19] Secret Room

59 2 2
                                    

"Pergilah ke utara kota, di situ kau akan menemukan sebuah pintu rahasia menuju ruang rahasia milikku. Di sana aku menyiapkan semua yang kau perlukan untuk menyelesaikan ini semua."

"Bagaimana aku tahu pintu itu berada?" tanyaku.

"Tentu saja kau tahu. Kau bahkan pernah masuk ke ruangan itu."

Sejenak aku terdiam untuk berpikir. Kurasa aku tahu di mana tempatnya. "Tapi bagaimana dengan Detectornya?"

"Setelah scan selesai dilakukan Clary akan pergi bersamamu ke ruangan itu sedangkan sisanya akan diurus oleh Veronica," Veronica mengangguk tanda bahwa ia paham apa yang harus dilakukan.

"Pak?" tanya Carl meminta konfirmasi.

Aku menatap Carl kemudian menatap Clary. Ia mengangguk, mengisyaratkan untuk menyetujui rencana John. Tentu saja ini bukan keputusan yang mudah, jika melawan kami semua hanya dihabisi oleh John. Keputusanku adalah mencoba mempercayai John.

"Baiklah!" jawabku tegas. 

"Kita tidak punya banyak waktu. Jika kita terlalu lama di sini, Profesor bisa mencurigai kita. Jadi selanjutnya kau hanya akan terhubung denganku melalui Clary untuk langkah selanjutnya. Apa kau paham?"

"Ya."

"Aku- tidak, kami mengandalkanmu, Edward!" balas John sambil meninggalkan kami.

"Akan kubunuh kau wanita sialan!" teriak Carl sedang senjatanya mengarah tepat di kepala Veronica.

Sambil mengangkat tangannya sambil tersenyum Veronica berkata "wow.. wow.. wow.. tenang pria tua!"

"Pengkhianat!"

"Jika aku pengkhianat, sudah kutinggalkan kau mati bersama temanmu yang malang itu," ledek Veronica.

"Carl, hentikan!"

"Tapi pak?!"

 "Cukup!" bentakku, 

"Ini bukan saatnya bertengkar. Kita harus segera berpisah dari sini. Aku mempercayakan pasukan kita dalam perintahmu jika terjadi sesuatu atau mereka mengkhianati kita, aku sendiri yang akan menghabisi mereka!" tegasku.

Mendengar kataku, Carl segera mengerti dan mengurungkan niatnya untuk membunuh Veronica. 

"Ayo Ed, waktu kita tidak banyak!" kata Clary yang segera meninggalkan ruangan ini.

***

Setelah kami berjalan dalam hening tanpa sepatah kata pun. Dari arah depan terdengar suara.

"Hm... ke mana saja kau selama ini?" tanya Clary tanpa menengok ke arahku.

Aku diam. Tak ingin menjawab.

"Kenapa kau tidak menghubungiku?" 

Aku masih diam sambil terus mengikuti Clary dari belakang. Kami mengambil jalur yang cukup sepi di pinggiran kota. Sesekali terdengar suara tembakan diikuti suara jeritan. Suasana ini membuatku tak bisa menghentikan mataku di setiap sudut jalan dan bangunan. 

"Hei, Ed! Edward!!" panggil Clary dengan suara nyaring.

"Kau bisa membunuh kita dengan suaramu itu!" balasku.

"Tenang saja tuan 'penggemar berat', di sini tidak ada Cyborg," ledeknya.  

Aku manatapnya penasaran. Ia membalikkan badannya dan menangkap rasa penasaranku.

"Mereka semua telah diperintahkan ayahku menuju WTC. Para pemberontak telah berhasil menerobos pertahanan kota," ucapnya sambil menyentuh sebuah earphone di telinganya.

EARTH IN 2150Where stories live. Discover now