VI

1.6K 216 55
                                    

"Yang Mulia, jika saya boleh bertanya, di perpustakaan mana anda kemarin pergi?"

Chaeryeong sedang membantu Jihoon mengenakan gaunnya saat tanya itu dilontarkan. Jihoon hanya sibuk mematut diri lewat cermin. Memperhatikan gaunnya yang entah kenapa hari ini disiapkan dengan desain lebih mewah dari biasanya.

"Ya ke perpustakaan, kemarin aku menunggumu lama sekali. Memangnya sesulit itu ya mendapatkan selembar kertas satu buah pulpen?"

Charyeong mengangkat kepala. Ia berdiri tegak menghadap Jihoon yang justru menatapnya dengan alis saling bertaut. "Saya yang menunggu Yang Mulia datang ke perpustakaan sampai matahari terbenam. Sampai sepuluh kali saya mengelilingi isi perpustakaan untuk mencari Yang Mulia, tapi tidak menemukan Yang Mulia dimanapun."

Kerutan di keningnya semakin dalam. "Aku di perpustakaan, membaca buku sampai matahari terbenam. Padahal aku tidak bersembunyi."

"Perpustakaan mana yang anda masuki?"

"Memangnya ada berapa perpustakaan di sini? Bukannya hanya ada satu perpustakaan? Perpustakaan istana?"

"Ada satu lagi Yang Mulia, yaitu perpustakaan pribadi milik Pangeran. Biasanya, tidak ada yang diperbolehkan masuk ke dalam sana kecuali atas izin dari Pangeran sendiri. Apa perpustakaan itu yang anda maksud?"

Jihoon termangu. Ia tidak tahu jika ada dua perpustakaan apalagi Junkyu yang memiliki perpustakaan pribadinya sendiri? Enak sekali; pikirnya.

"Apa karena itu ya kemarin Pangeran seperti ingin mengusirku saat melihatku di sana?" tanyanya bercampur takut.

Chaeryeong memukul kepalanya sendiri. Salahnya. Ialah yang akan disalahkan karena tidak menunjukkan perpustakaan yang sebenarnya pada Jihoon.

"Apa Pangeran mengusir anda Yang Mulia?" tanyanya balik turut takut.

Jihoon menggeleng. "Sebenarnya tidak, tapi Pangeran menyuruhku meninggalkan perpustakaan sebelum matahari terbenam."

"Dan anda malah tertidur di perpustakaan sampai larut malam?!"

"Hah?! Siapa yang tertidur? Aku tidak tertidur," sangkalnya tak terima dituduh tidur di perpustakaan.

Pasalnya, Jihoon juga tak mengingat bahwa ia sempat tertidur di perpustakaan setelah lelah membaca banyak buku sejarah yang memberatkan otaknya.

"Jika tidak, kenapa Pangeran sampai membopong anda pulang kemari?"

"Hah?! Pangeran apa?!"

Ia tak bisa tak terkejut. Apalagi saat Chaeryeong coba jelaskan secara rinci tentang apa saja yang dilihatnya semalam.

"Benar, Pangeran menggendong anda sendirian dan menidurkan anda di sini," katanya seraya menghampiri dan menunjuk sisi ranjang tempat Junkyu meletakkan Jihoon semalam.

"Pangeran juga tidak langsung pergi. Dia tinggal di sini cukup lama, dan wajah kalian sangat dekat, dan—" Chaeryeong menutup mulutnya yang menganga sebelum mengakhiri ceritanya. "Sepertinya Pangeran mencium anda sebelum dia pergi," lanjutnya sambil berbisik.

"Hah?!"

Jihoon ikutan melongo. Segera saja Jihoon menghampiri gadis itu. "Kamu jangan bercanda ya, mana mungkin Pangeran menci—" bibirnya kelu tak mampu melanjutkan ucapan. Otaknya tak bisa menerima informasi yang baru saja dijejalkan padanya.

"Sungguh!" Chaeryeong berucap dengan mantap walaupun ia sadar betul bahwa yang dapat ia lihat semalam hanyalah siluet tak jelas Junkyu yang menunduk lama memperhatikan Jihoon.

Apa yang terjadi di balik bayangan? Tentunya gadis itu tidak tahu.

Drak

Keduanya menoleh pada pintu yang dibuka. Junkyu berdiri di ambang pintu memperhatikan Jihoon yang langsung berdiri tegak dan Chaeryeong yang langsung menundukkan kepala.

Cadar [ kyuhoon ]Where stories live. Discover now