CHAPTER 15 (SURVIVE)

385 47 15
                                    

Bulan masih berada di langit, menunjukkan bahwa malam masih berlanjut. Terdapat 6 orang laki-laki yang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Keheningan yang tercipta bahkan membuat suara jangkrik terdengar sangat keras di gua itu. Setelah Nana pergi dari gua, tidak ada salah satu dari mereka yang membuka mulut untuk berbicara.

Mereka lebih memilih diam dan tidak bersuara, karena takut mengundang perhatian dan akan membuat mereka tertangkap. Kelima laki-laki yang baru saja keluar dari tempat gila itu sangat tidak ingin kembali ke sana lagi. Karena itu adalah tempat yang mengerikan bagi mereka berlima.

Saat ini Yeonjun, Soobin, dan Beomgyu duduk merapat dan bersandar pada tembok gua. Dengan Yeonjun yang berada di tengah. Di sisi kirinya ada Soobin dan sisi kanan dekat mulut gua adalah Beomgyu. Kedua adiknya bersandar pada bahu Yeonjun. Bahkan Yeonjun tidak melepaskan genggaman tangan Soobin dan Beomgyu.

Sedangkan Hueningkai duduk bersebelahan dengan Taehyun. Dan di sebelah Taehyun ada Raul yang memantau kondisi mereka berlima. Raul sangat tahu bahwa kondisi mereka berlima tidak bisa dikatakan baik.

Walaupun gua itu gelap tidak ada pencahayaan, namun Raul bisa mendengar deru nafas Soobin yang tidak beraturan. Udara yang dingin saat malam hari juga membuat Hueningkai menggigil kedinginan. Dan itu tidak lepas dari pendengaran Raul.

Raul berniat mengecek suhu badan Hueningkai, akan tetapi Taehyun segera menepis tangan Raul dan menarik Hueningkai agar lebih dekat dengannya.

"Apa yang kau lakukan?", tanya Taehyun dengan ketus.

"Aku hanya ingin memeriksa suhu badannya. Apa kau tidak melihat gemeletuk giginya dan menggigil?", Taehyun menyentuh dahi Hueningkai memastikan. Dan benar saja, temannya itu terkena demam. Suhu badannya sangat tinggi, ditambah dengan pakaian yang digunakannya tipis. Tidak bisa menghangatkan tubuhnya.

"Eungh.... Hyung... sakit.... Kakiku....", Soobin merintih kesakitan. Yeonjun yang awalnya tertidur langsung terbangun.

"Ada apa?"

"Sakit hyung...", rasa kantuk di matanya hilang seketika. Satu hal yang Yeonjun rasakan saat ini. Bingung. Dirinya merasa menjadi kakak yang tidak berguna, karena tidak becus menjaga adiknya. Kenapa tidak dirinya yang terluka.

"Bertahanlah Soobin, sebentar lagi kita akan keluar dari sini.", Yeonjun tidak mampu membendung air matanya lagi.

"Maafkan hyung Soobin, maafkan hyung yang tidak bisa menjagamu.", Yeonjun terisak melihat adiknya yang kesakitan seperti sekarang. Beomgyu yang mendengar Yeonjun terisak membuka matanya perlahan.

"Hyung ada apa?"

"Soobin...", dengan segera Beomgyu bangun dari duduknya dan mendekati Soobin.

"Soobin Hyung?", Beomgyu menepuk pipi Soobin yang sudah basah dengan keringat dingin. Hal itu sukses membuat Beomgyu juga semakin khawatir.

"Tenanglah, aku akan memeriksanya.", keberadaan Raul yang secara tiba-tiba membuat Beomgyu terkejut.

"Mau apa kau?!"

"Aku hanya ingin melihat keadaan Soobin.", Raul menghela nafas sabar. Memang benar sebelumnya dia berlaku jahat pada kelima laki-laki itu, jadi wajar saja jika mereka tidak percaya padanya.

"Apa kau bisa mengobatinya?", tanya Yeonjun yang sekarang tengah menggenggam tangan kanan Soobin.

"Seberapa lebar lukanya?", Raul mulai mendekati Soobin setelah Beomgyu memberikannya ruang.

"Aku tidak tau.", Yeonjun menjawab dengan lesu. Memang benar dia tidak tahu seberapa besar luka yang Soobin dapat. Hingga membuatnya seperti ini.

"Gunakan apimu sebagai penerangan, agar aku bisa memeriksa lukanya."

UNIQUERWhere stories live. Discover now