[ 01 ]. Hujan Dan Awal Pertemuan

72 9 6
                                    

Hujan yang turun dengan deras, membuat orang-orang enggan untuk keluar dari rumah. Jalanan yang biasanya ramai oleh kendaraan, saat ini sepi. Tak ada satupun kendaraan yang melintas.

Disaat orang-orang memilih berada dirumah, berbeda dengan seorang gadis yang justru berdiri ditepi jalan sembari melamun.

Gadis dengan rambut sebahu itu tengah berdiri ditepi jalan, sembari menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Hujan yang deras tentu membuat pakaian yang dikenakan gadis itu menjadi basah. Tetapi ia tetap geming, membiarkan tubuhnya yang sudah menggigil kedinginan.

Ia Buih. Buih Kirana Ashella. Gadis yang memiliki segala kekacauan dikepalanya.

Lalu tak berselang lama, terlihat sebuah mobil yang tengah melaju dengan kecepatan sedang dari kejauhan.

Setelah lama mematung, Buih tiba-tiba berjalan dan berhenti tepat ditengah-tengah jalanan. Ia berdiri tegak disana. Terdengar lah bunyi klakson dari mobil itu.

Bukannya segera menepi, gadis itu justru tetap diam tak bergerak sedikit pun. Ia tersenyum tipis ketika menyadari mobil itu semakin dekat.

"Tuhan, aku sudah lelah dengan takdir kejam yang engkau berikan dihidupku."

Buih menunggu mobil itu segera menabrak tubuhnya. Ia sudah lelah, ia ingin mengakhiri hidupnya. Dan ketika mobil itu hanya berjarak tinggal beberapa meter saja, tiba-tiba ia merasa tubuhnya terpelanting kesamping.

Bukan karena mobil itu berhasil menabrak tubuhnya, tetapi ada seseorang yang telah menariknya. Seorang laki-laki yang telah menyelamatkan hidupnya.

"Lo gila? hampir aja ketabrak. Nyari mati ya lo?" Sentak laki-laki itu menatap Buih.

"IYA!! AKU EMANG MAU MATI!! KENAPA KAMU NYELAMATIN AKU?! HARUSNYA KAMU BIARIN AKU DITABRAK MOBIL ITU TADI!!" Buih berteriak menatap nyalang laki-laki itu.

Laki-laki itu hanya terdiam mendengar ucapan Buih.

"Siapa kamu? ngapain kamu nolongin aku? aku gak butuh pertolongan kamu! aku mau mengakhiri hidup aku!"

"Udah kewajiban gue buat nolongin orang yang hampir mati didepan mata," Jawab laki-laki itu.

"Lagian kalau mau bundir tuh jangan dijalanan, banyak orang lewat. Kalau mau aksi lo itu berhasil, ditempat sepi sono, biar gak keliatan orang," Lanjutnya dengan nada datar.

Buih tak menjawab. Gadis itu menundukkan kepalanya menatap kosong ke bawah. Jujur, ia tidak menyangka dengan jawaban yang dilontarkan laki-laki itu.

"Gue kasih tau. Bunuh diri itu gak akan nyelesain masalah, malah nambah masalah yang ada," Ucap laki-laki itu.

"Aku capek hidup.." Jawab Buih dengan suara yang lirih.

Lalu Buih menangis terisak dengan tubuh yang bergetar hebat.

Suara isakkan Buih terendam oleh derasnya air hujan. Samar-samar, laki-laki disampingnya itu masih bisa mendengar suara tangisan pilu Buih.

Laki-laki itu hanya menghela nafasnya kasar. Sial sekali ia hari ini. Tubuhnya juga basah kehujanan, ditambah ia harus bertemu dengan perempuan gila yang katanya ingin mengakhiri hidupnya.

"Gue gak tau masalah lo apa, tapi lebih baik lo pulang sekarang. Gak usah bundir disini."

Lalu, tanpa banyak bicara lagi laki-laki itu berjalan menjauh menuju ke motornya yang terparkir ditepi jalan. Entah karena suara hujan yang berisik atau ia terlalu sibuk dengan pikirannya, Buih sampai tidak menyadari adanya suara motor sedari tadi.

Meeting In The Rain And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang