Kanemoto Yoshinori

1K 119 21
                                    

"Yoshi. Kali ini saya berharap bisa bertemu dengan orang tuamu" jisoo meletakkan sebuah surat di atas meja dan digeser dekat dengan siswa yang menunduk enggan menatapnya dan dengan lesu mengambil kertas itu.

"Mereka tidak akan datang songsaenim"

"Kanemoto yoshinori!"

Brak!

Jisoo dengan keras menggebrak meja dengan satu tangannya.

"Seberapa sibuk mereka sampai tidak bisa datang ke sekolah? Atau kau tidak memberikan semua surat panggilan ini?"

Yoshi terdiam meski suara kesal jisoo terdengar jelas di telinganya. Wajah pucatnya memerah dan segera pergi meninggalkan ruangan kesiswaan.

"Yoshi!"

"Anak itu benar-benar" jisoo memijat pelipisnya. Yoshi satu-satunya siswa yang tertutup dan sulit dikendalikan.

Yoshi adalah murid pindahan dari luar negeri yaitu negara Jepang. Dia pindah tanpa kesulitan berbahasa Korea dan memang wajah tampannya selalu dingin seperti itu.

Beberapa kali yoshi ketauan merokok di atap sekolah, bolos pelajaran sejarah, dan hari ini yoshi menghajar salah satu teman sekelasnya. Sebagai guru kesiswaan, jisoo tentu memanggil yoshi dan memberikan hukuman. Karena sudah sering berbuat nakal, kali ini jisoo mengirim surat panggilan kepada orang tua yoshi namun sepertinya yoshi membenci hal itu.

"Huft melelahkan" jisoo membiarkan permasalahan dengan yoshi dan melanjutkan pekerjaannya yang lain.

Yoshi berjalan ke parkiran. Menaiki motor sport miliknya, yoshi menarik gas dengan keras dan berkendara menuju rumahnya tepatnya apartemen pribadi dimana dia tinggal sendiri tanpa kedua orang tuanya.

Kenapa yoshi pergi dari rumah? Ayah dan ibunya bercerai sejak dia masih kecil dan tentu saja yoshi sebagai anak tunggal diperebutkan untuk tinggal dengan salah satunya dan yoshi benci pertengkaran yang selalu dia lihat di hadapannya itu.

Yoshi trauma. Bahkan saat SD sang ayah pernah menculiknya dari sang ibu.

"Pulang lebih awal?" Yoshi terkejut saat membuka pintu dilihatnya sosok sang ayah yang sedang duduk bersantai di sofa ruang tv nya sambil minum secangkir kopi.

"Habiskan kopimu dan cepat pergi" yoshi melempar tasnya dan melepas jaket lalu berjalan menuju kamarnya.

Sang ayah mengikuti. Sudah biasa dengan anaknya yang bersikap dingin. Yoshi sangat mirip dengan dirinya tentu saja yoongi mengakui itu.

"Ada masalah?" Yoongi berdiri di depan pintu dan bersandar memperhatikan yoshi yang berbaring tengkurap di ranjangnya.

"Kenapa ayah peduli?"

"Karena aku ayahmu! Yoshi please jangan menganggap ayah tidak ada" yoongi menghampiri dan duduk di tepi ranjang.

"Bukannya ayah yang menganggap aku tidak ada? Kau sibuk bekerja dan berkencan. Bahkan margamu tak menjadi bagian dari namaku"

Sial. Yoongi mengumpat dalam hati. Anaknya terlalu jujur dan terang-terangan bicara.

"Kita bisa mengurusnya jika kau mau. Kau anakku. Tak perlu tes dna juga semua orang tau kau anakku" yoongi mengusap kepala yoshi dengan lembut.

"Katakan pada ayah. Apa yang salah? Kau mau pindah sekolah? Atau ibumu mengganggumu lagi?" Yoongi merendahkan suaranya.

Yoshi bangkit untuk meraih tas ranselnya, mengeluarkan surat panggilan kesiswaan yang tadi diterimanya lalu memberikan pada yoongi yang sudah siap menerima.

"Panggilan kesiswaan?" Yoongi menatap heran.

"Anakmu menghajar teman sekelasnya dan bertindak seperti preman di sekolah. Guruku ingin melihat siapa yang telah membawaku ke dunia ini" jawab yoshi santai.

DUDAWhere stories live. Discover now