🌓

153 23 20
                                    

Tepat saat matahari hampir berada di puncaknya, Soraru mendapat kiriman mobil baru dan sudah terparkir rapi di belakang gedung. Tadinya mereka akan langsung berangkat, tapi Soraru tiba-tiba menyuruhnya berganti pakaian.

“Kau pikir aku punya baju ganti?” Mafu mengernyitkan dahinya.

“Kalau begitu lakukan sesuatu pada sayapmu. Apa aku harus memotongnya?” Tanya Soraru dengan sepasang mata mengancam.

Dan akhirnya mereka dapat melanjutkan perjalanan setelah Mafu berhasil merapalkan mantera untuk menyamarkan sayapnya.

Semalam Mafu tidak sempat fokus pada pemandangan kota karena banyaknya lampu-lampu warna-warni yang terang benderang menghias. Tetapi setelah kota hanya disinari oleh matahari, Mafu dapat melihat lebih jelas pemandangan kota yang ternyata tidak sepenuhnya pulih total. Apalagi begitu mereka keluar dari kota, sebuah pemandangan kontras memenuhi seluruh area pandang. Dimana hanya ada reruntuhan yang menghitam akibat dilalap api dan permukaan tanah yang hancur berantakan.

“Apa ini ... “

“Ibukota sebelumnya, Tokyo,” jawab Soraru, “tapi sekarang semua sudah pindah kesana.”

“Begitu, ya. Lalu, mau kemana kita sekarang.”

“Tokyo Clone.”

“ ... Tokyo Clone?”

“Kota buatan khusus untuk organisasi Night Crow. Tempat dimana para Night Crawler beserta keluarganya tinggal,” jelas Soraru.

“Keluarga?”

Soraru melirik sekilas kemudian mengulum senyum kecil. “Apa kau pikir Amatsuki dan yang lain tidak punya keluarga?”

Mengerti maksud Soraru, Mafu tiba-tiba merasa gugup. Ia sama sekali tidak berpikir untuk dapat bertemu dengan keluarga para Night Crawler yang pernah ia bantu. Sepanjang perjalanan, Mafu diam seribu kata dengan seluruh pikiran fokus merancang skenario ramah tamah para keluarga yang akan ia temui siang ini. Tanpa menyadari Soraru disampingnya melirik dan sesekali menertawainya dalam diam.

Tepat saat matahari telah bergeser dari puncaknya, mobil hitam itu tiba di sebuah reruntuhan kota yang kondisi hancurnya tidak separah kota yang telah mereka lalui. Akan tetapi jika dibandingkan dengan ibukota baru, kota yang bernama Tokyo Clone ini berada dalam kondisi yang jauh dari kata kembali normal. Memasuki perbatasan kota, sekujur tubuh Mafu meremang kala menyaksikan gedung-gedung baja yang telah menghitam menjulang dan hanya tersisa separuhnya. Mafu melirik Soraru hati-hati, lalu mendapati Soraru yang nampaknya tidak terpengaruh oleh pemandangan kota ini sama sekali. Tidakkah pria ini setidaknya merasa sentimentil? Lagipula, bukankah kota ini dulu adalah rumahnya?

“Apa kau pernah kesini sebelumnya?” tanya Soraru tiba-tiba.

“Ya? eh, tidak. Ini pertama kalinya,” jawab Mafu.

“Yah, tidak heran, sih. Markas kubu Uriel ada di sekitar perbukitan. Jadi kamu mungkin hanya punya pilihan menjauh sampai ke Tokyo lama.”

“Itu ... benar. Soraru-san ingatannya kuat, ya.”

Soraru mengendikkan bahu. “Ingatanku harus kuat agar tetap bisa mengingat banyaknya perintah masuk.”

“Sepertinya menjadi yang terkuat sangat berat,” celetuk Mafu tanpa maksud. Tetapi kalimat itu untuk sesaat membuat manik biru gelap itu kehilangan pendarnya.

Setelah memasuki kota lebih dalam, kini pemandangan telah berubah menjadi kompleks perumahan sederhana yang cukup tidak terawat. Meski begitu, semua orang yang tampak berlalu-lalang di jalanan berhasil memberikan kehidupan pada kota yang telah ditinggalkan ini.

Nighty Rain  ||  SoraMafu [ END ]Where stories live. Discover now