AFFERO 21 - Morning Moment with Lil Bro

14 0 0
                                    

•••

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.



"Kak, gue nebeng sama lo ya?"

Dyezra yang baru saja ingin menaiki motornya, spontan mengurungkan niat saat kalimat tersebut keluar dari bibir sang adik. "Tumbenan. Motor lo emang ke mana?" tanya Dyezra sembari menyapu pandangan ke sekeliling garasi rumahnya, dan memang ... tidak ada motor Diorza di manapun.

"Motor gue lagi ada di bengkel. Kemarin tiba-tiba mogok pas gue lagi di luar sama temen-temen," jelas Diorza apa adanya.

"Ya udah, lo yang nyetir ya." Dyezra menyerahkan kunci motornya pada sang adik yang langsung diterima dengan senang hati oleh Diorza.

Kedua saudara itupun berangkat ke sekolah bersama pagi itu. Sementara Nindi, seperti biasa. Saudara tiri Dyezra itu lebih memilih berangkat bersama sang papa atau menaiki kendaraan umum untuk berangkat ke sekolah. Itulah salah satu sifat Nindi yang tidak disukai oleh Dyezra. Gadis itu seolah ingin terus dekat dengan papanya, belum lagi Tante Mala yang juga berlaku demikian.

Terkadang, baik Dyezra maupun Diorza harus menahan diri untuk tidak mengeluarkan unek-unek mereka semenjak Tante Mala dan Nindi tinggal di rumah mereka. Keduanya hanya tidak ingin terjadi perselisihan dan kesalahpahaman lagi. Sudah cukup dengan Arkabima Wijaya yang sampai menampar Dyezra dan membuat gadis itu pergi dari rumah karena merasa kecewa dengan sang papa waktu itu.

"Berangkat sekarang, Kak?"

Dyezra mengangguk dan tersenyum tipis. "Iya. Yuk, berangkat!" Dyezra dengan semangat menaiki motor matic yang sudah ditunggangi oleh sang adik dan duduk di jok belakang.

Kedua kakak-beradik itupun berangkat bersama menuju sekolah. Mungkin bagi sebagian orang yang belum mengenal Dyezra dan Diorza pasti akan mengira kalau mereka berdua adalah sepasang kekasih karena saking dekatnya hubungan mereka berdua. Padahal keduanya adalah kakak-beradik yang didewasakan oleh keadaan semenjak perceraian kedua orang tua mereka. Tentu tidak mudah bagi keduanya. Apalagi Diorza yang masih berusia 9 tahun waktu itu, dan Dyezra yang berusia 10 tahun.

Kedua saudara itu sempat hidup terpisah karena hak asuh mereka yang jatuh di tangan kedua orang tua masing-masing. Hak asuh Dyezra jatuh ke tangan sang papa, Arkabima Wijaya. Sementara hak asuh Diorza jatuh ke tangan sang ibunda, Abella Wilona.

"Kak! Jangan ngelamun."

Dyezra tersentak. Ia menatap sang adik dari kaca spion. Diorza menatapnya dengan tajam, tapi sekilas ada tatapan khawatir juga di sana.

"Lo lagi mikirin apa, sih? Ini kita masih di jalan, loh." Bukan bermaksud untuk memarahi sang kakak, Diorza hanya tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika kakaknya melamun seperti tadi. Bagaimana kalau sang kakak jatuh dari atas motor?

"Sorry, gue cuma nostalgia. Udah, lo fokus aja sama jalan di depan." Dyezra berujar, mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia hanya tidak ingin adiknya itu ikut memikirkan hal yang tidak-tidak. Sudah cukup dia saja yang masih sering dihantui oleh peristiwa-peristiwa di masa lalu.

Diorza berdecak. Pemuda itu memilih untuk tak lagi menjawab dan fokus pada jalan raya. Jarak sekolah mereka cukup jauh dari rumah, sekitar 20 menit jika naik motor. Jadi terkadang kakak-beradik ini harus berangkat lebih pagi supaya tidak terlambat. Belum lagi Dyezra yang harus membuat sarapan bersama Nindi dan Tante Mala. Meskipun ketika di dapur, seringkali terjadi percekcokan dan perang dingin antara anak dan ibu tiri tersebut. Untung saja ada Nindi yang hadir sebagai penengah.

"Ya udah kalo gitu. Awas lo kalo ngelamun lagi." Memberikan sedikit ancaman tidak apa-apa, kan? Toh, ini demi kebaikan bersama.

Dyezra terkekeh. "Iya-iya. Bawel amat lo, Dek."

"Hubungan lo sama Bang Fero baik-baik aja kan, Kak? Secara gue udah jarang lihat lo sama Bang Fero jalan berdua."

Lagi-lagi, Dyezra terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia sendiri juga baru sadar kalau ia dan Fero jadi agak menjaga jarak. Tidak-tidak. Bukan menjaga jarak, tapi ia merasa memang ada jarak diantara ia dan Fero. Apalagi setelah Fero tidak masuk sekolah beberapa hari yang lalu. Sikap Fero di private chat akhir-akhir ini juga aneh.

"Nggak. Gue sama Fero baik-baik aja kok."

Bohong.

Tentu saja kakaknya itu berbohong. Diorza sangat mengenal siapa itu Dyezra. Kakaknya itu akan mengalihkan pandangan dari mata lawan bicaranya jika sedang berbohong, dan sekarang ... sang kakak mengalihkan pandangan darinya yang menatap lewat kaca spion. Jalanan pagi itu memang sedikit lenggang, jadi Diorza tidak khawatir mengobrol dengan sang kakak seperti ini.

"Lo bisa cerita ke gue kalo emang ada apa-apa, Kak. Gue Adek lo, bukan orang asing."

Senyum teduh langsung terukir di bibir Dyezra. Dalam hati, ia berucap syukur pada Tuhan karena telah diberi sosok adik yang begitu menyayanginya seperti Diorza.

"Iya, gue pasti ceritaa kok. Makasih, ya."



Dan part ini berakhir dengan sampainya Dyezra dan Diorza di sekolah mereka

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Dan part ini berakhir dengan sampainya Dyezra dan Diorza di sekolah mereka. Tempat di mana segalanya dimulai, dan juga akan menjadi tempat berakhirnya suatu kisah.

Salam hangat dariku. Maaf bila cerita ini terkesan lambat. Karena aku tidak ingin terburu-buru.

See you next part♡

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin