12. Song List

1.2K 267 38
                                    

Setelah Januar menemani Sera lewati malam kelam, menyaksikan sendiri Sera porak poranda karena kata-kata Jehian, esok paginya Januar melihat Sera bertingkah seperti biasa. Dengan kantung mata cukup tebal, Sera masih mampu tertawa-tawa bersama Hanafi dan Gemala. Abis begadang ngegarap cerita baru ampe tamat! Begitu, alasan yang Sera lempar pada Hanafi ketika ditanya kenapa matanya bengkak bak habis dikecup tawon. Hanafi jelas saja curiga, tetapi Sera yang buru-buru mengangkat topik kegemaran Hanafi perihal bola kontan meloloskan Sera dari kecurigaan lelaki itu. Januar yang menyaksikan betapa berusaha Sera untuk menelan kesedihan sendirian tak bisa berbuat apa-apa. Januar telah membuat kesepakan dengan Sera, tak akan beritahu Hanafi dan Gemala.

Malam itu, setelah bekerja, Hanafi langsung memboyong Gemala dan dua kawannya ke Daerah Lembang. Gemala tiba-tiba mau makan nasi liweut, itulah alasan mereka ke sana, untuk menyambangi restoran yang menyuguhkan menu khas Sunda.

Gemala melangkah lebih dulu menuju salah satu meja, Januar dan Sera jalan berisisian di belakangnya, sementara Hanafi tertinggal di meja resepsionis untuk memesan. Konsep resto di area indoor itu ala-ala gurita, meja-meja yang berada di tengah-tengah kolam terlihat seperti tentakelnya. Selagi menunggu pesanan, Sera paling suka memberi ikan-ikan makan, dan kini hal itulah yang sedang Sera lakukan.

Januar yang duduk di sisi Sera ikut menyerongkan badan, terulur jemari lelaki itu ke air, telapak tangannya praktis disapa sensasi dingin yang cukup menusuk—kontradiksi dengan rongga dadanya yang menghangat karena melihat Sera tampak sedikit tulus mengurai senyuman setelah seharian tarikan bibirnya kentara dibuat-buat. Akan tetapi diam-diam Januar merasa nelangsa sebab akan ada proses amat panjang untuk bisa benar-benar mulai mendekati Sera. Januar menyaksikan sendiri betapa dalam Sera mencinta Jehian, betapa besar luka yang Jehian buat, otomatis bakal butuh banyak waktu bagi Sera untuk kembali menata perasaannya. Januar harap ia cukup sabar dan kuat menunggu Sera sampai betulan sehat.

Sera selesai melempar makanan ikan, lalu mengarahkan fokus pada Hanafi yang baru mendudukkan diri di sisi Gemala. Januar ikut menyudahi aksi celup-celup tangannya, ganti fokus ke Hanafi dan Gemala yang mulai asik dengan konversasi ala kucing dan anjing, alias ribut-ribut lewat mulut.

"Temen lo aneh banget nih, Ra," kata Hanafi sambil sesaat melempar tatap pada Sera. "Masa nuduh gue slengki cuma karena tadi malam gue absen chat dia. Kasih tau dia, Ra, hubungan di usia ini tuh udah bukan tentang chat-an tiap hari yang isinya tanya receh kayak lagi ngapain, udah mam belum—astaga, Gemala ... lo udah tua, udah mau dua puluh lima, masih aja pengin gaya pacaran ala anak SMA."

"Yeuu, tolol!" desis Gemala, menabok pelan lutut Hanafi. Tampangnya sensi. "Emang sejak kapan chat-an kita diisi tanya-tanya receh kayak gitu? Bukan itu yang gue permasalahin ya, Hanafi. Gue cuma heran aja gak ada sampah chat dari lo, padahal sebelumnya gak ada hari di mana lo gak nge-chat gue, bahkan meskipun cuma laporan mau berak. Lah kemarin lo ilang seharian. Wajar kan gue curiga?" Gemala sewot.

"Wajar," sahut Sera, sampai bikin Hanafi yang sudah buka mulut untuk sanggah perkataan Gemala kembali mengatupkan bibirnya. Sera menatap Gemala, sungging senyum tipis, dan Januar menjadia satu-satunya yang menyadari kegetiran di senyum Sera. "Kecurigaan lo sah-sah aja kok, Ge. Sekecil apa pun perubahan di diri pasangan emang harus dicurigain."

"Jangan dukung pemikiran tolol si Gemala dong, Ra," protes Hanafi.

Sera mendengkus keras. "Perubahan besar selalu diawali sama perubahan kecil, Han. Di awal-awal yang berubah kebiasaan, puncaknya yang berubah perasaan—" Sera berhenti di sana, menoleh pada Januar yang barusan menyenggol pelan lengannya. Sera seolah tersadarkan, dia tidak boleh menanggapi topik ini terlalu serius. Dan saat fokus Sera balik ke depan, ia dapati tatapan penuh selidik Hanafi.
God, ia bersyukur Januar menegur di detik yang pas. Sebab jika Hanafi tau, Hanafi tak akan membiarkan Jehian begitu saja. Bukan tak mungkin lelaki itu bakal datangi Jehian hanya untuk memukulinya. Itu, alasan Sera tidak membagi kesedihan ini pada Hanafi.

[✓] KlandestinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang