Chapter 3 : Tiket Orkestra

2 0 0
                                    

Hari berganti lagi. Tak terasa sudah 2 bulan terlewati. 3 hari lagi orkestra akan dimulai. Semua orang pada disibukkan oleh kegiatan mereka masing-masing. Ada yang berlatih biola, harpa, cello, dan piano. Esther sedang berlatih memainkan piano. Lagu yang dibawakan hari ini untuk orkestra adalah "Swan Lake" oleh P.I Tchaikovsky. Sedangkan James sedang membuat variasi lagu Swan Lake agar pas dengan menggunakan braile buatan guru.

Beberapa saat kemudian, guru masuk ke ruang latihan. "Selamat siang semuanya, kalian telah berlatih dengan sungguh-sungguh hari ini. Saya minta maaf karena tak dapat hadir menemani kalian berlatih. Saya ada urusan dadakan barusan. Baiklah, untuk sekarang kalian semua boleh beristirahat. Latihan dilanjutkan nanti sore pukul 5 sore" ujar nya. "Baik Tuan Eldric" jawab semua orang yang ada di ruangan itu. "Baiklah kalau begitu, saya permisi dulu" ujar Tuan Eldric lalu pergi meninggalkan ruangan. Seketika itu juga, orang-orang langsung membereskan peralatan musik mereka. Semua alat musik diletakkan di tempat nya dengan rapi.

Beberapa menit kemudian, ruangan telah bersih dan rapi, semua orang pergi meninggalkan ruangan untuk beristirahat. Ada yang pergi ke kafe, ke taman, dan ke perpustakaan. Esther dan James berjalan mengelilingi kota mereka. Izin menyampaikan, kota yang mereka tinggali adalah Kota Helbert. Kota yang terkenal dengan kesenian yang indah dan kecerdasan serta keramahan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Kembali kepada Esther dan James, mereka saat ini pergi menuju toko roti untuk membeli roti, karena stok roti di tempat tinggal mereka mulai menipis.

Di dalam toko, mereka disambut oleh penjaga toko yang bernama Nyonya Annie. Nyonya Annie menyambut mereka dengan hangat. "Selamat datang di toko kami, Tuan James dan Nona Esther. Apakah ada yang bisa saya bantu?" tanya nya. "Saya hanya ingin membeli beberapa roti saja" jawab Esther. "Oh, mau roti yang mana?" tanya Nyonya Annie. "Roti tawar gandum" jawab Esther. "Oh, baiklah. Saya akan mengecek terlebih dahulu" ujarnya. Nyonya Annie pun pergi menuju tempat penyimpanan roti untuk mengecek stok roti tawar gandum.

James dan Esther menunggu sambil berbincang sedikit tentang latihan mereka. "Jadi bagaimana latihan mu tadi?" tanya James. "Cukup susah, terutama bagian bass clef nya. Tetapi masih bisa ku atasi sepertinya" jawab Esther dilanjutkan bertanya "Bagaimana denganmu?". "Menantang" jawab James dengan singkat. "Maksudnya?" tanya Esther tidak mengerti. "Susah sekali. Terutama ketika harus memvariasikan bagian tengah dari lagu. Rasanya, hanya seorang master seperti guru yang bisa melakukan nya" ujar James. "Begitu ya. Tetapi tadi aku melihatmu sangat fokus. Dan sekilas, nadanya cukup enak di dengar ketika ada yang mencoba memainkan" ujar Esther sembari berusaha membangkitkan semangat James. "Terima kasih atas pujiannya. Tetapi tetap saja itu masih kurang" jawab James. "Kalau begitu, cobalah lagi" ujar Esther dengan penuh keyakinan. James menundukkan kepalanya.

Disaat yang bersamaan, Nyonya Annie datang dengan terengah-engah. "Maaf Tuan James dan Nona Esther. Roti tawar gandum nya ternyata sudah habis. Saya akan buatkan lagi jika anda ingin" ucap Nyonya Annie. "Oh, tidak perlu Bu. Kami akan membeli roti tawar biasa saja kalau begitu" jawab Esther. "Baiklah, sekali lagi saya meminta maaf Tuan James dan Nona Esther. Saya akan segera mengambilkan nya. Ingin membeli berapa?" tanya Nyonya Annie. "8 saja sudah cukup" jawab Esther. "Baiklah. Harap tunggu sebentar" ujar Nyonya Annie lalu kembali menuju ke tempat penyimpanan roti. Tidak lama kemudian, ia kembali dengan membawa sekarung roti. "Ini roti nya, semua nya 30 pound" ujar Nyonya Annie. "Baiklah ini" ucap Esther sembari memberikan uang nya. "Uang nya pas, terima kasih Tuan James dan Nona Esther. Maaf jika tadi sempat menunggu lama" ucap Nyonya Annie. "Tidak masalah, Bu. Kami pamit dulu" ujar Esther. "Baiklah hati-hati Tuan James dan Nona Esther" ucap Nyonya Annie.

Keluar dari toko roti, Esther dan James pergi menuju kafe, tempat mereka bersantai tiap harinya. Mereka duduk di salah satu bangku lalu memesan kopi dan kue. Sembari menunggu mereka kembali berbincang-bincang, kali ini mengenai orang asing yang menolong mereka 2 bulan lalu saat kaki James tertembak. "Sudah lama orang itu tak muncul kembali ya" ujar James. "Mungkin orang itu sedang sibuk James. Kau tau orang seperti dia selalu sibuk kan di kota ini" ujar Esther. "Iya memang. Tapi seandainya dia disini, mungkin akan seru" ucap James. "Ya begitulah, sekarang malah kita yang merindukan nya. Padahal kita tidak kenal dengan nya" ucap Esther. "Aduh" ujar James sembari memegang dada nya. "Ada apa?" tanya Esther. "Tertembak fakta" jawab James. "Hah... Oh, ya ampun" ucap Esther.

"Ada yang membicarakan saya rupanya" ujar seseorang dari belakang James. Sontak, James dan Esther menoleh ke arah belakang James. Dan ternyata yang datang adalah orang yang telah membantu James saat kaki nya tertembak. 'Apakah ini kebetulan? Apakah ini benar-benar terjadi? Biarkan saja. Sepertinya memang ini sebuah kebetulan' gumam Esther. "Lama tak berjumpa tuan. Bagaimana kabar anda?" tanya James. "Baik. Bagaimana denganmu tuan dan nona?" tanya orang itu. "Kami baik" jawab James dan Esther. "Bolehkah saya duduk?" tanya orang itu. "Silahkan saja tuan" jawab James.

Orang itu pun duduk di salah satu bangku dan memulai perbincangan, dimulai dari pekerjaan James dan Esther. "Kemana saja anda akhir-akhir ini tuan? Saya jarang melihat anda" tanya James. "Ya begitu lah, saya punya banyak urusan dadakan" jawab nya. "Omong-omong saya sempat melihat lukisan tuan dan nona pada sebuah tempat. Apakah kalian musisi di sana?" tanya orang itu. "Ya benar, saya seorang komponis. Dan teman saya, Esther, dia seorang pianis" jawab James. "Ah, jadi kalian musisi terkenal itu ya. Ku akui, anda hebat dalam membuat atau memvariasikan musik, walau dengan kondisi prematur, Tuan James" ujar orang itu. "Terima kasih banyak, tuan. Tetapi itu belum apa-apa bagi saya" jawab James. "Berbicara soal musik, saya dulu sebenarnya juga ingin menjadi pemain biola. Tetapi, orang tua saya tidak mengijinkan" ujar orang itu. "Begitu ya. Tak apa tuan, mungkin anda bisa tetap berlatih biola tetapi hanya sekedar hobi" ujar James. Orang itu menganggukkan kepala nya.

"Oh iya, aku baru ingat. Esther, tiket untuk orkestra nya sudah di jual kan?" tanya James. "Iya, sudah. Kenapa memang nya?" tanya Esther. "Apa kau membawa nya?" tanya James. "Iya. Ada 1" jawab Esther. James meminta Esther memberikan tiket orkestra pada nya, lalu memberikan tiket itu kepada orang itu. "Eh? Ada apa ini?" tanya orang itu. "Ini tiket orkestra dari kami. Harga nya sangat mahal jika engkau membeli nya sendiri. Terima lah. Ini sebagai ucapan terima kasih ku" jawab James. "Astaga, terima kasih banyak tuan. Tetapi, ini sudah yang kedua kali nya anda membalas perbuatan saya yang biasa saja itu" ujar orang itu. "Walau biasa saja, tetapi sangat berpengaruh terhadap saya. Ini sebagai balas budi jasa anda pada saya" ucap James. "Terima kasih banyak tuan dan nona. Tetapi, ini sudah 2 bulan, sejak kejadian itu" ujar orang itu. "Sudah lah, tak apa tuan. Terima saja" ujar James. "Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih kepada tuan dan nona. Saya usahakan untuk datang di orkestra pada hari yang ditentukan" ujar orang itu. "Bukan masalah besar tuan" ujar James. Orang itu mengecek jam tangan nya dan bersiap pergi. "Maaf telah merusak kesenangan ini, tuan dan nona. Tetapi saya ada urusan yang belum diselesaikan. Saya izin pamit" ujar orang itu. "Baiklah kalau begitu. Berhati-hati lah tuan" ujar James. Orang itu pun pergi meninggalkan kafe.

"Hey, James. Kau yakin memberikan tiket itu pada nya?" tanya Esther. "Tentu. Dia telah membantu kita" jawab James. "Kau memang benar. Tetapi, lagi-lagi aku mengalami Dejavu. Orang itu, cukup familier" ujar Esther. "Sudah lah Esther, kelak semua akan terungkap" ujar James. "Sekarang sudah pukul 3 siang ya. Baiklah saatnya pergi Esther" tambah James. "Ya, ayo pergi" ujar Esther.

Di tengah perjalanan, mereka sempat melihat poster orang hilang. Seperti nya ada kasus orang hilang di kota ini. Tetapi sudah lah, itu urusan nanti. Esther dan James pulang menuju tempat tinggal mereka. Mereka beristirahat sejenak, lalu kembali menuju ruangan latihan. Dimana banyak orang di sana telah mempersiapkan alat musik untuk latihan sebelum latihan bersama pada pukul 5 sore. Hingga pada akhirnya, tiba waktu pukul 5 sore. Semua nya bersiap pada alat musik masing-masing dan memulai latihan bersama. Mempersiapkan diri pada 3 hari yang akan datang.

Esther Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang