Panggilan penting

1.4K 239 3
                                    

• Panggilan penting •

Hari-hari berlalu begitu cepat, minggu minggu kemarin ini aku diberi kabar yang kurang menyenangkan oleh mijin sendiri, mijin menjadi korban kekerasan seksual, aku sendiri bahkan menjenguk mijin yang ternyata kondisi zin lebih parah.

Tangannya patah karena melindungi mijin. Aku turut sedih— tidak peduli juga sih, awalnya aku ingin menolak untuk menjenguk mengingat tidak ingin ikut-ikutan dengan alur aslinya tapi kurasa tidak sopan, aku juga tidak punya alasan yang kuat untuk menolak.

"Maaf (name), kau jadi harus bulak-balik.. padahal tempat mu lumayan bisa dibilang jauh dari ku," mijin berkata, ya benar mijin ini sangat merepotkan, benar-benar merepotkan.

"Ya, lagi pula kita teman, tidak sopan jika aku tidak menjenguk." Jawab ku berbeda dengan apa yang kupikirkan, aku tidak ikhlas tapi reputasi ku sebagai anak baik tidak boleh jelek.

mijin hanya cengengesan, aku sendiri sudah menjenguk zin yang terlihat kaku dan malu, kurasa dia merasa canggung karena aku melihatnya di keadaan tidak berdaya.

"jadi, (name)— mau sekalian jalan saja? Tidak enak rasanya kalau jauh-jauh kesini hanya untuk beberapa menit." Mijin berkata, aku mengangguk mengiyakan, aku membawa uang saku, diberi oleh bu suri, tidak begitu banyak tapi cukup jika aku irit.

"jadi.. (name), mau tau lebih lanjut tentang yohan?" Aku menengok, itu pertanyaan yang tiba-tiba, "ehh.. kalau (name) masih merasa kaget dan sedih, tidak apa jika belum mau sekarang.." mijin menjadi kaku.
"gapapa, aku mau tau ceritanya lebih lanjut."

"Saat itu, yohan benar benar sedih dan menjadi anak yang lebih cengeng saat (name) pindah ke sekolah myungmoon. Yohan bahkan menjadi lebih sering dibully— tapi tenang saja, zin selalu ada untuk membantunya. Dan seperti yang sudah mijin katakan, mijin dan zin diajak ke sebuah perjalanan, dan selebihnya (name) tahu. Yohan menghilang dan muncul lagi saat turnamen boxing, zin mengikuti turnamen tersebut dan menjadi juara ke dua karena yohan mengalahkannya." aku tersentak saat mendengar kata kata mijin yang terakhir.

"Apa? Yohan .. bagaimana bisa?" Aku bertanya, mijin yang ditanya pun menggeleng. dia sendiri tidak tahu dan bingung. "toh.. kalian lebih mengenal yohan dari pada diriku, aku kan disana hanya untuk 2 tahun." Mijin menggeleng dan tersenyum tipis, "jangan kan kami, (name). Yohan lebih terbuka dan ceria saat bersama kamu, loh."

BRUK!

suara keras tersebut mengalihkan obrolan serius kami, didepan ada seseorang berbadan gemuk yang memakai baju mart, kurasa ia didorong keras sampai-sampai bisa terjatuh.

"ASTAGA! DASAR GENDUT BODOH! AKU BILANG AKU TIDAK MAU BAYAR!" seorang laki-laki tua dengan mukanya yang berantakan, dia mabuk, bisa terlihat dari alkohol di tangannya.

"T-tuan! Anda harus membayarnya, tolong jangan seperti, ini saya bisa panggil polisi!" Balas dari karyawan mart tersebut, mijin yang disebelah ku berlindung dengan memeluk erat lengan ku.

"D-ASAR SIALAN! GENDUT!" tangannya yang memegang alkohol mulai terangkat, ia hendak memukul karyawan tersebut dengan botol beling alkohol, badan ku reflek berlari meninggalkan mijin.

Tangan ku mendorong laki-laki tersebut, tangannya seketika berdarah mengeluarkan darah merah, dia mengaduh kesakitan. Sedangkan karyawan mart terpaku kaget.

obsession || LOOKISM Where stories live. Discover now