Bab XLIX

66.3K 3.2K 560
                                    

Bila waktunya langit memanggilmu
Pulang, wahai mentari
Jangan kau risau
Semesta bersamamu
Biarkan rebah pada tangisku
Raga, rasa kita yang lalu
Melepas itu caraku mencintaimu

Perayaan Mati Rasa - Natania Karin and Umay Shahab

...

Dulu, Aquila selalu pergi sendirian. Selalu makan siang dibawah anak tangga sekolah yang terbengkalai. Ketika pulang tidak ada sambutan hangat. Percakapan di ruang makan pun terasa mencekam.

Kini, saat akan berpulang, semua datang, mereka menemani Qila setiap waktu.

Gadis yang dulu diabaikan itu mendapatkan banyak kasih dan sayang sesuai doa yang sering ia panjatkan.

Dengan demikian segala hal-hal baik aku tuliskan, untuk mengenang sesuai dengan harapannya agar tak pernah dilupakan. Percayalah wahai bintang, engkau abadi, selalu di sepanjang deru napasku.

Catatan Angkasa halaman 1 kisah tentang Aquila.

...

Aquila adalah konstelasi bintang yang memiliki makna Elang, Keluarga dan Perpisahan

✨✨✨

Lima jam setelah dinyatakan kritis kondisi Qila berangsur baik secara mengejutkan. Meskipun begitu, tidak ada satu orang pun yang beranjak dari tempatnya sejak awal. Kini lorong rumah sakit sudah mulai dipenuhi orang-orang, diantaranya adalah teman-teman baru Qila di sekolah.

Sebanyak ini orang yang memohon kesembuhan lo, Qi

Semua yang baru saja datang dibuat terkejut mengetahui penyakit yang Qila derita dan tanggung selama ini. Tak terkecuali Vega dan Wenda yang sejak awal sudah pucat dengan tangan gemetaran. "Gue gak sanggup Wen, perut gue mual." Wenda langsung menuntun Vega untuk ke kamar mandi, mengeluarkan semua isi perut dan tangis yang sudah lama ia tahan.

Hati Akbar terenyuh melihat begitu banyak orang yang datang dan berharap kesembuhan yang sama untuk Qila. Sesaat saja ia ingin melepaskan beban berat dihatinya, matanya memejam dan tubuhnya bersandar pada bangku tunggu Rumah Sakit yang dingin.

"Ayah!"

Akbar mengernyit ketika mendengar suara Qila yang menggema dari suatu tempat. Matanya kembali memanas, ah, ternyata sudah serindu ini Akbar pada putri kecilnya hingga suara manis itu terus terdengar bersahutan.

"Ayah!"

Iya sayang ... ini ayah.

"Ayah, sakit ... semua badan Qila sakit."

Entah mimpi atau kenyataan, Akbar sudah tidak lagi bisa membedakan. Dia jelas merasakan matanya tengah terpejam bahkan bau rumah sakit pun menusuk hidungnya dengan aroma yang masih sama namun, suara ini bukan suara dari orang-orang di sekitarnya.

Akbar ingin terus mendengar suara ini.

Ia takut jika membuka mata maka suara ini akan menghilang lagi.

"Jangan ditahan Qilanya, disini sakit semua, Ayah."

plash

Paradise (Segera Terbit)Where stories live. Discover now