10. Pertemuan | Musuh Bebuyutan

175 29 4
                                    

Kata-katanya dong:v

______

"Apa?" Anna menaikkan kedua alisnya menatap Prince.

Prince mengarahkan telunjuknya pada sofa yang ada di depan Anna, seakan memberi perintah kepada gadis itu agar duduk terlebih dahulu.

Anna pun menurut saja, duduk lalu menyilangkan tangan di dada. Seakan tidak ada rasa takut akan majikannya itu.

"Buruan, nanti Baby Atlantic bangun," ujar Anna tak segan.

Prince membuang napas pelan, menatap gadis itu sejenak. "Apa kita sebelumnya pernah saling mengenal?"

Pertanyaan barusan ibarat sambaran petir di siang bolong, dan tepat mengenai jantung Anna. Gadis itu melotot, kedua tangannya refleks memegang pinggiran sofa seolah tidak sanggup menopang dirinya lagi.

"Kenapa? Santai saja, ekpresimu jangan berlebihan begitu," tegur Prince mengusap lengannya sesaat.

Anna langsung tersadar berusaha menetralkan perasaan aneh di dalam dirinya. "E—nggak pernah," jawab Anna.

Sial, Prince benar-benar akan menghancurkan usaha Anna yang susah payah move on dari Pangeran Atlantic. Entah apa yang ada di benak pria itu sehingga melontarkan pertanyaan tak biasa.

Prince mengangguk pelan, bangkit dari duduknya. Ia sekilas menatap Anna datar, sorot matanya benar-benar sulit diartikan. "Tinggallah di sini, dalam jangka yang cukup panjang. Berhenti merepotkan sahabatmu itu."

Anna terhenyak, netranya tak berkedip menatap kepergian laki-laki itu dari hadapannya. "Berhenti merepotkan? Jadi gue ini beban?"

"Woy, gue gak terima yah lo ngatain gue kayak gitu!" teriak Anna murka.

Sedangkan Prince tersenyum puas memasuki ruang kerjanya. Sebelum tubuh gagah itu benar-benar menghilang di balik pintu, Prince mengeluarkan sepatah kalimat. "Jangan lupa besok pagi!" teriaknya.

Anna langsung mengacak rambutnya frustrasi sembari bibir tipis itu tampak berulang kali mengucap umpatan pelan yang hanya dirinya sendiri mendengar.

***

Pagi yang berbeda, padahal biasanya sepagi ini Anna akan mengeluh sepanjang menit karena beberapa lamaran pekerjaannya tak diterima.

Sekarang, beda.

Gadis itu baru saja selesai mandi dan tengah bersiap-siap, sedikit shok melihat meja di hadapannya yang sudah terisi berbagai jenis macam skincare. Tak lupa ada secarik kertas dan beberapa paperbag.

"Pilih skincare yang sering kamu gunakan, dan pakai pakaian yang ada di paperbag yang sudah saya siapkan. Jangan protes!"

Katakanlah, ini benar-benar seperti memori rusak yang berputar acak di kepala Anna. Persis seperti ia dilayani di kerajaan oleh Ros.

Outfit, sarapan, skincare, tempat tidur yang nyaman dan gaji yang luar biasa.

"Benar-benar," gumam Anna seraya menggeleng takjub.

Ia lantas bergegas bersiap, sebelum Prince kembali mengomel karena dirinya yang super lelet. Pagi ini, Baby Atlantic sedang dijaga oleh Dokternya sementara Anna dan Prince akan berangkat ke pusat perbelanjaan untuk membeli barang-barang keperluan Baby Atlantic.

Mini dress selutut berwarna biru langit tampak cocok di kulit Anna, ditambah sedikit aksesoris jepitan lucu di sisi rambut kanannya. Entah siapa yang membeli barang-barang itu, begitu cocok dan lucu.

"Lama sekali," seloroh Prince bersedekap dada di dekat pintu mobil. "Sepertinya caramu berdandan melebihi lama seorang ratu yang berdandan."

Sial, kalimat itu membuat Anna bungkam. Matanya hanya menatap Prince penuh ribuan tanya, dan salah satunya.

I am Princess Anna | Sequel INPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang