdua baru selesai makan siang, Ali yang tak tahu mau ngapain, dan tak ingin berpisah dari Lily itu mencoba memikirkan bagaimana cara agar Ia bisa terus bersama Lily seharian ini, setelah tak bertemu dua minggu dari Ia memakaikan cincin di depan kedua orang tuanya, Karena masalah pekerjaan di luar negeri.

"Jadi mau gak mampir ke Apartemen Aku?"

"Ya mau ngapain?"

"Ganti baju."

"Alasan!"

"Oohh Aku lupa kasih makan peliharaan Aku."

"Peliharaan apa?" Tanpa Lily sadari mobil yang di kendarai Ali sudah terparkir di Basemant Apartemen Ali. Ali melepaskan seatbelt nya, dan mencondongkan tubuhnya ke Lily. "Kamu mau apa?" Jantung Lily berdegup cepat di tatap oleh Ali dari jarak sedekat ini.

Tiba-tiba tangan Ali terulur memusut pelan perut datar Lily, "Apa gak ada yang tumbuh di dalam sana?"

Plakkk

Lily memukul pelan wajah Ali, Membuat Ali tertawa. "Gak usah aneh-aneh ya, Gak ada! Aku baru aja selesai mens."

Ali menarik diri, "Sayang banget, Benih orang ganteng gak jadi."

"Ali bisa gak sih, gak usah bahas gituan."

"Kenapa? Kita kan lagi berdua aja." Goda Ali, entah mengapa Ia mulai candu menggoda Lily.

"Ya kan tetap aja.. Aku malu, takut juga..,-"

"Takut kenapa?"

"Ya takut.., Kalau Aku hamil, gak punya suami, bisa mati Aku di gantung sama Ayah dan Bunda."

"Ya.. Aku gak akan biarin itu terjadi, Siapa saja yang nyakiti Wanitaku dan apalagi ada Anakku di sana. Mereka semua yang akan Aku gantung."

Plakkkk

Lily memukul lengan Ali. "Aku serius, Ly. Sesalah apapun kita, kita gak berhak di perlakukan seperti itu. Dan kita juga punya hak untuk membela diri kita untuk tidak menerima rasa sakit yang diberikan oleh orang lain. Karena kalau cinta itu tidak akan melukai, Dan hukuman yang lebih sakit itu bukan pukulan atau digantung, tapi Maaf."

Lily mematung lelaki di samping nya ini, membuat hati nya yang dingin menjadi hangat.

"Apalagi.. Aku siap bertanggungjawab, Untuk gadis yang Aku renggut ke perawanannya dan untuk Anak Aku yang hidup dalam rahimnya."

"Maaf.. Apa karena itu juga Kamu ingin menikahiku? Ali... Itu adalah kesalahan ku, bukan?"

"Kesalahan? Kalau Kamu adalah kesalahan Aku rela membuat kesalahan seumur hidupku, Karena tidak ada pembenaran jika Aku kehilangan Kamu."

"Rayuan Don Juan banget deh."

Tiba-tiba Ali mendekatkan diri, "Ngomong sekali lagi?"

"Ihhh sana.. Jauh-jauh Mmmmmpppph."

Ali membekap bibir manis Lily dengan ciumannya, Lidah Ali terjulur untuk mengakses lebih dalam lagi, Dan itu dapat menghilangkan kewarasaan Lily.

Tubuh lemah Lily dapat dengan mudah di bawa Ali keatas pangkuannya. Wajah merah merona karena malu itu dapat di lihat Ali meski dalam keadaan cahaya yang minim.

"Kita harus cepat menikah." Ucap Ali terengah saat melepas pagutannya. "Aku bisa gila lama-lama kalau seperti ini terus." Lily terdiam. "Will you marry me, Dear?" Lily meneteskan air mata, Ia bahkan gak dapat membayangkan akan di lamar diatas pangkuan lelaki dan dalam kondisi berantakan menahan nafsu. Sial memalukan banget untuk di ceritakan pada keluarga dan sahabatnya. "Please jawab iya, Kalau gak Aku akan menghamilimu disini."

"Dasar pemaksaan."

"Aku gak lagi maksa, Aku Ngancem." Lily tergelak, Ia mengusap air matanya. Lalu dengan berani dengan tangan yang bergetar hebat untuk pertama kalinya Ia menangkup wajah Ali.

Ia menatap dalam kedua bola mata hitam legam itu, tatapan yang mengintimidasi nya, tatapan yang memabukkan, menakutkan, tapi dari mata itu Lily dapat menemukan ketulusan cinta, Ia mendapatkan nya.

"Kata orang bijak, Manusia itu seperti buku, ada yang menipu kita dengan covernya, Dan ada yang mengejutkan kita dengan isinya. Kamu.. Seperti buku itu, Li. Kehadiranmu itu mengejutkanku, semua tentangmu itu mengejutkanku, pertemuan denganmu itu juga mengejutkanku, dan lamaranmu barusan itu juga mengejutkanku." Lily tersenyum samar sembari mengusap pelan wajah Ali. "Ali jika pun Kamu kesalahan, Kamu adalah kesalahan yang tak akan Aku sesali, Kesalahan yang terus Aku ulangi."

"Apa maksud, Kamu?" Lily mengecup pelan bibir Ali, dan itu mampu membuat tubuh Ali menegang, Ia terkejut Lily menciumnya?

"Aku mau menikah denganmu."

"Waaahhhh, Akhirnya.."

"Dan Aku punya alasan untuk itu."

"Alasan apa?" Ucap Ali tenang, walau dalam hati penuh dengan gejolak api amarah. Jika Ia mau menikah dengannya hanya karena ingin membuat Alvin cemburu, Ia bersumpah akan membunuh lelaki itu.

"The Reason.. Because I Love You."

"You're serious?  Since when?" Lily menggeleng pelan tak tahu. "Kapan Kamu mulai menyadari rasa itu?"

"Sejak malam dipantai itu." Lily tersenyum kecil melihatkan giginya lucu.

"Dan kamu baru bilang sekarang." Ia kembali mengangguk lucu. "Rasakan ini." Ali menggelitiki tubuh Lily membuat Lily menggeliat mencoba menghindar.

"Ahhhhhh Ampun.. Ampunn... Aliiiii Stooopp."

"Kamu harus di hukum." Lily mulai bersikap waspada.

"No.. No.. Nikah duluuuu... Aliiiii Hmmmmppppp."

*******************

Yeyeye My Birthday!!!
Untuk promo 100rb dpt 7 e-book hari ini terakhir yaa guys, jadi cus yang masih berminat langsung ke wawa aja ya 081285669890

Oh yaa..
Untuk Reason belum ada ebook nya ya, nanti saat ending baru aku buat e-book nya.

Ticka Achmad

REASON 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang