Halaman 1

73 18 17
                                    

Juli 1999
Hari Pertama

"K-kak. Saya boleh minta tanda tangan?"

"Waduh! Kayaknya Wira gak mau deh, Dik. Kalau saya yang tanda tangan boleh?" Jawab Eric, teman Wira.

"Tapi kak... Harus ditandatangani oleh kakak pembimbing di regu, Kak."

"Kata siapa?" Tanya Wira pada gadis tingkat satu tersebut.

Gadis itu ragu-ragu untuk membuka mulut, seniornya ini terlihat sangat garang dan irit bicara. "Kata Kak Wulan. Tolong ditandatangani, Kak Wira. Kalau tidak, saya bakal dihukum setelah ini.." Mohonnya dengan menyodorkan buku panduan orientasi siswa.

"Cium saya dulu."

"Kak Eric..." Wajah adik tingkatnya itu merah padam, sepertinya akan menangis. Melihat itu Wira menepuk bahu Eric untuk berhenti menggoda gadis itu. "Dimana tanda tangan?"

"Di sebelah sini. Terima kasih, Kak."

Wira mengangguk. "Dimana Wulan?"

"Kak Wulan ada di perpustakaan, Kak." Wira mengacungkan jempol sebagai balasannya.

"Ke perpustakaan dulu."

"Apa yang kamu lakukan? Hahaha."

"Taruhannya."

"Sukses, kawan!"

***

"Hai. Mau dibantuin bawa tidak?" Tawar Wira saat melihat gadis berkepang dua yang dicarinya tengah membawa tumpukan buku tebal.

"Tidak usah."

Wira mengambil beberapa tumpukan buku dari Wulan seraya bicara, "Duh, berat loh ini, Lan."

"Tidak perlu saling membantu, kita tak saling kenal." Balasnya seraya mengambil buku dari tangan Wira.

Wira kembali merampas buku tersebut. "Kenal kok. Aku Wira Shankara dan kamu Nala Wulandari, bukan?"

"Hei! Apa yang kamu inginkan?"

"Kamu." Jawabnya polos dengan cengiran.

Berdiam lama, Wulan tak menggubris. Gadis itu mengambil balik bukunya dari tangan Wira, lalu melenggang diikuti Wira di belakangnya. 

'Siapa bocah sialan ini.' — Wulan

'Yang begini sekali ditangkap langsung mangap.' — Wira

"Sebaiknya kamu kembali ke kelasmu."

"Aku bagian dari OSIS, jadi tak perlu balik ke kelas, 'kan?"

"OSIS? Siapa namamu?" Tanyanya seraya menoleh ke arah Wira.

"Kamu tidak memperhatikanku ya, Nona?" Tanyanya balik dengan wajah cemberut yang dibuat-buat.

"Maaf."

"Wira Shankara."

"Wira Shan-ka-ra?"

Wira mengangguk. "Ya, kenapa?"

'Dia si anak kaya itu, bukan? Yang Mawar ceritakan padaku sesaat yang lalu. Aku harus jauh-jauh dari anak ini.' — Wulan

"Tidak. Permisi, aku sibuk. Kita bisa mengobrol nanti." Wulan langsung melenggang menjauhi Wira.

"Hei Wulan! Aku akan menunggumu sepulang sekolah nanti di depan gerbang. Temui aku ya!" Teriak Wira diikuti senyumnya yang merekah.

***

JAY : MissionWhere stories live. Discover now