THE FIRST

3 0 0
                                    

Pukul 10 pagi Malik akhirnya pergi ke perusahaan untuk menghadiri meeting bersama ayah mertuanya, Utari sendiri bersiap-siap untuk pergi bertemu editor bukunya yang sudah tidak sabar bertemu dia. Rumah ini mempunyai bagasi yang muat untuk 5 mobil, Malik menggunakan mobil miliknya dan Utari di antar oleh supir yang baru datang setengah jam yang lalu menunggunya berdandan sebelum pergi.

"Pak Supardi udah makan?"

"Udah bu, saya sebelum kesini makan dulu sama istri." Jawab supir yang baru saja di pekerjaan Malik hari ini, besok juga akan ada pembantu rumah tangga yang lagi-lagi Malik yang pekerjakan.

Tentu saja, Utari menikah dengan pewaris perusahaan sektor makanan, minuman dan produk berbasis susu tidak mungkin hidup dalam kesusahan. Jika saja dia tidak menghentikan Malik saat pembelian rumah, sudah di pastikan dia akan berada di perumahan elit konglomerat ibukota.

Mobil sampai di parkiran restoran cabang milik orang tuanya, Utari turun dan memberikan uang rokok untuk Supardi yang berusia 48 tahun. Utari masuk di sambut oleh resepsionis yang tidak mengetahui dirinya adalah anak tunggal sekaligus pewaris dari seluruh restoran orang tuanya.

"Sudah memesan kursi untuk hari ini, kak?" Tanya pelayan itu tersenyum ramah.

"Sudah, saya memesan lantai dua di dekat teras." Itu adalah ruangan tertutup kaca yang kedap suara cocok untuk berbicara perihal penerbitan buku miliknya dengan Kinan.

"Baik, mari saya antarkan." Pelayan itu berjalan mendahului Utari.

Hari ini Utari menggunakan dress selutut dengan belahan di sisi kanan sampai paha cokelat di padu cardigan sweater berwarna vintage rajutan. Dressnya membuat Utari terlihat jenjang, dia menggunakan sepatu skate putih edisi summer dari merk terkenal.

Utari menyebutkan pesanan miliknya juga memesankan untuk Kinan, editornya yang menyebalkan itu telat datang. Pelayan datang memberikan cemilan dan minuman gratis untuk menunggu sampai pesanannya datang, setelah 20 menit pesanan pertamanya datang bersama dengan Kinan yang terlihat terngerah-engah seperti sehabis lomba lari.

"Uta! Maaf gue telat, tadi ada kecelakaan terus jalan di tutup hampir satu jam. Ini gue aja sampe pesen ojol buat kesini lewat jalan lain yang ternyata lebih jauh dari jalan utama!!" cerita Kinan yang mengambil duduk di hadapannya. "Ya ampun, puji tuhan. Ini seger banget!" Kinan dengan serampangan mengambil gelas minum miliknya dengan tidak sopan.

Utari melambaikan tangannya memanggil pelayan lagi untuk memesan minuman lain untuknya pelayan pergi Utari menatap Kinan dengan kesal,"Gue nungguin di sini udah hampir setengah jam. Cepetan kita selesain deh, gue masih mau ada acara juga."

"Iya, sorry." Kinan mengeluarkan Ipad miliknya dan juga membenahi isi tasnya yang terlihat berat dan berantakan."Jadi kita udah nemuin beberapa item terutama cassete yang kamu pengen jadi gift untuk pembelian buku PO Limited edision, butuh waktu satu bulan buat nyari itu bagi kami permintaan kamu paling sulit. Untuk beberapa merchandise sudah ready semua, hanya tinggal desain cover buku dan format yang ingin kamu terbitkan seperti apa." Jelas Kinan dengan bahasa formal.

"Coba kasih gue contoh semua merchandise yang udah ada." Pinta Utari pada Kinan yang menghembuskan napas pasrah, dia takut ada yang harus di ganti lagi.

Utari adalah penulis best seller yang detail jika sudah membrika merchadise untuk pembacanya, dari 15 novel yang di terbitkan. Delapan di antaranya adalah penjualan best seller yang masih terus di terbitkan ulang oleh penerbitan tempat ia bekerja.

Dan Kinan sebagai editornya menjadi perantara bagi perusahaan memenuhi keinginan penulis merepotkan seperti Utari, tetapi selagi itu dapat membantunya naik jabatan dengan jalan terbaik. Kinan akan ladeni kemauan Utari.

Practice Makes PerfectWhere stories live. Discover now