Chapter 17 [antara teman atau cinta]

19 24 2
                                    

Happy reading______________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading
______________


"Kak Putra marah sama kak Bian?" Tanya Kyra.

"Mungkin aja, gue juga gak tau pasti tapi dari tingkahnya sih emang iya," jawab Bian.

Sambil menyesap pop ice jeruk Kyra terhanyut dalam pikirannya dan malah meninggalkan Bian yang masih bertanya-tanya.

Tidak biasanya Putra bersikap dingin seperti itu kepada Bian yang merupakan sahabatnya dari SMP. Seingat Kyra, kakaknya itu kalau marah tidak pernah menunjukan tingkah, paling dia diam beberapa menit saja sudah cukup, bahkan tidak sampai selama ini. Baru kali ini dia mendengarnya. Sepertinya kesalahan yang di buat Bian memang sudah keterlaluan sampai-sampai Putra marah seperti itu. Tapi, Bian saja tidak tau letak kesalahannya dimana. Jadi apa dong?

"Oh iya, kenapa kita nggak samperin mereka tadi?"

Kyra melirik sebentar setelah itu kembali mengedarkan pandangan, sesekali dia membuang napas kasar. "Pokoknya jangan ganggu kak Putra sama cintanya deh!"

Hah? Cintanya?. Bian langsung tersedak kopi yang ia minum. Situasi macam apa ini? Apa ada yang dia lewatkan? Batinnya terus bertanya.

"Maksudnya?"

"Loh, kak Putra nggak cerita sama kakak!?" Kyra balik bertanya.

Cowok itu tentu saja bertambah bingung, apa yang belum di ceritakan. Semua ini membuat Bian penasaran, sepertinya dia sebentar lagi akan menemukan letak permasalahannya.

"Cerita apa? Dia nggak ada tuh cerita."

"Cewek itu kak, anak dari orang yang nyelamatin kak Putra waktu SMP," ujar Kyra.

Dahi Bian berkerut samar, tangannya bergerak menggaruk kepala yang tidak gatal. "Jangan bilang kalau Desta..."

Mata cowok itu melebar, mulutnya ternganga lalu segera ia tutupi dengan kedua tangan. Sepertinya benar apa yang dia pikirkan setelah melihat raut wajah Kyra.

"Iya, cewek itu Desta kak."

Seketika Bian terdiam. Beberapa hari ini dia kan dekat sama Desta semenjak bertemu di aula, mungkin itu yang membuat Putra marah. Pikirnya berulang kali.

"Tapi yang anehnya, beberapa saat setelah kak Bian nganterin Desta, kak Putra datang basah kuyup sama penuh luka," sambung Kyra setelah menyesap minumannya.

Bian menoleh, "semalam dia datang? Apa mungkin dia tau kalo gue yang anterin Desta, terus dia marah gara-gara itu?"

Kyra mengangkat bahu, "mungkin aja, mending kak Bian tanya langsung sekaligus meluruskan, dari pada didiemin terus."

Benar juga omongan Kyra, lantas mengapa harus banyak mengatur kata kalau mereka berdua tidak ada hubungan apa-apa. Dan mungkin Putra akan terkejut jika mengetahui hal yang sebenarnya di antara Desta dan Bian.

******

Beberapa menit yang lalu....
Ruangan yang paling di benci oleh Desta karena bau obat-obatan yang mendominasi seakan menghancurkan indra penciumannya.

Desta sudah tidak sanggup, bahkan membuka mata saja dia tidak bisa. Seakan semuanya berputar. Dia pasrah saja mau dibawa kemana oleh Putra, yang penting dia bisa beristirahat.

Pintu ruangan dibuka perlahan, sesekali Putra melirik ke arah Desta untuk memastikan, apakah ia terganggu atau tidak. Cowok itu penuh hati-hati membaringkan tubuh Desta pada kasur.

Putra melangkah ke arah laci tempat obat-obatan di letakan, dia mencari pil pereda sakit kepala dan juga mengambil handuk kecil untuk mengompres agar demam Desta bisa turun.

"Udah sarapan?" Tanya Putra.

"Belum."

"Kenapa belum, hm?"

Desta memilih diam, ia membuka kelopak matanya dan menampilkan sosok tampan yang begitu telaten merawatnya yang terbaring lemah. Dia tidak tau, sejak kapan ia melihat Putra berbeda seperti ini.

Putra tersenyum, dia mengelus lembut kepala Desta. "Makan dulu ya, gue udah minta tolong Aidan beliin bubur didepan."

Desta mengangguk. Ia harus tetap makan walaupun semua makanan yang ia lihat sungguh membuat mual. Putra tersenyum lega, syukurlah kalau Desta mau makan.

Merasa pandangannya yang mulai lelah, Desta menutup matanya sebentar sembari menunggu kedatangan bubur. Hari ini terasa berat baginya. Putra diam membiarkan Desta, ia terus memegang tangan cewek itu tanpa ada niat untuk melepaskan.

Netra Putra terus mengamati setiap wajah Desta yang mungkin saja terlelap sambil tersenyum tipis. Cantik, batinnya dalam hati.

Brak

Saat hampir terhanyut ke dalam pesona Desta, entah suara benda seperti sebuah kunci jatuh mengagetkan Putra, ia kemudian berbalik dan mendapati pintu UKS terbuka tidak seperti sebelumnya. Apa ada orang atau perasaan gue aja.

Cowok itu lantas bangkit akan mengecek, namun dibalik pintu muncul sosok Aidan dengan kresek putih berisikan bubur yang dipesan tadi. Ya mungkin bunyi itu berasal dari Aidan.

"Sstt," telunjuk Putra diletakan ke bibir saat Aidan hampir menjatuhkan vas bunga.

"Eh sorry, sorry."

Aidan dengan perlahan meletakan kresek itu di atas meja, takut nanti Desta bangun. Tidak, lebih tepatnya dia takut jika Putra akan menjatuhkannya dari lantai dua.

"Gue tadi liat Bian sama Kyra di luar," ujar Aidan berbisik, ia segera menarik kursi dan mendudukkan diri, kemudian mengembalikan kunci motor Putra.

Bian sama Kyra?. Dahi cowok itu berkerut saat melihat kunci motor yang bukan miliknya.
"Bukan punya gue."

"Lah, punya siapa dong? Gue dapat di depan pintu kirain punya lo."

"Punya Bian kali."

"Yaudah lo kembaliin aja kan kalian tinggal barengan," Aidan meletakan kunci motor itu ke atas meja.

Cowok itu lalu keluar dan menutup kembali pintu ruang UKS dengan rapat. Ia berlari meninggalkan Putra dan Desta menuju ke sekret.

Sementara Putra, ia hanya menatap pintu itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, kemudian beralih menatap kunci yang Aidan tinggalkan tadi.

_____tbc_____

Ubur-ubur Cinta [Terbit]Where stories live. Discover now