BAB 2

624 74 0
                                    

"Hey, apakah kau mendengar tentang kasus akhir-akhir ini?"

"Oh, maksudmu tentang beberapa jasad wanita yang ditemukan meninggal tidak wajar itu, kan?"

"Benar. Aku sekarang tidak pernah pulang sendirian setelah kabar itu."

"Hei, kalian berdua! Cepat bereskan meja-meja di depan! Jangan hanya bicara saja!"

Jimin mencuri pandang pada dua teman pekerjanya yang baru saja di marahi oleh atasan mereka. Jimin mencoba abai. Selama bukan dia yang menjadi sasaran kemarahan. Tapi, dia jadi memikirkan omongan dua orang tadi. Apa benar ada kejadian seperti itu diluar sana?

Jika memang benar terjadi, Jimin tak bisa menahan rasa takutnya. Ia juga sering kali pulang sendirian di waktu tengah malam. Karena tempatnya bekerja adalah restauran yang buka 24 jam, dan dia memiliki jadwal kerja dimalam hari. Jimin selesai bekerjapun pasti sudah lewat tengah malam. Sangat tidak mungkin untuk meminta orang tuanya untuk menjemput disaat mereka berdua tengah tertidur. Jimin hanya bisa berharap bahwa kasus mengerikan itu segera diselesaikan oleh pihak berwajib.

Tanpa terasa, Jimin sudah menyelesaikan pekerjaannya malam ini. Setelah itu, ia berpamitan dengan beberapa teman pekerja lain karena ia akan segera pulang. Malam musim panas yang dingin. Jimin mengeratkan jaketnya untuk mengusir dingin yang menyerbu sambil berjalan kaki menuju rumahnya.

Rumahnya memang berada disebuah komplek perumahan yang tidak jauh dari pusat kota. Jaraknya juga terhitung dekat dari tempat kerja Jimin. Hanya perlu berjalan kaki 25 menit untuk sampai. Jimin beruntung karena bisa dapat pekerjaan yang dekat dengan rumahnya.

Walaupun sudah larut malam, suasana pusat kota tidak pernah sepi. Jalan menuju rumahnya juga masih ramai dengan beberapa orang dan pengendara yang berlalu lalang. Karena itulah, selama ini Jimin tidak pernah takut untuk pulang jalan kaki sendirian. Karena sepanjang jalan, ia tidak benar-benar sendirian.

Sampai akhirnya tanpa terasa Jimin sudah hampir sampai. Ia cukup melewati satu gang kecil dan akan sampai di komplek rumahnya. Namun, saat ia melewati gang itu, tercium bau busuk yang sangat menyengat olehnya. Jimin berhenti berjalan. Ia melihat kearah gang yang sepi dan gelap. Ada beberapa tong sampah yang kosong. Jimin heran. Jika tong sampah ini kosong, lantas dari mana sumber bau busuk yang menyengat itu. 

Karena penasaran, Jimin menyalakan senter ponselnya dan masuk ke dalam gang. Ia melihat sekeliling sampai akhirnya ia menemukan sumber bau itu. Namun, temuannya itu membuat Jimin terkejut bukan main sampai jatuh terduduk di tanah.

"AAAAAAA!"

Teriakan Jimin memancing beberapa orang untuk mendekat. Mereka semua sama terkejutnya dengan Jimin. Beberapa diantara mereka segera menghubungi polisi, ada juga yang menghubungi ambulan. Ada sesosok mayat perempuan dengan wajah tirus dan menghitam.

Semua seperti berlalu sangat cepat. Tahu-tahu Jimin sudah ada di kantor polisi. Berhadapan dengan seorang polisi paruh baya yang memandangnya serius.

"Nona, apakah anda yang menemukan mayat itu pertama kali?"

"Ya?" Jimin masih linglung. Tidak paham situasi sekarang.

"Bagaimana anda menemukannya?"

"Tergeletak.... digang.... sampah." Ucapannya tidak jelas. Tapi polisi itu tampak memahaminya.

"Apakah kau melihat seseorang lain selain mayat? Atau petunjuk lain soal pelakunya?"

"Tidak... aku hanya melihat mayat."

Jimin tentu mengalami syok luar biasa. Beberapa saat di kantor polisi, kedua orang tuanya datang menjemput dengan wajah panik. Sang ibu langsung memeluk putrinya dengan erat. Sedangkan Ayahnya menanyakannya situasi.

New Neighbor [ Ddeungromi ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora